Abdul Hamid II

Sultan ke-34 Kesultanan Utsmaniyah
Revisi sejak 20 November 2023 14.37 oleh 182.3.9.212 (bicara)

Abdülhamid atau Abdul Hamid II (Turki Otoman: عبد الحميد ثانی Abdül-Hamid-i sānī; bahasa Turki: II. Abdülhamid; 21 September 1842 – 10 Februari 1918) adalah sultan ke-34 Kesultanan Utsmaniyah dan sultan terakhir yang menerima kekuasaan absolut. Selama 34 tahun pemerintahannya, ia mengalami periode disintegrasi Kesultanan Utsmaniyah dan Balkan, pemberontakan di berbagai wilayah Utsmaniyah, dan kegagalan perang melawan Kekaisaran Rusia. Dia naik tahta pada tanggal 31 Agustus 1876 dan memerintah negara itu selama 33 tahun sampai ia digulingkan pada tanggal 27 April 1909 melalui kudeta militer, tak lama setelah Revolusi Turki Muda pada tahun sebelumnya. Sebagai hasil dari perjanjian yang ia buat dengan kaum pro-Konstitusional Genç Osmanlılar (Utsmani Muda), ia mendeklarasikan parlemen konstitusional pertama Utsmaniyah pada tanggal 23 Desember 1876 dan dengan demikian memberikan kesan bahwa negara tersebut akan mendukung proses demokratisasi. Namun, tak lama setelah itu, ia menangguhkan konstitusi dan menutup parlemen pada tahun 1878, dengan alasan ketidaksetujuannya dengan Parlemen. Setelah menutup majelis, ia memulai kekuasaan absolutnya dengan menggabungkan kekuatannya.

Abdul Hamid II
Khalifah
Amir al-Mu'minin
Penjaga Dua Kota Suci
Kayser-i Rum (Kaisar Romawi)
Potret sultan Abdul Hamid II, 1899
Sultan Utsmaniyah Ke-34
Berkuasa31 Agustus 1876 –April 1909
PendahuluMurad V
PenerusMehmed V
Wazir Agung
Kelahiran(1842-09-21)21 September 1842
Kostantiniyye (kini Istanbul), Kesultanan Utsmaniyah
Kematian10 Februari 1918(1918-02-10) (umur 75)
Istana Beylerbeyi, Kostantiniyye (kini Istanbul), Kesultanan Utsmaniyah
Pemakaman1918
Mausoleum Sultan Mahmud II
PasanganNazikeda Kadınefendi
Bedrifelek Kadınefendi
Safinaz Nurefzun Kadınefendi
Bidar Kadınefendi
Dilpesend Kadınefendi
Keturunan
DinastiUtsmaniyah
AyahAbd-ul-Mejid I
IbuTirimüjgan Kadınefendi
AgamaIslam
TughraTanda tangan Abdul Hamid II

Upaya menuju modernisasi Kesultanan Utsmaniyah dilanjutkan oleh Abdulhamid. Selain reformasi dalam birokrasi, proyek-proyek seperti pembangunan dan pengembangan Jalur Kereta Api Rumelia, Jalur Kereta Api Anatolia, Jalur Kereta Api Baghdad dan Jalur Kereta Api Hejaz, serta pembangunan berbagai jembatan dan kabel telegraf dilaksanakan. Sistem kereta api dan telegraf ini dikembangkan dengan bantuan perusahaan-perusahaan Jerman. Pada tahun 1898, sekolah hukum modern pertama di Utsmaniyah dibuka. Namun, tekanan kepada pers meningkat. Selama periode reformasi ini, pendidikan dikembangkan secara luas, banyak sekolah kejuruan didirikan, termasuk hukum, seni, perdagangan, teknik sipil, dokter hewan, bea cukai, pertanian dan sekolah bahasa. Meskipun ia menutup Dârülfünûn pada tahun 1881, ia memutuskan untuk membukanya kembali pada tahun 1900, memperluas jaringan pendidikan sekolah dasar, menengah dan militer di seluruh kekaisaran. Ekonomi yang Kesultanan yang terpuruk pada saat itu memaksanya untuk membentuk Düyûn-u Umûmiye pada masa awal pemerintahan Abdulhamid.

Masa Muda

Dia adalah putra Sultan Abd-ul-Mejid I. Ketika ibunya Tirimüjgan Kadınefendi meninggal ketika dia baru berusia 10 tahun, istri Abdulmecid yang lain Piristû Kadınefendi merawatnya. Piristû merawat Abdülhamid seperti anaknya sendiri. Pamannya Abdul Aziz, yang menggantikan Ayahnya setelah kematiannya, terlibat erat dalam pendidikan Abdulhamid bersama dengan para pangeran lainnya. Pada 1867, ia mengajak Abdulhamid bersamanya dalam perjalanan ke Eropa.

Peristiwa Politik

 
Segel Kesultanan pada Masa Abdulhamid

Naik ke atas tahta dan Monarki Konstitusional Pertama

Pamannya, Abdulaziz, dicopot pada tahun 1876 dan meninggal beberapa hari kemudian secara misterius, saudaranya Murad V memerintah tiga bulan, lalu digulingkan setelah diketahui bahwa ia menderita gangguan mental. Ia diperintahkan untuk tinggal di Istana Çırağan bersma keluarganya. Abdulhamid dideklarasikan menjadi Sultan pada tanggal 31 Agustus 1876. Pelantikan simbolisnya dilaksanakan pada tanggal 7 September 1876 di Masjid Eyup Sultan dengan penyerahan Pedang Osman. Setelah Abdulhamid naik tahta, ia melantik Midhat Pasha sebagai wazir agung.[1]

Ketika Abdulhamid naik tahta Kesultanan Utsmaniyah berada dalam krisis besar. Setelah kematian Ali Pasha pada tahun 1871, konflik antara istana dan Bab-i Ali berkobar. Pada tahun 1875 menyatakan tidak mampu melunasi utangnya dan menyatakan moratorium dengan Dekrit Muharram. Kekaisaran Rusia memutuskan untuk campur tangan dalam pemberontakan dan revolusi Balkan.

Abdulhamid mendeklarasikan konstitusi Utsmaniyah pertama pada tanggal 23 Desember 1876, sesuai dengan komitmennya pada Midhat Pasha. Parlemen yang terdiri dari Meclis-i Mebusan dan Meclis-i Ayyan, diresmikan pada 19 Maret 1877. Sehingga periode Konstitusional pertama dimulai. Meskipun independensi peradilan dan hak-hak dasar dijamin oleh konstitusi, yang didasarkan pada prinsip bahwa Sultan dan Majelis harus memerintah negara bersama, sumber utama kedaulatan lagi-lagi adalah sultan. Abdülhamid menggunakan "wewenang deportasi administrasi" yang diberikan kepadanya oleh Pasal 113 Kânûn-ı Esâsî, untuk mengirim Midhat Pasha ke pengasingan di hadapan majelis.

