Masjid Raya Al-Jabbar
Masjid Al-Jabbar (bahasa Arab: مسجد الجبار, atau lebih dikenal dengan Masjid Raya Al-Jabbar (bahasa Arab: مسجد الجامع الجبار adalah sebuah kompleks masjid bersejarah yang berada di kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Masjid ini awalnya dibangun pada tahun 2017, atas perintah umat Muslim setempat, yang kemudian diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 30 Desember 2022.
Masjid Al-Jabbar مسجد الجبار | |
---|---|
Agama | |
Afiliasi | Islam – Sunni |
Provinsi | Jawa Barat |
Lokasi | |
Lokasi | Bandung |
Negara | Indonesia |
Arsitektur | |
Arsitek | Ridwan Kamil |
Tipe | Masjid |
Gaya arsitektur | Timur Tengah |
Didirikan | 2017 |
Spesifikasi | |
Kubah | 1 |
Menara | 4 |
Sejarah
Sebelum menjadi masjid
Di masa lalu, kawasan Gedebage merupakan sebuah rawa-rawa bekas peninggalan Danau Bandung Purba. Lalu akhir abad ke-19, rawa-rawa ini mulai mengering dan dijadikan area persawahan. Kemudian perusahaan kereta api negara, Staatsspoorwegen membangun jalur kereta api yang menghubungkan Gedebage dan Cicalengka di tengah rawa-rawa ini. Tak lama kemudian, Gedebage menjadi sebuah kecamatan, setelah Kota Bandung dimekarkan dari Kabupaten Bandung pada tahun 2006. Pemekaran ini, membuat kawasan ini menjadi ramai karena perumahan-perumahan baru mulai dibangun disana.[1]
Pembangunan
Dikarenakan padatnya kawasan perumahan, pemerintah Provinsi Jawa Barat berinisiatif membangun masjid yang lebih besar dari Masjid Raya Bandung. Kemudian ide pembangunan masjid disetujui oleh Pemerintah Indonesia, dan pembangunan masjid dimulai tanggal 29 Desember 2017, ditandai dengan upacara peletakan batu pertama oleh mantan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan dan mantan Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar.[2] Pembangunan sempat terhenti pada tahun 2020 karena pandemi COVID-19, dan kembali dilanjutkan satu setengah tahun kemudian, tepatnya tanggal 24 Agustus 2021.[3] Setelah melewati masa pembangunan selama 5 tahun, masjid ini akhirnya diresmikan pada tanggal 30 Desember 2022 oleh Gubernur Ridwan Kamil.[4]
Kritik
Akibat biayanya yang mencapai 1 triliun yang dananya diambil dari APBD, dan sudah terdapatnya sekitar 50.000 masjid di Jawa Barat pada saat itu, pembangunan masjid raya ini mendapat banyak kritikan di kalangan masyarakat.[5] Dinilai, dana yang besar tersebut akan jauh lebih baik bila dialokasikan untuk pendidikan, menanggulangi kemiskinan, memperbaiki infrastruktur dan gedung-gedung sekolah yang masih banyak yang rusak di provinsi dan daerah yang terpencil.[5][6]
Referensi
- ^ Abu Fauzan, Hevi (2023-01-14). "Masjid Al-Jabbar dan Sejarah Kawasan Gedebage". sejarahbandung.id. Diakses tanggal 2023-01-14.
- ^ "Spesifikasi Masjid Terapung Al Jabbar, Calon Masjid Raya Jawa Barat yang Baru". bappeda.jabarprov.go.id. Diakses tanggal 3 January 2023.
- ^ Nurulliah, Novianti. "Terhenti Selama Pandemi, Pembangunan Masjid Raya Al Jabbar di Bandung Dilanjutkan Jemaah". pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 7 January 2023.
- ^ Syahrial, Muhamad. "Fakta-fakta Masjid Al Jabbar: Habiskan Dana Rp 1 Triliun, Mampu Tampung 33.000 Jemaah". bandung.kompas.com. Diakses tanggal 3 January 2023.
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama:0
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama:1