Lokomotif B17

salah satu lokomotif uap di Indonesia
Revisi sejak 18 Februari 2023 13.23 oleh Bulandari27 (bicara | kontrib)


Lokomotif B17 adalah lokomotif trem uap yang memiliki susunan roda 0-4-0 memiliki dua silinder berdimensi 270 mm × 400 mm pada sisi dalam dengan roda berdiameter 850 mm. Berat keseluruhan 20 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 30 km/jam dan memiliki daya 200 hp (horse power). Lokomotif B 17 menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara.

Lokomotif B17
Lokomotif B17
Dari kiri ke kanan; lokomotif F1015, E1016, B1706, D1107, dan C1912 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
Data teknis
Sumber tenagaUap
ProdusenHohenzollern, Jerman
Nomor seriB17
Tanggal dibuat1897 - 1900
Jumlah dibuat10 unit
Spesifikasi roda
Notasi Whyte0-4-0
Susunan roda AARB
Klasifikasi UICB
Dimensi
Lebar sepur1.067 mm
Diameter roda850 mm
Berat
Berat kosong20 ton
Bahan bakar
Jenis bahan bakarKayu jati / Batubara
Sistem mesin
Ukuran silinder270 mm x 400 mm
Kinerja
Kecepatan maksimum30 km/h
Daya mesin200 hp
Lain-lain

Pemerintah Hindia Belanda benar-benar serius dalam merencanakan tata kota Malang dan sarana transportasinya. Ini dapat dilihat keberadaan perusahaan kereta api swasta Malang Stoomtram Maatschappij (MSM) yang sudah ada terlebih dahulu dari Gemeente (Kota) Malang yang baru diresmikan pada tahun 1914. MSM berhasil membangun jalan rel di sekitar kota Malang dan Singosari tahun 1897 - 1908, dengan panjang total 85 km. Untuk melayani rute tersebut, MSM mendatangkan 10 unit lokomotif uap B17 dari pabrik Hohenzollern (Jerman) pada tahun 1897 - 1900. Trem dengan lokomotif uap ini memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Fungsi daerah seperti Dampit adalah daerah penyangga bagi kota Malang yang berperan sebagai pemasok hasil bumi bagi kepentingan Gemeente (kota) Malang. Jadi, seperti halnya daerah-daerah lain trem ini digunakan untuk angkutan penumpang dan barang/hasil bumi. Hasil bumi yang diangkut selain tembakau dan cengkih adalah singkong, jagung, padi/beras, buah-buahan dan sayuran. Bahkan mungkin juga karet karena dulu di sekitar Gondanglegi dan Kepanjen, terdapat sejumlah perkebunan karet.[1]

Di akhir masa dinasnya, pada tahun 1979, lokomotif B17 digunakan pada rute Jalur kereta api Kediri-Jombang. Selain menarik kereta penumpang lokal, B17 juga bertugas menarik gerbong barang dan tugas langsir gerbong ketel Pertamina di Kediri. Dari 10 lokomotif B17, saat ini masih tersisa 1 buah lokomotif B17, yaitu [[B17|B 06 (mulai operasional tahun 1897). B 17 06 dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 38. ISBN 978-602-0818-55-9.