Kerusuhan di Balkan

Abdulhamid naik tahta pada tanggal 31 Agustus 1876 yaitu pada saat Kesultanan Utsmaniyah mengalami hari-hari yang paling tertekan. Pemberontakan dimulai pada tahun 1875, pada masa Abdulaziz dimana terjadi Pemberontakan Herzegovina dan Pemberontakan Bulgaria. Sementara itu, pada masa Murad V, perang dengan Serbia dan Montenegro mengubah tanah Balkan menjadi medan perang. Rusia memprovokasi dan mendukung pemberontakan ini. Selama Perang Krimea (1853-1856), Rusia dikalahkan dan diisolasi dari aliansi Barat, termasuk Kesultanan Utsmaniyah. Dari tahun 1860-an, Rusia memusatkan perhatiannya pada penyelamatan etnis Sirkasia dan perlawanan terakhir di Kaukasus (1863-1864) serta merebut tanah kekhanan Turki di Asia Tengah (1866-1876). Pada periode yang sama, perhatian Inggris dan Prancis bergeser ke keseimbangan baru di Eropa pada tahun 1871 dengan Penyatuan Jerman dan Penyatuan Italia. Berbeda dengan periode sebelumnya, dimana Britania Raya memutuskan untuk membantu Utsmaniyah dalam Perang Krimea, Para pemberontak mengambil sikap politik dan menuduh Kesultanan melakukan pembantaian, terutama selama memadamkan Pemberontakan Bulgaria. Ketika para revolusioner Hungaria mengungsi di Kesultanan Utsmaniyah (1848) dan Perang Krimea (1853-1856) mulai membalikkan pandangan positif tentang Turki. Lagi-lagi pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Abdulaziz, Wazir Agung Mahmud Nedim Pasha memutuskan untuk menyatakan moratorium Utang Luar Negeri dan Pinjaman Kesultanan Utsmaniyah

Perang 93

Perang Utsmaniyah-Rusia, yang dikenal sebagai meletus ketika proposal Rusia untuk reformasi di Balkan ditolak oleh Ibrahim Ethem Pasha pada 12 April 1877. Meskipun Abdulhamid menolaknya, namun para negarawan seperti Midhat Pasha, Mahmud Celaleddin Pasha, Redif Pasha mendesak untuk masuk ke dalam perang ini. Pada wilayah yang diduduki tentara Rusia di Balkan dan Kaukasus, mereka mengalahkan pasukan Utsmaniyah di timur (Erzurum), dan (Bulgaria) di barat. Sehingga hanya tersisa Trakia sebagai tembok pertahanan Istanbul. Abdülhamid, mengkritik keras atas kebijakan pemerintah di Parlemen. Selama 30 tahun berikutnya, dia tidak memanggil majelis ke pertemuan lagi, dan selama periode ini, dia menjaga peraturan konstitusional Kânûn-ı Esâsî, meskipun itu hanya di atas kertas, dan mulai berlaku lagi sesuai pada tahun 1908.

 
Perbatasan baru Utsmaniyah sebagai hasil dari Perjanjian Berlin

Perang 93 berakhir pada 3 Maret 1878, dengan Perjanjian Ayastefanos diresmikan oleh pasukan Rusia yang mendirikan markas di Ayastefanos. Menurut perjanjian tersebut, sebuah Kepangeranan Bulgaria independen akan didirikan, sebagai vasal dari Kesultanan Utsmaniyah, yang perbatasannya akan membentang dari Danube ke Aegean, Trakia ke Albania, Bosnia-Herzegovina kemerdekaan akan diberikan kepada urusan internal, Serbia, Montenegro dan Rumania akan mendapatkan kemerdekaan penuh dan perbatasan mereka akan diperluas. Kars, Ardahan, Batumi dan Dogubayazit akan diserahkan kepada Rusia, Thesally akan diserahkan kepada Yunani. Kesultanan akan membayar ganti rugi perang 30.000 rubel ke Rusia. Pada 13 Juli 1878, Perjanjian Berlin ditandatangani, menggantikan Perjanjian Ayastefanos. Meskipun perjanjian baru itu mengklaim kembali keuntungan teritorial Rusia, Rumania dan Montenegro diberi kemerdekaan, sementara kepangeranan didirikan di Bulgaria di bawah naungan Jerman dan Austria-Hungaria.

Fragmentasi

Serbia memperoleh kebebsan otonominya pada tahun 1815, dikonfirmasi oleh Traktat Akkerman (1826) dan Traktat Edirne (1829) ditandatangani dengan Rusia, 1835 Pada tahun 1867, konstitusi pertama Serbia diadopsi. Pada tahun 1867, di bawah tekanan negara-negara Barat, Utsmaniyah memutuskan menarik semua tentaranya dari semua kastil di Serbia, Ini menyebabkan Serbia menjadi negara yang merdeka dari Kesultanan Utsmaniyah. Montenegro terletak di wilayah tandus, di mana tidek mencukupi kebutuhan untuk melakukan kampanye militer oleh Utsmaniyah. Penguasa bernama Vladika memerintah otonomi parsialnya dan dengan dukungan Rusia pada 1852, Kepangeranan Montenegro berhasil diformalkan. Perbatasan Montenegro juga didefinisikan dalam dokumen yang ditandatangani sebagai hasil dari perang Utsmaniyah-Montenegro pada tahun 1858 dan 1862. Perang dengan Serbia pada awalnya menghasilkan kemenangan bagi pasukan Utsmaniyah. Pasukan Turki, yang mengalahkan pasukan Serbia di Niş, Pirot dan Sofia, melancarkan serangan lagi dan mengalahkan Serbia pada 1 September 1876 ketika terjadi Pertempuran Aleksinaç. Pada bulan Oktober, ketika pertahanan Serbia benar-benar runtuh dan jalan untuk pasukan Utsmaniyah memasuki Beograd dibuka, Rusia mengeluarkan ultimatum ke Kesultanan Utsmaniyah untuk menghentikan konflik bersenjata dalam waktu 48 jam. Kesultanan Utsmaniyah, yang harus tunduk pada tekanan Rusia, membuat gencatan senjata. Pada 15 Januari 1877, tahap pertama perang dengan Serbia berakhir. Perang dengan Montenegro dimulai pada 18 Juni 1876 dan pasukan Utsmaniyah kalah. Pada tanggal 18 Juli, Pertempuran Niksiç memaksa pasukan Utsmaniyah untuk mundur.

