Detasemen Khusus 81 (Penanggulangan Teror)

Satuan Antiteror Kopassus TNI Angkatan Darat

Satuan 81 Kopassus, atau dulu lebih dikenal sebagai SAT-81/Gultor adalah satuan antiteror di Kopassus setingkat Grup yang terdiri dari prajurit terbaik dengan kualifikasi di atas rata-rata pasukan khusus pada umumnya yang diseleksi dari satuan Kopassus. Satuan-81 Kopassus sendiri bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur.

Satuan Khusus 81 Penanggulangan Teror
Dibentuk30 Juni 1982
Negara Indonesia
Cabang Angkatan Darat Indonesia
Tipe unitSatuan Antiteror
Jumlah personelDirahasiakan
Bagian dariKopassus
MarkasCijantung, Jakarta Timur
JulukanSat-81 Kopassus
MotoSiap Setia Berani
PeralatanDirahasiakan
Situs webwww.kopassus.mil.id
Tokoh
KomandanKolonel Inf Charles Alling, S.E., M.MDS.
Wadan

Kekuatan dari satuan ini tidak dipublikasikan secara luas dari sisi jumlah personel maupun jenis persenjataannya yang digunakannya.

Semua unsur tersebut dijaga dengan kerahasiaan tingkat tinggi dan hanya diketahui oleh sebagian kecil pemangku otoritas. Mengingat ini satuan terbaik di antara yang terbaik di dalam organisasi Kopassus secara khusus, dan TNI Angkatan Darat pada umumnya.

Perlu untuk diketahui bahwa beberapa tahun belakangan ini istilah Gultor dihilangkan seiring dengan peningkatan kualifikasi yang dimiliki lebih dari sekadar penanggulangan teror.

Operasi Sat-81/Gultor-Kopassus

Sejarah

Pendirian Satuan-81 Kopassus tidak lepas dari analisis intelijen atas perkembangan eskalasi jaringan terorisme internasional pada periode 1970 hingga 1980-an yang dapat mengancam stablitas hubungan internasional maupun negara itu sendiri.

Pada tahun 1970, Kepala Pusat Intelijen Strategis melaksanakan studi banding ke negara-negara Barat seperti Eropa dan Amerika dalam proses pembentukan satuan anti teror.

Beberapa negara dan satuan antiteror yang menjadi acuannya antara lain ialah Korps Commandotroepen dari Belanda, kemudian Special Air Service yang adalah pasukan khusus Angkatan Darat dari Inggris, GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9), satuan kepolisian paramiliter elit dari Jerman Barat, dan U.S Special Force dari Amerika Serikat.

Pada tanggal 28 Maret 1981, terjadi suatu peristiwa pembajakan pesawat DC-9 Garuda Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis bernama Komando Jihad.

Kopassus, yang waktu itu masih bernama Kopassandha, kemudian ditunjuk oleh Panglima ABRI pada saat itu yakni, Jenderal M. Jusuf untuk mengambil alih operasi pembebasan sandera dengan Letnan Kolonel Inf. Sintong Panjaitan sebagai pimpinan operasi.

Operasi pembebasan sandera pun berjalan sukses dan secara dramatis melambungkan reputasi Kopassus di mata dunia internasional.

Berangkat dari pengalaman ketidaksiapan dalam menghadapi terorisme di era itu kemudian mendorong Kepala Badan Intelijen Strategis ABRI saat itu, Letnan Jenderal TNI L.B Moerdani, untuk menginisiasi agar segera membuat kesatuan baru setingkat Detasemen di lingkungan Kopassandha.

Pada 30 Juni 1982, dibentuklah Satuan Anti Teror Detasemen 81 (Den-81) Kopassandha, melalui surat keputusan nomor: SKEP/4/VI/1982 Tanggal 30 Juni 1982 yang merupakan Satuan Anti Teror pertama di Indonesia, dengan komandan pertama Mayor Inf. Luhut Binsar Panjaitan dengan wakil Kapten Inf. Prabowo Subianto.

 
Kapten Inf. Prabowo Subianto (paling kiri) bersama Mayor Inf. Luhut Binsar Panjaitan (kanan pertama) diutus oleh ABRI pada tahun 1982 untuk mengikuti Pendidikan Antiteror di Jerman sebelum membentuk satuan antiteror pertama di Indonesia.

Kedua perwira tersebut dikirim untuk mengambil spesialisasi penanggulangan teror ke GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9) Jerman dan sekembalinya ke Tanah Air dipercaya untuk menyeleksi dan melatih para prajurit Kopassandha yang ditunjuk ke Den-81.

Satuan-81 merupakan ujung tombak pertahanan dan keamanan Republik Indonesia. Tidak seperti satuan lain yang selalu mengekspos kegiatan mereka, visi dan misi Satuan-81 adalah untuk "tidak diketahui, tidak terdengar dan tidak terlihat".

Pasukan Khusus SAT 81 Gultor

Keinginan mendirikan Den-81 sebenarnya tidak terlepas dari peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok, 31 Maret 1981.

