Komando Operasi Udara Nasional
Komando Operasi Udara Nasional (atau disingkat Koopsudnas) merupakan komando utama terpenting dalam kekuatan TNI Angkatan Udara. Koopsudnas berfungsi sebagai mata dan telinga yang mengawasi berbagai pergerakan pesawat udara yang melintasi wilayah Indonesia.
Komando Operasi Udara Nasional | |
---|---|
Dibentuk | 9 Februari 1962 |
Negara | Indonesia |
Tipe unit | Operasi Udara dan Pertahanan Udara |
Bagian dari | TNI Angkatan Udara |
Moto | Labda Reswara Antarikshe |
Baret | BIRU |
Situs web | https://koopsudnas.tni-au.mil.id/ |
Tokoh | |
Panglima | Marsekal Madya TNI Tedi Rizalihadi |
Kepala Staf | Marsekal Muda TNI Jorry Soleman Koloay, S.I.P. |
Inspektur | Marsekal Pertama TNI Dodi Fernando, S.E., M.Sos.Sc. |
Kepala Kelompok Staf Ahli | Marsekal Pertama TNI Surya Chandra Siahaan, S.I.P., Dipl of MDS., M.Tr.(Han) |
Sebagai pengawal keamanan wilayah Indonesia, dalam melaksanakan tugasnya Koopsudnas didukung oleh Satuan Radar Angkatan Udara yang ditempatkan di berbagai daerah. Selain itu Koopsudnas juga telah mengintegrasikan data dari radar-radar sipil di seluruh Indonesia.
Markas Komando Koopsudnas berada di Jl. Mustang 5 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Tugas
Koopsudnas merupakan salah satu dari komando utama tempur TNI Angkatan Udara bersama-sama dengan Komando Operasi, Sektor, dan Pasukan Gerak Cepat.
Koopsudnas bertugas menyelenggarakan upaya pertahanan keamanan atas wilayah udara nasional secara mandiri ataupun bekerja sama dengan Komando Utama Operasional lainnya dalam rangka mewujudkan kedaulatan dan keutuhan serta kepentingan lain dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menyelenggarakan pembinaan administrasi dan kesiapan operasi unsur-unsur Hanud TNI AU dan melaksanakan siaga operasi untuk unsur-unsur Hanud dalam jajarannya (Wing 100 Hanud Terminal/Menengah-Jauh Pasgat, Wing 200 Satuan Radar, Wing 300 Skadron-Skadron Udara Tempur Sergap, dan Wing 400 Hanud Titik Pasgat) dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.
Sejarah
Setelah dibentuk, Kohanudgab memiliki peran yang besar dalam rangka pembebasan Irian Barat. Kohanudnas sendiri telah terbentuk sejak tanggal 9 Februari 1962, namun untuk merebut Irian Barat maka unsur Kohanudnas tergabung dalam Komando Pertahanan Udara Gabungan Mandala (Kohanudgabla) yang berada di bawah Komando Operasi Mandala (Kola), yang dibentuk pada tanggal 2 Januari 1962 dengan Panglima AU Mandala Kolonel Udara Leo Wattimena (naik menjadi Komodor Udara). Tugas Kohanudgab dalam operasi Trikora adalah merencanakan, mempersiapkan dan menyelenggarakan operasi-operasi militer dengan tujuan mengembalikan wilayah Irian Barat ke dalam kekuasaan Negara Republik Indonesia, dan mengembangkan situasi militer di wilayah Irian Barat sesuai militer di wilayah Irian Barat sesuai dengan taraf perjuangan di bidang diplomasi, agar dalam waktu sesingkat-singkatnya di wilayah Irian Barat secara de facto dapat diciptakan daerah bebas atau dapat didudukan unsur-unsur kekuasaan pemerintah daerah Republik Indonesia. Ada 4 unit Radar yang ditempatkan di Wilayah ADC II Kohanudgab yaitu 1 unit radar EW berada di Morotai, 1 unit radar EW berada di Ambon, 1 unit radar GCI/EW di Bula dan 1 unit radar EW berada di Langgur (pindah ke Letfuan) Di antara 4 unit radar, yang paling efektif dalam operasional adalah adalah radar di Bula dipimpinan Mayor Udara Aried Riyadi. Radar ini terletak di sebelah Timur Pulau Seram dan ditengah mandala operasi.