Untuk menyelesaikan krisis yang terjadi di Balkan, di bawah tekanan negara-negara Eropa untuk mengatur kondisi administrasi provinsi-provinsi Kesultanan Utsmaniyah di Balkan, dilakukan sebuah Konferensi pada 23 Desember 1876 di Galangan Kapal Halı, Istanbul. Meskipun Monarki Konstitusional diumumkan pada hari yang sama, ini tidak berdampak pada keputusan negara-negara Barat. Faktanya, pada konferensi ini, kemerdekaan diberikan kepada Serbia dan Montenegro serta memberikan kekuatan otonomi untuk Bulgaria dan Bosnia dan Herzegovina. Ketika Kesultanan menolak keputusan-keputusan ini pada tanggal 18 Januari 1877, Rusia menyatakan perang pada 24 April 1877.

Dengan bantuan Rusia, Serbia dan Montenegro melanjutkan Perang 93. Pada saat Utsmaniyah mengkonsentrasikan hampir semua pasukan mereka untuk berperang dengan Rusia, mereka dikalahkan oleh sejumlah kecil pasukan di Serbia dan Montenegro. Orang-orang Serbia merebut Niş, Pirot dan Vranje pada tahun 1878, sementara orang-orang Montenegro menguasai Niksiç, Podgorica, Bar dan Ulgun ke Laut Adriatik. Dengan Perjanjian Ayastefanos dan Perjanjian Berlin ditandatangani pada tahun 1878, Kesultanan Utsmaniyah mengakui kemerdekaan Montenegro dan Serbia serta harus rela kehilangan berbagai wilayah kekuasaannya.

Menurut Perjanjian Berlin yang ditandatangani sebagai hasil perang, Montenegro menjadi negara merdeka. Hubungan diplomatik dengan Montenegro dimulai pada 1879 dan ada kemajuan signifikan dalam hubungan ini. Sampai perang Balkan, hubungan Utsmaniyah-Montenegro relatif kondusif dan tidak terjadi peperangan (kecuali untuk konflik perbatasan kecil).

Inggris, yang secara resmi meminta Kesultanan Utsmaniyah untuk menyerahkan Siprus pada Mei 1878. Ketika Menteri Luar Negeri Utsmaniyah, Şaffet Pasha ingin melunakkan keinginan Inggris, justru duta besar Inggris mengancam Utsmaniyah dengan mengatakan bahwa mereka dapat menyerang Siprus dengan paksa jika perlu. Setelah ancaman ini, tekanan terhadap Utsmaniyah meningkat agar perjanjian diselesaikan paling lambat tanggal 3 Juni 1878. Sebagai hasil dari tekanan, Utsmaniyah menyetujui perjanjian tersebut. Perjanjian ditandatangani antara Kesultanan Utsmaniyah dan Inggris pada tanggal 4 Juni 1878. Pada bulan Juli 1878, dikeluarkan perintah yang memungkinkan Inggris untuk menempatkan pasukan di Siprus. Jadi, pada 12 Juli 1878, pasukan darat Inggris di Siprus, menurunkan bendera Utsmaniyah di Siprus dan mengibarkan bendera mereka sendiri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Siprus sepenuhnya telah diserahkan kepada Inggris.

Dua tahun setelah penyerahan Siprus ke Inggris, pada tahun 1880, Abdulhamid dianugerahi gelar ksatria oleh Inggris.

Prancis, yang mengambil keuntungan dari krisis Kesultanan Utsmaniyah, mengambil beberapa tindakan disebabkan alasan untuk beberapa insiden perbatasan di Tunisia. Pasukan Prancis memasuki Tunisia pada awal 1881. Prancis menandatangani Perjanjian Bardo dengan Bey (pemimpin) Tunisia pada 12 Mei 1881 dan mengumumkan bahwa mereka telah mengambil Tunisia di bawah perlindungannya. Midhat Pasha, yang akan ditangkap oleh Abdulhamid, mengungsi ke Konsulat Prancis di Izmir lima hari setelah penandatanganan Perjanjian Bardo. Abdulhamid meminta Prancis untuk menyerahkan Midhat Pasha. Prancis memutuskan untuk menyerahkan Midhat Pasa kepada Abdulhamid karena jika tidak dilakukan maka hal itu akan mengganggu dan menunda perebutan Prancis atas Tunisia. Dengan demikian Midhat Pasha menyerah kepada Utsmaniyah. Penyerahan cepat Midhat Pasha oleh Prancis, Itu memungkinkan Abdulhamid melunak. Perubahan dalam kebijakan Abdulhamid ini mempercepat Tunisia untuk dianeksasi oleh Prancis. Dengan demikian, Kesultanan Utsmaniyah, telah kehilangan sebidang tanah, yang sebagian besar dihuni oleh umat Islam.

Mesir di beberapa kalangan, wilayah itu cukup memberikan keuntungan untuk intervensi asing. Pada beberapa kesempatan, Ismail Pasha membentuk pemerintahan Mesir di bawah tekanan dari Inggris dan Prancis. Ketika orang-orang Mesir memberontak di bawah pimpinan Urâbî Pasha, Inggris memasuki Iskandariyah. Pada 13 September 1882, para pendukung Urâbî Pasha dan tentara Inggris bertemu di Tellülkebîr. Sebagai akibat dari bentrokan itu, Inggris menduduki Mesir, meskipun begitu, Mesir masih bagian dari Kesultanan Utsmaniyah, namun hanya di atas kertas setidaknya hingga tahun 1914 saat meletusnya Perang Dunia I. Dengan demikian, Kesultanan Utsmaniyah telah kehilangan sebidang tanah penting lainnya.

Düyûn-u Umûmiye

Utang luar negeri masih menjadi masalah yang tidak terpisahkan, sehingga menyebabkan berdirinya Düyûn-u Umûmiye (Utang publik atau Utang negara) pada tahun 1881. Düyûn-u Umûmiye dikendalikan oleh dua kreditor terbesar Kesultanan Utsmaniyah, Prancis dan Inggris. Kesultanan akan mengelola hampir semua situasi dari administrasi Utang Publik di Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Austro-Hungaria. Dengan demikian, ekonomi Kesultanan Utsmanuyah kehilangan kemerdekaannya. Düyûn-u Umûmiye adalah bagian penting yang akan lebih baik jika dihapus. Sampai tahun 1908, ada 12 kontrak pinjaman eksternal melaju ke penandatanganan utang Kesultanan Utsmaniyah.

Pemberontakan Armenia

 
Abdulhamid II

Untuk mencegah Armenia beralih memihak kepada Rusia, Perjanjian Berlin meminta Kesultanan untuk membuat serangkaian reformasi untuk memperbaiki situasi orang-orang Armenia di wilayah ini. Organisasi revolusioner dan nasionalis memperoleh kekuasaan di antara orang-orang Armenia ketika pemerintahan Abdulhamid menunda reformasi ini. Kesultanan berusaha mempersenjatai suku Kurdi di wilayah itu terhadap kemungkinan pemberontakan Armenia. Pada tahun 1887, gerakan perlawanan yang didukung oleh organisasi revolusioner Armenia dimulai di Zeytun dari Maraş dan pada tahun 1891 di Alasan dekat dengan Sirt. Pemberontakan orang-orang Armenia di berbagai bagian negara itu ditekan dengan tegas. Komandan Angkatan Darat Müşir Zeki Pasha ditugaskan untuk menekan dan membubarkan pemberontakan Armenia. Di timur, para pemimpin suku Kurdi Resimen Hamidiye diorganisasi dalam unit-unit milisi yang tidak teratur. Pada musim panas 1895, insiden berdarah yang terjadi di semua provinsi Anatolia sering disebut pembantaian Hamidiye. Oleh karena itu, Abdul Hamid II disebut sebagai "Sultan Berdarah" atau "Sultan Merah".