Pasukan yang berhasil membebaskan Woyla inilah yang menjadi cikal bakal Personil Dan Pasukan Khusus Den-81, dan belakangan diganti lagi menjadi Satuan 81 Kopassus. Den-81 dimekarkan menjadi GRUP-5 / Anti Teror pada Kopassus periode 1995­ - 2001, dan tanggal 6 Juni 2001 (KEP/ 12/ VI/ 2001) terjadi perubahan dari GRUP-5/ Anti Teror Kopassus menjadi SAT-81 GULTOR KOPASSUS, dan kini menjadi Satuan 81 Kopassus.

 
Satuan-81 Antiteror tengah melakukan simulasi operasi penyelamatan sandera di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat RI.

Satuan-81 adalah merupakan salah satu Pasukan Khusus bersenjata yang paling progresif didunia. Satuan-81 adalah merupakan unit kedua di dunia (setelah GSG-9)pemakai senapan serbu HK MP-5 dan produk Heckler & Koch lainnya. Selan itu, Satuan 81 juga adalah pelopor pemakaian PETN sebagai bahan peledak alternatif selain C-4 dan Semtek.

Satuan yang ada di bawah kendali Sat-81 adalah:

  1. Batalyon 811 Sat 81 Kopassus
  2. Batalyon 812 Sat 81 Kopassus

Sistem Rekrutmen

Rekrutmen anggota Satgultor 81/Kopassus diambil dari anggota minimal berdinas aktif 2 tahun di Grup-Grup Jajaran Komando Pasukan Khussus TNI Angkatan Darat.

Operasi Militer

Sekembalinya ke markas, prajurit tadi akan ditingkatkan kemampuannya untuk melihat kemungkinan promosi penugasan ke Satuan Sandi Yudha atau Satuan Antiteror. Untuk antiteror, pendidikan dilakukan di Satuan Latihan Sekolah Pertempuran Khusus Batujajar.

Secara keseluruhan, bisa dipastikan bahwa Sat-81 terlibat di dalam setiap operasi rahasia militer yang dilakukan ABRI dan kemudian dilanjutkan oleh TNI.

Adapun operasi tersebut RI di Utara, disinyalir bahwa satu peleton Sat-81 telah ditugaskan di perbatasan Kalimantan Timur untuk patroli intai jarak jauh (Long Range Recon Mission). Dikabarkan pula bahwa unsur Sat-81 telah diturunkan juga untuk mengejar Nordin M Top dan kawan kawan.

Sampai saat Satuan-81 anti teror adalah salah satu perangkat BIN (Badan intelijen nasional) di dalam operasi khusus yang bersifat paramiliter.

Komandan

No Nama Dari Sampai Jabatan terakhir Keterangan
1. Letkol Inf Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A. 1981 1990 Komandan Kodiklatad Jenderal TNI (HOR)
2. Kolonel Inf Zamroni, S.E. 1995 1996 Asops Panglima TNI Mayor Jenderal TNI
3. Kolonel Inf Adel Gustimego 1996 1996 Komandan Detasemen 81/Gultor Kolonel Inf (Anumerta)
4. Kolonel Inf Lodewijk Freidrich Paulus 2001 2003 Komandan Kodiklatad Letnan Jenderal TNI
5. Kolonel Inf Daniel Ambat 2005 2006 Panglima Divif 2/Kostrad Mayor Jenderal TNI
6. Kolonel Inf I Made Agra Sudiantara - - Komandan Pussenif Mayor Jenderal TNI
7. Kolonel Inf Nugroho Budi Wiryanto, S.Ip., M.M., Q.I.A. 2009 2010 Wairjenad Mayor Jenderal TNI
8. Kolonel Inf Santos Gunawan Matondang, S.Ip., M.M., M.Tr.(Han). 2010 2010 Pangdam XIII/Merdeka Mayor Jenderal TNI
9. Kolonel Inf I Nyoman Cantiasa, S.E., M.Tr.(Han). 2010 2012 Waka BIN Letnan Jenderal TNI
10. Kolonel Inf R. Sidharta Wisnu Graha, S.E. 2012 2014 Gubernur Akmil Mayor Jenderal TNI
11. Kolonel Inf Taufiq Shobri 2014 2015 Kepala Biro Akademik dan Kemahasiswaan Unhan Brigadir Jenderal TNI
12. Kolonel Inf Thevi Angandowa Zebua, S.E. 2015 2016 Waaslat Kasad bidang Kermamil Brigadir Jenderal TNI
13. Kolonel Inf Tri Budi Utomo, S.E. 2016 2017 Pangdam VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI
14. Kolonel Inf Murbianto Adhi Wibowo 2017 2018 Kapusdiklat BIN Brigadir Jenderal TNI
15. Kolonel Inf Yudha Airlangga 2018 2019 Danpusdiklatpassus Brigadir Jenderal TNI
16. Kolonel Inf Willy Brodus Yos Rohadi 2019 2020 Wakil Komandan Rindam II/Sriwijaya -
17. Kolonel Inf Benny Rahadian Chaniago 2020 2022 -
18. Kolonel Inf Raden Nasrul Fathurrohman 2022 2023 Pamen Mabesad dalam rangka Dikreg Sesko TNI TA. 2023 -
19. Kolonel Inf Charles Yohanes Alling, S.E., M.MDS. 2023 Sekarang Dansat-81/Gultor -

Wakil Komandan

Lihat pula

Referensi