Dalam Kola, unsur rudal belum dilibatkan, namun beberapa senjata banyak berperan untuk melindungi pasukan sendiri, mulai dari PSU (Penangkis Serangan Udara) dari AURI maupun ALRI, sampai dengan ARSU (Artileri Sasaran Udara). Di bawah kendali PSU sebanyak 3 batalyon, dan ARSU sebanyak 4 batalyon. Batalyon-batalyon ARSU tersebut adalah Batalyon Pattimura (tersebar di sekitar Pangkalan Udara di Morotai), Batalyon Amahai, Batalyon Laha dan Batalyon Letfuan. Senjata yang dimiliki berupa tripple gun kaliber 30 mm buatan Oerlikon di Swiss. Kohanudgab mengandalkan kekuatan KRI yang berada di Pulau Plang, Bitung dan Ambon. Mandala operasi laut berada di Laut Arafuru. ALRI mengerahkan beberapa jenis kapal cepat roket (fast rocket ship) sebanyak 12 kapal buatan Rusia, kapal anti kapal selam (sub chaser) buatan Yugoslavia, kemudian 4 kapal motor terpedo boat (MTB) ditambah 3 kapal LST (landing ship tank). Kapal-kapal tersebut beroperasi di daerah Dobo, Pulau Ujir, Pulau Kasir di Kepulauan Aru dan Tanjung Weda - Kepulauan Kei. Selama kegiatan operasi pangkalan kapal berada di Halong, Ambon, kemudian kekuatan Udara TNI AL berada di bagian Utara Pulau Ambon dengan 6 Pesawat Gannet dan 2 Pesawat Albatross. Pada saat itu, tidak semua KRI dilengkapi radar pertahanan udara, beberapa KRI hanya memiliki persenjataan meriam anti serangan udara. Selain itu, kekuatan KRI ini tidak dapat dimanfaatkan sebagai gap filler (pengisi celah kosong) bagi radar pertahanan udara. Sedang pesawat Gannet dan Albatross berfungsi untuk pengamanan KRI dan jalur pelayarannya.
Angkatan Udara Belanda (Militaire Luchtvaart) berusaha mempertahankan penjajahan di bumi Irian Barat, dan berpusat di Biak. Pada April 1960, Belanda semakin meningkatkan kekuatannya dengan menghadirkan kapal induk “Karel Doorman” untuk memperkuat Detasemen AU Belanda (Zcommando Luchtverdediging Nederlauds Nieuw/CLUNNG). Komposisi kekuatannya adalah 12 pesawat tempur Neptune P2V-7, 6 pesawat helicopter, 4 pesawat Dakota C-47, 2 unit radar Type 15 MK-IV (Early Warning). Dua Radar tersebut berada di Pulau Numfor Biak dan Pulau Raja Zumpat - Sorong. Radar EW dengan jarak jangkau 200 NM penempatannya telah dipersiapkan sejak tahun 1954. Sedang kekuatan pesawat buru sergap berada di Sorong, dengan wilayah patroli sepanjang garis pantai Selatan Irian Barat dan Sorong Fakfak-Kaimana hingga Merauke. Sedangkan wilayah operasi pertahanan udara berada di pantai Utara Irian Barat dari Sorong – Manokwari – Biak dan Jayapura. Selain 2 unit radar darat di atas, Belanda juga telah memasang sebuah Radar di Pulau Wundi dan diperkuat dengan Radar kapal perang. Hanud Kohanudgabla juga diperkuat dengan pesawat pembom strategis Tu-16 yang mampu menjangkau pusat konsentrasi kekuatan tempur Belanda yang berada di Biak. Pada operasi Trikora ini keunggulan udara berada di pihak Indonesia.
Perubahan Satuan
Validasi Organisasi
Tanggal 21 Januari 2022, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Andika Perkasa meresmikan pergantian nama Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) menjadi Komando Operasi Udara Nasional (Koopsudnas).[1][2]
Alih Kodal
Pada Tanggal 26 Januari 2022 Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, S.E., M.P.P., menerima Alih Komando dan Pengendalian (Kodal) Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) di Aula Gatot Soebroto, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. Kodal Kohanudnas yang semula berada di bawah jajaran Mabes TNI dialihkan menjadi di bawah jajaran Mabesau, ditandai dengan penyerahan Pataka Kohanudnas dari Panglima TNI kepada Kasau.[3]
Struktur Organisasi
Eselon Pimpinan
- Panglima Koopsudnas : Marsdya TNI Ir. Tedi Rizalihadi S., M.M.