Amerika Serikat dan Filipina

Sultan Abdul Hamid II, setelah didekati oleh menteri Amerika untuk Turki, Oscar Straus, mengirim surat kepada Moro dari Kesultanan Sulu yang memberitahu mereka untuk tidak melawan pengambilalihan Amerika dan untuk bekerja sama dengan Amerika pada awal Pemberontakan Moro. Sulu Moro mematuhi perintah itu.

John Hay, Sekretaris Negara Amerika, meminta Straus pada tahun 1898 untuk mendekati Sultan Abdul Hamid II untuk meminta Sultan (yang juga Khalifah) menulis surat kepada Muslim Sulu Moro dari Kesultanan Sulu di Filipina yang menyuruh mereka untuk tunduk kedaulatan Amerika dan pemerintahan militer Amerika. Sultan mewajibkan mereka dan menulis surat, yang dikirim ke Sulu melalui Mekah di mana dua kepala suku Sulu membawanya pulang ke Sulu, dan itu berhasil, karena "Orang-orang Muslim Sulu ... menolak untuk bergabung dengan pemberontak dan telah menempatkan diri mereka di bawah kekuasaan kendali atas tentara kita, dengan demikian mengakui kedaulatan Amerika."[2] Sultan Utsmaniyah menggunakan posisinya sebagai khalifah untuk memerintahkan Sultan Sulu agar tidak melawan dan tidak melawan Amerika ketika mereka menjadi tunduk pada kendali Amerika.[3] Presiden McKinley tidak menyebutkan peran Turki dalam pengamanan Sulu Moro dalam pidatonya pada sesi pertama Kongres ke-56 pada Desember 1899, karena kesepakatan dengan Sultan Sulu baru diajukan ke Senat pada 18 Desember.[4] Terlepas dari ideologi "pan-Islam" Sultan Abdul Hamid, dia dengan mudah menyetujui permintaan Straus untuk membantu memberitahu Muslim Sulu untuk tidak melawan Amerika karena dia merasa tidak perlu menyebabkan permusuhan antara Barat dan Muslim.[5] Kolaborasi antara militer Amerika dan kesultanan Sulu terjadi karena Sultan Sulu dibujuk oleh Sultan Utsmaniyah.[6] John P. Finley menulis bahwa:

Setelah mempertimbangkan fakta-fakta ini, Sultan, ketika Khalifah menyebabkan pesan untuk dikirim ke orang-orang Muslim di Kepulauan Filipina yang melarang mereka melakukan permusuhan apa pun terhadap Amerika, sejauh tidak ada campur tangan dengan agama mereka yang diizinkan di bawah pemerintahan Amerika. Karena Moro tidak pernah meminta lebih dari itu, tidak mengherankan, bahwa mereka menolak semua tawaran yang dibuat, oleh agen Aguinaldo, pada saat pemberontakan Filipina. Presiden McKinley mengirim surat pribadi terima kasih kepada Mr. Straus atas pekerjaan luar biasa yang telah dia lakukan, dan mengatakan, pencapaiannya telah menyelamatkan Amerika Serikat setidaknya dua puluh ribu tentara di lapangan.[7][8]

Abdul Hamid dalam posisinya sebagai Khalifah didekati oleh Amerika untuk membantu mereka berurusan dengan Muslim selama perang mereka di Filipina,[9] dan orang-orang Muslim di daerah itu mematuhi perintah yang dikirim oleh Abdul Hamid untuk membantu Amerika.[10][11][12]

Pertemuan dengan Theodor Herzl

Pemimpin Zionis Theodor Herzl bertujuan untuk memukimkan orang Yahudi di Palestina. Dalam pertemuan ini, Herzl dianugerahi perintah Mecidiye. Seusai pertemuannya dengan Abdulhamid, Herzl diwawancarai tentang masalah ini dan menekankan kepuasannya dengan pertemuan tersebut. Dia mengatakan dia tidak memiliki teman dan kekasih yang lebih baik daripada Abdulhamid. Abdulhamid setuju dengan orang-orang Yahudi untuk datang ke wilayah Utsmaniyah, tetapi tidak untuk menetap di Palestina. Niat nyata Herzl adalah untuk memungkinkan orang Yahudi untuk menetap langsung di Palestina. Sebagai gantinya, ia akan membayar sebagian besar dari hutang Utsmaniyah. Abdulhamid menawarkan orang-orang Yahudi untuk menetap di Mesopotamia, tetapi proposal ini tidak diterima oleh Herzl. Karena Herzl menginginkan Palestina, Haifa dan sekitarnya sebagai pemukiman Yahudi. Ini menunjukkan bahwa Abdulhamid tidak mengusir Herzl dan bahwa Sultan menawarkan wilayah lainnya untuk orang-orang Yahudi.

Organisasi terdeteksi

 
Potret Abdulhamid II yang telah diberi warna

Setelah Abdulhamid menutup Parlemen, ia mengambil alih pemerintahan dan membentuk organisasi polisi dan intelijen yang komprehensif untuk pertama kalinya dalam sejarah Ottoman. Ia mendirikan Yıldız İstihbarat Teşkilatı (Badan Intelijen Utsmaniyah) pada tahun 1880. Tujuan organisasi ini, yang terdiri dari sejumlah besar tahanan, adalah untuk mengumpulkan informasi tentang saingan politik Abdulhamid dan untuk mencegah kudeta atau pemberontakan terhadap Abdulhamid. Intel tidak hanya mengumpulkan informasi sendiri, tetapi juga membentuk jaringan intelijen besar dengan menghubungkan gaji dengan sejumlah besar orang.

  • Beberapa ahli mengklaim bahwa periode kepemimpinan Abdulhamid memperpanjang umur Kesultanan Utsmaniyah hingga 30-40 tahun.
  • Telah dicurigai bahwa Düvel-i Muazzama menginginkan pembukaan majelis ini bukan untuk demokrasi dan hak asasi manusia, tetapi untuk tujuan mempermudah campur tangan dalam administrasi internal dengan bantuan para deputinya sendiri.
  • Ada dewan yang menjaga eksekusi di bawah tekanan.
  • Anggota parlemen minoritas, masing-masing kelompok di belakang Negara Eropa dengan mencoba membuat keputusan untuk negara-negara merdeka yang menjadi anggotanya. Sebagai contoh, ada wakil yang menyatakan bahwa Kreta, Thessaly dan Ioannina harus diserahkan kepada Yunani.

