Tutup, Tunjungan, Blora

desa di Kabupaten Blora, Jawa Tengah


Tutup adalah desa di kecamatan Tunjungan, Blora, Jawa Tengah, Indonesia. Nama desa Tutup sendiri berasal dari nama sebuah tanaman yaitu Pohon Tutup / Trutup dan juga wilayah ini merupakan daerah yang tertutup atau daerah hutan. Dari hal tersebut kemudian dinamakan Desa Tutup.

Tutup
Gapura Desa Tutup Central Tempe
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBlora
KecamatanTunjungan
Kode pos
58252
Kode Kemendagri33.16.10.2005 Edit nilai pada Wikidata
Peta
PetaKoordinat: 6°58′28″S 111°23′26″E / 6.97444°S 111.39056°E / -6.97444; 111.39056

Sejarah

Pada 1830-an ada beberapa eks pasukan Diponegoro yang menghindar dari serangan Belanda ke Blora, diantaranya bernama Hangga Wijaya. Hangga Wijaya merupakan putra Wangsadidjaya II Wedana Butuh di daerah Kutoarjo dan merupakan cucu dari Wansadidjaja I (Patih Rangga) di daerah Kartasura.

Diawali dengan Hangga Wijaya bertapa kungkum di sebuah blumbang dari sebuah sumber mata air yang keluar di bawah pohon yang hingga sekarang dikenal dengan Banyurip, meskipun sudah tidak keluar air lagi. Desa tersebut kemudian dinamakan Desa Tutup. Karena selain banyak terdapat pohon tutup, di daerah ini tertutup.

Sebelum tahun 1921 Tutup semula terdiri dari dua desa, yaitu

1. Desa Ngetrep yang terdiri dari Dukuh Genengan dan Dukuh Ngetrep.
2. Desa Tutup sendiri terdiri dari Dukuh Sukorame dan Dukuh Tutup.

Sekitar tahun 1921 kedua desa tersebut menjadi satu dengan nama Desa Tutup yang terdiri atas Dukuh Tutup, Dukuh Sukorame dan Dukuh Ngetrep. Pusat pemerintahan pada waktu itu berada di Dukuh Tutup.

Sekitar tahun 1928 zaman Sarekat Islam ada orang dari Surabaya bernama Oemar Said Tjokroaminoto bersama Soekarno berkunjung ke Sukorame. Singgah pertama di warung Mbah Djiman depan Mbah Skater dan selanjutnya mengadakan pertemuan disebuah rumah disebelah utara perempatan Sukorame (warung mbah Asto). Menurut cerita Kades Soemardjo Tjitrodijoyo yang mendapat informasi dari adiknya Soemardji Tjitrodiharjo pertemuan tersebut sangatlah penting, sehingga beliau minta dari Ndoro Sumoputra Bupati Blora untuk diberikan keselamatan.

Zaman penjajahan dirasakan sangat berat bagi rakyat kecil. Mendapat diskriminasi segi ekonomi dan dari segi pendidikan juga dibeda – bedakan. Untuk orang Eropa disediakan Europeesche Lagere School, untuk anak priyayi dan pegawainya Belanda disediakan HIS, sedangkan rakyat biasa hanya disediakan Sekolah Angka Loro seta sekolah desa yang hanya tiga tahun.

Waktu zaman Jepang keadaan semakin sulit, hasil karya petani diambil Jepang dengan model Komiai, sehingga rakyat kecil tidak mampu makan. Sangat banyak orang meninggal ditemukan di pinggir–pinggir jalan karena kelaparan. Untuk mengurusi orang meninggal ditugaskan Setro Salimin, Marto Sayem, Kasto Gundul untuk menguburnya. Ada mayat tersebut dikubur dalam satu lubang tanpa dimandikan dan disalati. Orang–orang yang ditugasi waktu boleh dikatakan pahlawan, sebab disamping termasuk orang kurang pangan sendiri, jika tidak ada orang yang mau diberi tugas seperti bau dan penyakit yang akan ditimbulkan. Hal tersebut dibuktikan dengan apabila akan menggali tanah pekuburan Sukorame sebelah selatan sendiri, sebelah jalan pintu, masuk yang belok ke utara ± 5 m terus ke timur, nantinya satu galian pasti terdapat beberapa kerangka manusia.

Saat pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang dipimpin Musso pada tahun 1948-1949 PKI menguasai Blora. Desa Tutup terkena sasaran mortir di dua tempat yaitu sebelah timur Banyurip dan arah selatan rumah Bapak Padang ( ± 35 meter ) yang dilakukan pasukan Siliwangi yang didatangkan dari Jawa Barat.

Belum tenang dari peristiwa PKI Madiun, Belanda telah menyerang Blora dengan Class keduanya. Waktu mundur dari Blora ada lima orang TNI yang singgah ke rumah Kepala Desa untuk pamit sekaligus untuk mengisi perut. Karena kondisi kewalahan serta membawa senjata semacam Brem dengan mengalungkan rentengan peluru dipundaknya, apalagi air dari Kali Lusi agak banjir terpaksa seseorang ada yang hilang.

Masih dalam zaman Class II, sudah sewajarnya kalau ada masyrakat yang pro-Belanda, tetapi batin membantu RI.

Dari orang–orang yang ditugaskan membantu tentara P Dardjo dan Letanan Taman diantaranya yaitu Petengan Krama Sadjiya, Modin Sabit bekerja sama dengan Kamituwa Jaya Prawira berhasil mengambil sasaran yang dituju dengan baik.

Daftar Kepala Desa Tutup

No. Nama Masa Jabatan
Dari Hingga
1. Tjitro Tenojo Sebelum 1955 1955
2. Tasmin 1955 1984
3. Kamsi 1985 1993
4. M. Turmudzi 1994 2007
5. Sri Mujiasih 2013 2019
6. Kokok Sungkowo 2007 2013
2020 Petahana

Lihat pula