- Kepala Staf Koopsudnas : Marsda TNI Jorry Soleman Koloay
Eselon Pembantu Pimpinan
- Inspektur Koopsudnas : Marsma TNI Dodi Fernando
- Kapoksahli Koopsudnas : Marsma TNI Surya Chandra Siahaan
- Asops Koopsudnas: Marsma TNI Ian Fuady
- Asren Koopsudnas: Marsma TNI Adrian Pangarapan Damanik
- Aspers Koopsudnas: Marsma TNI Danet Hendriyanto
- Aslog Koopsudnas: Marsma TNI Suryanto
- Asintel Koopsudnas: Marsma TNI Yudi Mandega Raswono
- Aspotdirga Koopsudnas: Marsma TNI Fajar Adriyanto
- Askomlek Koopsudnas: Marsma TNI Hadi Siswoyo
- L.O. TNI AD : Kolonel Arh Fithrizal Setiawan, S.Sos., M.Sc.
- L.O. TNI AL : Kolonel Laut (P) Cahyo Hendro Guritno, M.Tr.Hanla., M.M.
Pembagian Satuan
Sekarang ini KOOPSUDNAS memiliki jajaran Kotama Tempur yang terdiri dari KOPASGAT dan 3 KOOPSUD. Tiap Koopsud membawahi Komando Sektor dan Satuan Rudal. Sedangkan 1 Komando Sektor Ibukota langsung dibawah Mako Koopsudnas Jakarta.
- Markas Komando membawahi langsung Komando Sektor Ibukota Negara di Jakarta
- Komando Pasukan Gerak Cepat (KOPASGAT)
- Markas Komando di Margahayu, Bandung
- Satuan Bravo 90 di Rumpin, Bogor
- Satwalkol di Jakarta
- Pusdiklat Kopasgat di Margahayu, Bandung
- Resimen Bantuan Tempur di jakarta
- Batalyon Kesehatan (Gabungan Kopasgat dan Diskesau) di Mabesau jakarta
- Jajaran Pasgat I Wilayah Barat di jakarta
- Batalyon Matra 1/Pasgat I (Kompi Dalpur, Dallan, Sarpur, Jumpmaster)
- Brigade komando 1/Pasgat I (Yonko 462,465,469)
- Resimen Hanud 1/Pasgat I (Den Hanud 473,475,477)
- Denhanlan/Pasgat I
- Jajaran Pasgat II Wilayah Tengah di Makassar
- Batalyon Matra 2/Pasgat II (Kompi Dalpur, Dallan, Sarpur, Jumpmaster)
- Brigade komando 2/Pasgat II (Yonko 461,463,467)
- Resimen Hanud 2/Pasgat II (Den Hanud 471,474,476)
- Denhanlan/Pasgat II
- Jajaran Pasgat III Wilayah Timur di Jayapura
- Batalyon Matra 3/Pasgat III (Kompi Dalpur, Dallan, Sarpur, Jumpmaster)
- Brigade komando 3/Pasgat III (Yonko 464,466,468)
- Resimen Hanud 3/Pasgat III (Den Hanud 472, ....., ......)