Ketika Abdülhamid naik ke tahta, Kesultanan Utsmaniyah berada di bawah beban hutang yang berat, sehingga menyebabkan pendirian Utang Publik.. Para kreditor, termasuk para bankir Galata dan Bank Utsmani, menyita sebagian besar pendapatan negara melalui organisasi ini. Ekonomi dan keuangan sebagian besar berada di bawah kendali orang asing. Dalam menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan ini, Abdulhamid berusaha memberikan dukungan terhadap publik, terutama umat Muslim, Untuk tujuan ini, ia mendapat manfaat dari lembaga kekhalifahan dan mendukung ideologi Islam.

Monarki Konstitusi Kedua

 
Enver Bey, Sultan Abdul Hamid II dan Niyazi Bey

Pertentangan terhadap administrasi adat Abdulhamid juga menguat secara bertahap. Pada 1889 Komite Persatuan dan Kemajuan didirikan. Pada tahun 1908, beberapa pejabat Komite Persatuan dan Kemajuan memberontak di biara-biara terutama di Thessaloniki. Atas tekanan-tekanan ini, Abdulhamid terpaksa memberlakukan kembali konstitusi pada tanggal 24 Juli 1908 dan parlemen baru, yang dibentuk oleh pemilihan, dibuka pada 17 Desember 1908. Namun, sebagai akibat dari meningkatnya keresahan dan tekanan dari para penentang Komite Persatuan dan Kemajuan, sebuah pemberontakan pecah pada 13 April 1909 di Istanbul. Kerusuhan ini dikenal sebagai Peristiwa 31 Maret sejak pecah pada tanggal 31 Maret menurut kalender Rumi. Pasukan gerakan yang didirikan di Thessaloniki memasuki Istanbul pada malam 23-24 April dan menekan pemberontakan.

Periode konstitusional kedua didominasi oleh Komite Persatuan dan Kemajuan. Administrasi negara dipengaruhi oleh para pemimpin Komite Persatuan dan Kemajuan Enver Pasha, Talat Pasha dan Ahmed Djemal Pasha. Selama periode ini Kesultanan Utsmaniyah dilanda serangkaiam perang dan pemberontakan di Libya, Balkan dan berujung Perang Dunia I. Mehmed VI menutup parlemen pada 21 Desember 1918 di bawah tekanan Amerika Serikat.[13]

Digulingkan dari tahta

Pada malam hari tanggal 12 April hingga 13 April, tentara dari Batalyon-batalyon di Barak Taksim memberontak terhadap para perwira mereka. Mereka berkumpul di depan Delegasi mengikuti para pemimpin agama yang memimpin mereka dan menuntut agar negara itu diperintah menurut Syariah. Pemerintah Hüseyin Hilmi Pasha memilih untuk berdamai dengan para pemberontak, dan para anggota mengundurkan diri satu per satu.

Pemberontakan juga berdampak pada delegasi. Hari itu wakil anggota Komite Persatuan dan Kemajuan tidak pergi ke parlemen karena mereka merasa tidak aman. Beberapa dari mereka pergi menjauh dari Istanbul sementara yang lain bersembunyi di kota. Sementara itu, para pemberontak membunuh para perwira dan anggota parlemen yang berhasil ditemukan. Dengan ketidakefektifan pemerintah dan parlemen, Abdulhamid memerintah lagi. Oposisi yang memulai pemberontakan tidak dapat memperoleh kepemimpinan karena tidak memiliki inisiatif apa pun.

Komite Persatuan dan Kemajuan memobilisasi Angkatan Darat ke-3 di Thessaloniki, pusat kekuasaan mereka. Dengan demikian, sebuah pasukan tentara dibentuk untuk menekan pemberontakan. Pemberontak menyerah setelah upaya perlawanan yang gagal melawan tentara Kesultanan, pada malam tanggal 23 April. Sementara itu, Delegasi bertemu di Yeşilköy malam sebelumnya dan mengkonfirmasi keabsahan inisiatif Gerakan Angkatan Darat.

 
Alatini Köşkü (Thessaloniki), tempat Abdulhamid diasingkan

Setelah pemadaman pemberontakan, darurat militer diproklamasikan dan para pemimpin pemberontak diadili di pengadilan serta dijatuhi hukuman mati. Gerakan oposisi menderita kerugian yang signifikan. Namun, peristiwa yang paling penting adalah ketika Majelis Nasional Meclis-i Umumî, bersama dengan delegasi Heyet-i Mebusan dan Heyet-i Ayan, pada 27 April memutuskan untuk menggulingkan Abdulhamid II dari jabatan Sultan dan Khalifah Utsmaniyah dan mengangkat saudaranya Şehzade Reşad Efendi sebagai Sultan dan Khalifah Utsmaniyah dengan gelar Sultan Mehmed V. Selain itu, diputuskan juga bahwa Abdulhamid harus meninggalkan Istanbul. Meskipun parlemen Divan-i Harp, ingin mengadili Abdulhamid, Wazir Agung Hüseyin Hilmi Pasha yang baru dilantik menolaknya.

Dia dijadikan tahanan rumah selama tiga tahun di Alatini Köşkü, Thessaloniki. Ia dikabarkan tidak nyaman untuk tinggal di Thessaloniki yang dianggap tepat oleh Komite Persatuan dan Kemajuan. Pada tahun 1912, Abdulhamid dipindahkan ke Istana Beylerbeyi di Kostantiniyye (sekarang Istanbul). Dia meninggal pada tanggal 10 Februari 1918 disana. Ia dimakamkan satu komplek dengan kakeknya di makam Sultan Mahmud II.

Kepribadian

 
Şehzade Abdülhamid, 1868

Penampilan fisik dan kepribadian

Sultan Abdulhamid bertubuh tinggi, berkulit gelap, berhidung panjang, matanya berwarna cokelat, janggut sedikit keriting. Kecerdasan dan daya ingat kuat, berbicara dengan jelas, mudah untuk bersabar dalam waktu yang lama. Sultan Abdulhamid, adalah orang yang sangat religius. Putrinya, Ayşe Sultan, menggambarkan keshalihan ayahnya “Dia biasa sholat lima waktu dan membaca Al-Quran, dia selalu pergi ke masjid, berdoa di Masjid Süleymaniye dan berbelanja di pameran yang dibuka pada saat itu. Ayahku ingin semua orang berdoa dan pergi ke masjid. Ezan-ı Muhammedî (Adzan Muhammad) dikumandangkan lima kali di taman istana. Ayahku biasa berkata, Agama dan Sains sangatlah penting!”[butuh rujukan]

Dikatakan ia bekerja 15-16 jam sehari secara rutin. Di luar jam kerja, ia membuat berbagai mebel kayu sebagai hobi[14]. Di masa mudanya, dia menggemari olahraga menunggang kuda, Berenang, Menembak, dan Gulat. Dia tertarik pada Teater dan Opera. Di Istana Yıldız, ia biasa memperagakan berbagai sandiwara dan opera secara pribadi dan menonton bersama keluarganya.

 
Peninggalan berupa pakaian Abdulhamid II

Koleksi buku

 
Abdulhamid II pada tahun 1908

Abdulhamid sangat tertarik dengan percetakan dan penerbitan. Mesin cetak modern Turki membawanya bekerja untuk membuat sofa berkualitas tinggi. Misalnya, Sultan Abdulhamid, mengirim beberapa Salinan sofa ke Inggris, Jerman dan Amerika. Abdulhamid adalah seorang sultan yang sangat tertarik pada traveloguest. Abdulhamid memiliki koleksi novel detektif yang dikabarkan antara dua dan lima ribu, banyak di antaranya hilang ketika terjadi serangan di Istana Yıldız. Abdulhamid sangat menyukai novel yang dikarang oleh Sherlock Holmes

Sultan Abdulhamid, mendirikan sebuah perpustakaan yang sangat besar di Istana Yıldız. Perpustakaan ini terdiri dari empat bagian. Ini termasuk ditulis dalam bahasa asing, diterjemahkan ke dalam Bahasa Turki Utsmaniyah. Di antara tindakan-tindakan ini, banyak naskah diterjemahkan ke dalam hak cipta pribadi dan berbayar. Oleh karena itu, dilarang mencetak dan mendistribusikannya sehingga itu adalah salinan tunggal. Perpustakaan yga mengoleksi semua surat kabar utama di Eropa. Oleh karena itu, koleksi berkala yang sangat kaya tersedia. Dalam hal novel dan cerita Romawi, hingga 6.000 buku diterjemahkan khusus untuk istana. Novel-novel ini dibacakan di harem dan kemudian dikembalikan ke perpustakaan. Misalnya, Carmen Silva memiliki semua karyanya. Perpustakaan juga memiliki bagian yang berisi Bahasa Arab dan Bahasa Persia. Tetapi bagian ini kurang terawat dibandingkan dengan yang lain. Dikatakan bahwa Abdülhamid, yang menjalani kehidupan didalam Istana Yıldız suka dengan topik geografi, sehingga ia mengetahui dan mengikuti dunia melalui karya-karya ini.

Opini Tentangnya

 
Sebuah karikatur Prancis yang menggambarkan Abdulhamid sebagai "Jagal Armenia"

Dia disebut Sultan Merah oleh sejarawan Barat dan lawan-lawannya terutama karena metode yang dia gunakan untuk menekan pemberontakan Armenia. Di sisi lain, para pendukungnya memanggilnya “Hakanım (Pemimpin-ku)”, “Hünkarım (Hunkar-ku)”, ataupun “Sultanım (Sultan-ku).

Filsuf Rıza Tevfik dan Süleyman Nazif, yang awalnya menentang Sultan Abdulhamid dalam Komite Persatuan dan Kemajuan, akhirnya menyatakan penyesalan dalam puisi mereka. Klaim Sultan Merah dibuat oleh seorang penulis Perancis, Albert Vandal. Alasan untuk ini adalah bahwa Abdulhamid menekan pemberontakan Armenia. Dalam opini publik Eropa, khususnya di Inggris dan Prancis, tertulis bahwa Abdulhamid adalah seorang sultan yang kejam dan berdarah.

Proyek

Proyek yang terwujud

Tentara dan angkatan laut

Pada 1879, setelah kekalahan Kesultanan Utsmaniyah dalam Perang 93, Sultan Abdulhamid memutuskan bahwa Angkatan Darat Utsmaniyah harus melakukan modernisasi terhadap ekspansionisme Rusia dan memutuskan untuk bekerja sama dengan negara lain yang terkena dampaknya, yaitu Jerman. Delegasi militer Jerman datang ke Istanbul di bawah komando Baron Von der Goltz, lalu ia diberi pangkat Müşir. Von der Goltz melakukan reformasi drastis di sekolah-sekolah militer dan menetapkan prasyarat untuk pelatihan perwira muda. Dengan demikian, Von der Goltz adalah landasan kesadaran jenderal Turki untuk dididik dalam metode modern dan mengikuti perkembangan teknologi militer terbaru.

 
Kereta Api yang dibangun pada masa Abdulhamid

Selama masa pemerintahan Abdulhamid, kekuatan Angkatan Laut Utsmaniyah menurun karena alasan-alasan seperti tidak bertambahnya hutang dan situasi umum (kapal-kapal yang selalu dipinjam). Angkatan Laut Utsmaniyah tetap berada di Galangan Haliç. Selama periode ini, pertama kalinya di dunia oleh kapal selam lapis baja Utsmaniyah, berhasil diujicoba. Selain itu, museum angkatan laut pertama dibuka selama periode ini. Namun, karena berbagai alasan, Kesultanan Utsmaniyah melanjutkan persaingan kapal selamnya tanpa kapal selam tunggal dalam Perang Dunia I. Hasan Hüsnü Pasha, yang menjabat sebagai kepala angkatan laut untuk waktu yang lama, sangat berpengaruh pada periode tersebut.

Dengan rekonstruksi tentara oleh Von der Goltz, Utsmaniyah memberikan perintah senjata komprehensif pertama mereka kepada perusahaan-perusahaan Jerman seperti Krupp dan Mauser. Von der Goltz juga mendukung pembangunan kereta api Baghdad untuk memastikan pengaruh Jerman dan Kesultanan Utsmaniyah di timur. Gagasan ini bertepatan dengan kepentingan ekonomi Jerman, yang mendukung pembangunan kereta api untuk menemukan pasar baru. Pada tahun 1888, Sultan Abdulhamid memberikan izin untuk membangun jalur kereta api di Baghdad untuk Bank Jerman

Fakta bahwa Angkatan Darat Utsmaniyah mulai menggunakan senjata modern segera membuktikan dampaknya dalam Perang Yunani-Turki (1897). Tentara Utsmaniyah merebut kembali Athens, tetapi Tsar Rusia Nikolai II mengancam Abdulhamid dengan mengirimkan berita jika tentara Rusia akan menyerang Erzurum jika Utsmaniyah berani membubarkan Kerajaan Yunani.

Pendidikan

Sekolah perempuan pertama dibuka pada masa pemerintahan Abdulhamid. Namun, ketelitian seseorang Abdüllatif Suphi Pasha dalam berpengetahuan, maka ia selalu berkata pada Abdulhamid “Jika anda membuka sekolah, saya di belakang Anda”. Ia selalu mendukung pembukaan berbagai sekolah dengan mengambil langkah pertama mengajarkan masyarakat untuk membaca.