- Denhanlan/Pasgat III
- Komando Pasukan Gerak Cepat (KOPASGAT)
- Komando Operasi Udara
- Komando Operasi Udara I di Jakarta
- Komando Sektor I/Medan di Medan
- Komando Sektor IKN di Jakarta
- Satuan Radar 211 di Tanjung Kait, Kabupaten Tangerang
- Satuan Radar 212 di Ranai, Bunguran Timur, Natuna
- Satuan Radar 213 di Tanjung Pinang
- Satuan Radar 214 di Tegal
- Satuan Radar 215 di Congot, Wates, Yogyakarta
- Satuan Radar 216 di Cibalimbing, Kecamatan Surade
- Satuan Rudal 111 di Teluk Naga, Tangerang
- Jajaran Pangkalan Udara & Bandara Koopsud I
- Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma (HLM), Jakarta
- Pangkalan Udara Atang Senjaya (ATS), Bogor
- Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin (RSN), Pekanbaru
- Pangkalan Udara Supadio (SPO), Pontianak
- Pangkalan Udara Suryadarma (SDM), Subang
- Pangkalan Udara Sultan Iskandar Muda (SIM), Banda Aceh
- Pangkalan Udara Soewondo (SWO), Medan
- Pangkalan Udara Husein Sastranegara (HSN), Bandung
- Pangkalan Udara Sutan Sjahrir (SUT), Padang
- Pangkalan Udara Sri Mulyono Herlambang (SMH), Palembang
- Pangkalan Udara Raden Sadjad (RSA), Natuna
- Pangkalan Udara Maimun Saleh (MUS), Sabang
- Pangkalan Udara Raja Haji Fisabilillah (RHF), Tanjung Pinang
- Lanud Hang Nadim, Batam
- Pangkalan Udara Pangeran M. Bun Yamin (BNY), Menggala, Lampung
- Pangkalan Udara Haji Abdullah Sanusi Hanandjoeddin (ASH), Belitung
- Pangkalan Udara Wiriadinata (WIR), Tasikmalaya
- Pangkalan Udara Harry Hadisoemantri (HAD), Bengkayang
- Pangkalan Udara Sugiri Sukani (SKI), Cirebon
- Pangkalan Udara Iskandar (IKR), Pangkalan Bun
- Detasemen TNI AU Gorda di Cikande, Serang
- Detasemen TNI AU Sentolo di Pamengpeuk, Garut
- Komando Operasi Udara II di Makassar
- Komando Sektor II/Makassar di Makassar
- Jajaran Pangkalan Udara & Bandara Koopsud II
- Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin (HND), Makassar
- Pangkalan Udara Iswahyudi (IWJ), Madiun
- Pangkalan Udara Abdul Rachman Saleh (ABD), Malang
- Pangkalan Udara Sam Ratulangi (SRI), Manado
- Pangkalan Udara El Tari (ELI), Kupang
- Pangkalan Udara Ngurah Rai (RAI), Denpasar
- Pangkalan Udara Muljono (MUL), Sidoarjo
- Lanud Dhomber (DMB), Balikpapan
- Pangkalan Udara Haluoleo (HLO), Kendari
- Pangkalan Udara Syamsudin Noor (SAM), Banjarmasin
- Pangkalan Udara Selaparang Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainudin Abdul Madjid (ZAM), Mataram
- Pangkalan Udara Juwata Anang Busra (ANB), Tarakan
- Pangkalan Udara Wirasaba Jenderal Besar Soedirman (JBS), Purbalingga
- Pangkalan Udara Jallaludin di Gorontalo
- Detasemen TNI AU Mutiara Birobuli Selatan di Palu Selatan Palu
- Detasemen TNI AU Andi Depu di Mamuju
- Detasemen TNI AU Ahmad Yani di Semarang
- Detasemen TNI AU Dadapan Pringkuku di Pacitan
- Detasemen TNI AU Raci Kraton di Pasuruan
- Detasemen TNI AU Senggreng Sumberpucung di Malang
- Detasemen TNI AU Pojok Ponggok di Blitar
- Detasemen TNI AU Pandanwangi Tempeh di Lumajang
- Detasemen TNI AU Sarongan Pesanggaran di Banyuwangi
- Detasemen TNI AU Kalawiran Kakaskasen di Tondano
- Komando Operasi Udara III di Biak
- Komando Sektor III/Biak di Biak Numfor
- Jajaran Pangkalan Udara & Bandara Koopsud III
- Pangkalan Udara Manuhua (MNA), Biak Numfor
- Pangkalan Udara Silas Papare (SPR), Jayapura
- Pangkalan Udara Mopah Johanes Abraham Dimara (JAD), Merauke
- Pangkalan Udara Pattimura (PTM), Ambon
- Pangkalan Udara Leo Wattimena (LWM), Morotai
- Pangkalan Udara Dominicus Dumatubun (DDT), Tual
- Pangkalan Udara Mozes Kilangin Yohanis Kapiyau (YKU), Timika
- Pangkalan Udara Ignatius Dewanto (IGD), Saumlaki
- Pangkalan Udara Marthen Indey (MIN), Wamena
- Detasemen TNI AU Manokwari Selatan
- Detasemen TNI AU Sorong
- Detasemen TNI AU Nabire
- Jajaran Satuan Rudal (Satrudal) Hanud Menengah/Jauh TNI AU
- Satuan Peluru Kendali 111 Hanud Menengah/Jauh di Teluknaga, Tangerang, Banten. Rencana kedepan pembentukan Satrudal baru melengkapi Satuan Radar yang ada sebagai satuan penindak langsung target sasaran udara tak dikenal yang ditangkap oleh monitor Satuan Radar.