Langkah pendidikan yang paling jelas dalam sejarah Utsmaniyah pada masa Abdulhamid adalah:

  • Terdapat 250 Rüştiye pada saat ia naik tahta, meningkat menjadi 900 pada 1909.
  • Pada tahun 1877, hanya ada 200 sekolah dasar modern di Istanbul, tetapi meningkat menjadi 9.000 pada tahun 1905
 
Stasiun Besar Haydarpaşa adalah sebuah stasiun yang didirikan pada masa Abdulhamid.

Transportasi

 
Stasiun Damaskus di Syam didirikan pada masa Abdulhamid II

Salah satu proyek yang berhasil direalisasikan adalah Kereta Hejaz. Proyek ini adalah pekerjaan yang diselesaikan sepenuhnya asli dengan dana, konstruksi, desain dan sumbangan yang dikumpulkan dari dunia Islam, tidak seperti Jalur Kereta api Haydarpaşa-Ankara, dan Kereta Api Baghdad yang juga dibiayai oleh Jerman. Stasiun Besar Sirkeci dan Haydarpaşa adalah bangunan penting yang dibangun oleh Abdulhamid. Pembangunan Stasiun Kereta Api Haydarpaşa dimulai pada tahun 1906.

Panjang jalur kereta api Utsmaniyah adalah 1.780 km pada tahun 1881, mencapai 5.883 km hingga 1907-1908, dan meningkat tiga kali lipat selama masa pemerintahan Abdulhamid.

 
Stasiun Besar Sirkeci adalah sebuah stasiun yang didirikan pada masa Abdulhamid.

Dinyatakan dalam berbagai sumber bahwa jaringan jalan yang akan menghubungkan seluruh Anatolia selama masa pemerintahan Abdulhamid dirancang dan dibangun. Suatu sistem yang diperkenalkan pada tahun 1869 yang memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan jalan. Dengan demikian, seorang laki-laki berusia 16-60 tahun dari 1 rumah akan bekerja dalam pembangunan jalan selama empat hari setahun. Dengan cara ini, konstruksi selesai dengan cepat. Dengan pengecualian jalan Gümüşhane-Bayburt-Erzurum-Doğubayazıt-Iran (1879), jalan Samsun-Baghdad, yang memiliki rute 12.000 kilometer, diselesaikan hingga 1895. Ketika jalan menuju Samsun dibuka, kota itu tumbuh pesat pada masa pemerintahan Abdulhamid. Ini juga berlaku untuk Bursa. Kota ini telah menjadi persimpangan jalan raya yang penting di Anatolia baik di jalan perkotaan maupun antar kota.

Komunikasi

Pada tahun 1877, Telegraf menjadi alat yang sangat penting. Pada tanggal 27 Januari 1900 untuk pertama kalinya pengiriman uang diperkenalkan di Kementerian Telegraf dan Pos. Pada 30 Mei 1901, City Mail didirikan. Untuk mengirimkan surat lebih cepat, perjanjian khusus dibuat dengan perusahaan kereta api (kemudian disebut Şark Şimendiferleri) pada 30 Agustus 1901. Di sisi lain, telepon dibawa ke Istanbul hanya lima tahun setelah tanggal digunakan di Eropa (1876). Pemasangan garis telegraf dipercepat pada masanya dan bahkan instruksi diberikan untuk melakukan pengamatan meteorologi pada masing-masing jalur tersebut. Dengan demikian, penyebaran garis telegraf, menjadi mungkin untuk menginformasikan pusat cuaca di titik-titik di mana garis telegraf terpasang, sehingga upaya ini merupakan awal dari laporan cuaca modern.

Kesehatan

Pada tahun 1899, ia mendirikan Rumah Sakit Etişli Etfal yang masih beroperasi hingga saat ini.

Bantuan sosial

Dia mengeluarkan Darülaceze dari Okmeydanı dengan dekrit tertanggal 25 Maret 1906.

Proyek yang gagal

Pada awal abad ke-20, Abdulhamid berencana membangun jembatan untuk Tanduk Emas dan Bosporus di Istanbul. Ferdinand Arnodin (1845-1924) adalah Kepala Arsitek proyek jembatan Bosphorus dari Perusahaan Kereta Bosphorus pada tahun 1900. Namun, proyek ini tidak dapat direalisasikan, tetapi setidaknya proyek tersebut memiliki dokumen, dan gambar.

 
Cisr-i Hamidi adalah satu dari dua jembatan yang akan didirikan oleh Abdulhamid di atas Selat Bosphorus

Salah satu proyek yang tidak dapat direalisasikan dan dinyatakan tidak layak adalah tender pembangunan Jalur Kereta api Yaman. Laporan tersebut diberikan pada tahun 1898 oleh Gubernur Yaman saat itu yang kemudian juga menjadi wazir agung Hüseyin Hilmi Pasha dan pembangunan dimulai pada tahun 1913. Namun, pasukan Italia menghentikan pembangunan pelabuhan di Yaman sehingga proyek tersebut ditutup dan dibatalkan.

Perkembangan sosial, budaya dan ekonomi

 
Abdulhamid II di Istana Balmoral, Imperium Britania Raya

Beberapa perkembangan sosial, budaya dan ekonomi selama masa pemerintahan Abdulhamid adalah sebagai berikut: Templat:Div kolom

  1. Ilmu Politik mulai diajarkan untuk tingkat Fakultas
  2. Petugas mulai terdaftar dalam dokumen
  3. Fakultas Hukum dibuka
  4. Pengadilan Auditor (MK) didirikan
  5. Fakultas Seni Rupa Istanbul dibuka
  6. Fakultas Perdagangan dibuka
  7. Fakultas Teknik Tinggi dibuka
  8. Dârülmuallimât(Sekolah guru Perempuan) dibuka
  9. İdadiler (Sekolah Menengah) mulai dibuka di seluruh negeri
  10. Bank Pertanian didirikan
  11. İpekhane dibuka di Bursa
  12. Sekolah Tinggi Pertanian Istanbul Halkalı dan Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan Istanbul Halkalı (Halkalı Ziraat dan Baytar Mekteb-i Âlisi) dibuka
  13. Jalur Kereta Api Bursa dioperasikan
  14. Aşiret Mektebi dibuka
  15. Jalur Kereta api Yerusalem dioperasikan
  16. Jalur Kereta api Ankara mulai beroperasi
  17. Pabrik Kertas Hamidiye didirikan
  18. Kadıköy Gazhanesi didirikan
  19. Pelabuhan dan dermaga dibangun di Beirut
  20. Perusahaan Asuransi Osmanlı (Perusahaan Asuransi Publik Osmanlı) didirikan
  21. Kadıköy Plumbing dimasukkan ke dalam layanan
  22. Jalur Kereta api Damaskus mulai beroperasi
  23. Jlaur Kereta api Eskişehir-Kütahya dioperasikan
  24. Galata Rıhtımı dibangun
  25. Kereta Api Beirut mulai beroperasi
  26. Darülaceze) diresmikan
  27. Pabrik Lilin didirikan
  28. Jalur Kereta api Afyon-Konya dioperasikan
  29. Jalur Kereta api Istanbul-Thessaloniki dioperasikan
  30. Jalur Kereta api Damaskus-Aleppo mulai dioperasikan
  31. Rumah Sakit Şişli Etfal diresmikan
  32. Jalur telegraf Hijaz dioperasikan
  33. Jalur telegraf Basra-India terhubung ke Beyoğlu
  34. Mata Air Hamidiye dimasukkan ke dalam layanan
  35. Dermaga dan Pelabuhan dibangun di Thessaloniki
  36. Port Haydarpaşa dibangun
  37. Fakultas Penambangan dibuka
  38. Fakultas Kedokteran Damaskus dibuka
  39. Fakultas Kedokteran Militer Haydarpaşa dibuka
  40. Jalur telegraf Tripoli-Benghazi dioperasikan
  41. Kereta api dioperasikan di Konya
  42. Stasiun Radio Tripoli didirikan
  43. Jalur telegraf Madinah didirikan
  44. Trem listrik di Damaskus mulai digunakan
  45. Kereta api Hijaz mulai digunakan. Kereta yang berangkat dari Istanbul pada 27 Agustus mencapai Madinah 3 hari kemudian.

Keluarga

Pasangan

Menurut putrinya, Ayşe Sultan. Ayahnya, Abdulhamid II memiliki 13 istri.

Tuan Putri
  1. Nâzikedâ Kadınefendi
  2. Bedrifelek Kadınefendi
  3. Safinaz Nurefzun Kadınefendi
  4. Bidâr Kadınefendi
  5. Dilpesend Kadınefendi
  6. Mezîde Kadınefendi
  7. Emsalinur Kadınefendi
  8. Müşfika Kadınefendi
Selir
  1. Sazkâr Hanım
  2. Peyveste Hanım
  3. Fatma Pesend Hanım
  4. Behice Hanım
  5. Saliha Naciye Hanım
Favorit
  1. Dürdane Hanım
  2. Caliboz Hanım
  3. Simperver(Nazlıyâr) Hanım
  4. Nevcedid Hanım
  5. Bergüzar
  6. Levandit
  7. Ebru
  8. Sermelek
  9. Gevherriz

Anak

Putra
  1. Mehmed Selim Efendi, putra dari Bedrifelek Kadinefendi
  2. Ahmed Nuri Efendi
  3. Mehmed Abdulkadir Efendi, putra dari Bidâr Kadınefendi
  4. Mehmed Burhaneddin Efendi
  5. Abdurrahim Hayri Efendi, putra dari Peyveste Hanım
  6. Ahmed Nureddin Efendi
  7. Mehmed Bedreddin Efendi
  8. Mehmed Abid Efendi, putra dari Saliha Naciye Hanimfendi
Putri
  1. Ulviye Sultan
  2. Zekiye Sultan
  3. Naime Sultan
  4. Naile Sultan
  5. Şadiye Sultan
  6. Ayşe Sultan
  7. Refia Sultan
  8. Hatice Sultan
  9. Aliye Sultan (y.1900). Dia meninggal ketika dia masih bayi.
  10. Cemile Sultan (y.1900). Dia meninggal ketika dia masih bayi.
  11. Samiye Sultan
  12. Saliha Sultan

Bibliografi dan Referensi

  1. ^ "Reform in the Ottoman Empire, 1856–1876. By <italic>Roderic H. Davison</italic>. (Princeton, N. J.: Princeton University Press. 1963. Pp. xiii, 479. $12.50)". The American Historical Review. 1964-10. doi:10.1086/ahr/70.1.163. ISSN 1937-5239. 
  2. ^ Kemal H. Karpat (2001). The Politicization of Islam: Reconstructing Identity, State, Faith, and Community in the Late Ottoman State. Oxford University Press. hlm. 235–. ISBN 978-0-19-513618-0. 
  3. ^ Moshe Yegar (1 January 2002). Between Integration and Secession: The Muslim Communities of the Southern Philippines, Southern Thailand, and Western Burma/Myanmar. Lexington Books. hlm. 397–. ISBN 978-0-7391-0356-2. 
  4. ^ Political Science Quarterly. Academy of Political Science. 1904. hlm. 22–. Straus Sulu Ottoman. 
  5. ^ Mustafa Akyol (18 July 2011). Islam without Extremes: A Muslim Case for Liberty. W. W. Norton. hlm. 159–. ISBN 978-0-393-07086-6. 
  6. ^ J. Robert Moskin (19 November 2013). American Statecraft: The Story of the U.S. Foreign Service. St. Martin's Press. hlm. 204–. ISBN 978-1-250-03745-9. 
  7. ^ George Hubbard Blakeslee; Granville Stanley Hall; Harry Elmer Barnes (1915). The Journal of International Relations. Clark University. hlm. 358–. 
  8. ^ The Journal of Race Development. Clark University. 1915. hlm. 358–. 
  9. ^ Idris Bal (2004). Turkish Foreign Policy in Post Cold War Era. Universal-Publishers. hlm. 405–. ISBN 978-1-58112-423-1. 
  10. ^ Idris Bal (2004). Turkish Foreign Policy in Post Cold War Era. Universal-Publishers. hlm. 406–. ISBN 978-1-58112-423-1. 
  11. ^ Akyol, Mustafa (2006-12-26). "Mustafa Akyol: Remembering Abdul Hamid II, a pro-American caliph". Weekly Standard. History News Network. 
  12. ^ ERASMUS (26 July 2016). "Why European Islam's current problems might reflect a 100-year-old mistake". The Economist. 
  13. ^ "Chisholm, Hugh, (22 Feb. 1866–29 Sept. 1924), Editor of the Encyclopædia Britannica (10th, 11th and 12th editions)". Who Was Who. Oxford University Press. 2007-12-01. 
  14. ^ Fortna, B (2008). The reign of Abdülhamid II. The Cambridge History of Turkey. 4. Cambridge University Press. hlm. 38–61. doi:10.1017/CHOL9780521620963.004. 
  • Harb, Muhammad. 2004. Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II (terjemahan Abdul Halim). Bogor: Pustaka Thariqul Izzah.
  • Siyasi Khatiratum.
Abdul Hamid II
Lahir: 21 September 1842 Meninggal: 10 Februari 1918
Gelar
Didahului oleh:
Murad V
Sultan Kesultanan Utsmaniyah
31 Agustus 1876 – 27 April 1909
Diteruskan oleh:
Mehmed V
Jabatan Islam Sunni
Didahului oleh:
Murad V
Khalifah
31 Agustus 1876 – 27 April 1909
Diteruskan oleh:
Mehmed V