- Komando Operasi Udara I di Jakarta
Panglima
Saat ini, Koopsudnas dipimpin oleh seorang Komandan yang berpangkat Marsekal Madya TNI. Saat ini jabatan Panglima Koopsudnas (Pangkoopsudnas) diduduki oleh Marsdya TNI Ir. Tedi Rizalihadi S., M.M.
Peristiwa Bawean
Pada tanggal 2 Juli 2003 sekitar 11:38 Military Coordination Civil di Bandar Udara (Bandara) Ngurah Rai, Bali, menangkap pergerakan manuver beberapa pesawat asing di wilayah sebelah barat laut Pulau Bawean. Dalam pemantauan melalui radar, penerbangan gelap itu jumlahnya berubah-ubah antara empat pesawat kadang-kadang hingga sembilan pesawat yang melakukan manuver di atas Pulau Bawean tanpa memiliki izin perlintasan di lintasan udara (air way) Indonesia yang ada. (Indonesia memiliki lebih dari 1.000 perlintasan domestik dan 42 perlintasan internasional). Penerbangan gelap itu pun kadang berada di ketinggian 15.000 kaki, tetapi kadang naik sampai 30.500 kaki dengan kecepatan sampai 450 knot. Kemudian menghilang beberapa waktu dan setelah beberapa saat kemudian muncul kembali di daerah tersebut. Akibat manuver penerbangan gelap tersebut, sejumlah penerbangan sipil Indonesia yang melintas di wilayah tersebut mendapat gangguan, antara lain seperti penerbangan pesawat Bouraq dari Banjarmasin menuju Surabaya. Pilot pesawat Bouraq mengira itu pesawat tempur TNI AU sehingga hal tersebut dilaporkan ke Air Traffic Controller (ATC) di Bandara Juanda, Surabaya.
Selain tidak memiliki izin, penerbangan gelap tersebut juga mencurigakan karena tidak mengadakan kontak radio sama sekali ke ATC yang berada di Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang), Bandara Juanda (Surabaya), atau dengan ATC Bandara Ngurah Rai (Denpasar). Untuk itulah, setelah melalui perkembangan yang terekam, Panglima Kosek Hanudnas II Makassar Marsekal Pertama TNI Pandji Utama Iskaq memerintahkan satu penerbangan yang terdiri dari dua pesawat F-16 Fighting Falcon I dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi, Madiun, untuk melaksanakan identifikasi visual. Sekitar pukul 18.15, kedua pesawat F-16 TNI AU mendarat kembali di Lanud Iswahyudi setelah menyergap dan memperingati kelima pesawat F-18 Hornet, yang mengaku dari US Navy yang tengah mengawal armada Navy yang mengarah ke timur melalui perairan internasional. Setelah penyergapan tersebut, kelima pesawat F-18 Hornet tersebut langsung pergi menjauh.
Lihat Pula
Pranala luar
- (Indonesia) Sejarah Kohanudnas di situs web TNI-AU Diarsipkan 2013-02-15 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Kohanudnas Gelar Latihan Hanudnas Perkasa Diarsipkan 2013-08-14 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Kohanudnas
- (Indonesia) Pertahanan Udara Kohanudnas dan Sishanrata Diarsipkan 2014-07-25 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Kepanjangan Mata dan Telinga Kohanudnas Diarsipkan 2014-04-23 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Situs web Kohanudnas Diarsipkan 2014-05-16 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Analisis Kohanudnas Punya Jet Fighter Sendiri Diarsipkan 2014-09-03 di Wayback Machine.
Referensi
- ^ "Panglima TNI Ganti Nama Kohanudnas Menjadi Koopsudnas". Republika. 22 Januari 2022. Diakses tanggal 22 Januari 2022.
- ^ "Wujudkan Dayatangkal Strategis, Kasau Resmikan Koopsudnas"
- ^ "Kasau Terima Alih Kodal Kohanudnas"