Prasasti Blanjong

Revisi sejak 28 Desember 2023 09.34 oleh Ghersyd (bicara | kontrib) (menambahkan pranala dalam)

Prasasti Blanjong (atau Belanjong) adalah sebuah prasasti yang memuat sejarah tertulis tertua tentang Pulau Bali. Pada prasasti ini disebutkan kata Walidwipa, yang merupakan sebutan untuk Pulau Bali. Prasasti ini bertarikh 835 çaka (913 M), dan dikeluarkan oleh seorang raja Bali yang bernama Sri Kesari Warmadewa.

Prasasti Blanjong
Pilar Belanjong di Sanur berasal dari tahun 914 M, menjadi saksi kontak antara Bali, Jawa, dan anak benua India.
Bahan bakuBatu Andesit
Sistem penulisanaksara Pranagari dalam bahasa Sanskrit dan Bali kuna
Dibuat4 Februari 914 M[1]
DitemukanBelanjong, selatan Sanur, Bali, Indonesia
Lokasi sekarangIn situ (lokasi asli)

Prasasti Blanjong ditemukan di dekat banjar Blanjong, desa Sanur Kauh, di daerah Sanur, Denpasar, Bali. Bentuknya berupa pilar batu setinggi 177 cm, dan bergaris tengah 62 cm. Prasasti ini unik karena bertuliskan dua macam huruf; yaitu huruf Pra-Nagari dengan menggunakan bahasa Bali Kuno, dan huruf Kawi dengan menggunakan bahasa Sanskerta.

Situs prasasti ini termasuk dalam lingkungan pura kecil, yang melingkupi pula tempat pemujaan dan beberapa arca kuno.

Pilar tersebut bertanggal menurut kalender Saka India, pada hari ketujuh dari setengah ('saptāmyāṁ sita') bulan Phalguna dari tahun Śaka 835, yang bertepatan dengan 4 Februari 914 M menurut perhitungan Louis-Charles Damais.[2][1]

Isi prasasti

Prasasti pilar Blanjong diterbitkan oleh W.F. Stutterheim,[3] yang transliterasinya direproduksi oleh Roelof Goris[4] dengan mempertimbangkan koreksi oleh Louis-Charles Damais,[2][1] seperti di bawah ini. Sayangnya, begitu banyak tulisan yang rusak sehingga sulit untuk memahami dengan jelas makna teks tersebut. Tanda hubung menunjukkan huruf yang tidak terbaca, tanda kurung menunjukkan bacaan berspekulasi, dan garis miring ganda menunjukkan penanda bagian. Untuk pembacaan varian, S menunjukkan pembacaan oleh Stutterheim (1934),[3] dan D menunjukkan pembacaan oleh Damais (1947).[2]

Transliterasi

Bagian A (Bahasa Bali dan Sansekerta Kuno, aksara Nāgarī)

1. śākabde śara-vahni-mūrti-gaṇite māse tathā phalguṇe (sārā) - - -

2. - (rā) - (taki) nasva(kṣā) - rādhāyajihitivārovinihatyavairini - h- ṅ(s) -

3. - - (hī) - (ja)vampuraṅ [S: siṅhadvāla, D: siṅhārccala] pure(nika) - i - ya - - ta - - t -

4. - - // (śa) [S: –, D: 835] vulan phalguṇa - - - - śrī kesarī - - -

5. - - - raḥ di gurun di s(u)val dahumalahaṅ musuḥdho - ṅka - (rana) - - - (tah)di kutarā -

6. nnata - (tabhāja) - kabudhi kabudhi//

Bagian B (Bahasa Sansekerta, Aksara Bali Kuno)

1. sva - - raṭapratāpamahi - (h) - - ścodayaḥ dhvastārāti tamaścayo (buga)na

2. - samārggaraṅgapriyaḥ padmoboi - (āṣa)seravirabūdhā(ś)ā - - naḥkṛtiḥ vālidvīpa -

3. - (bhayebhīrovi) - - - (bhe)ri - na(bhū)pa(śa) (śi)nā(r)ā(g)atva - -

4. [tidak terbaca]

5. [tidak terbaca]

6. [tidak terbaca]

7. [tidak terbaca]

8. - - - - (śa) - (maśaṅśuta) - - -

9. - - - - (śepra)yātandīśārssyannantāriṣṛ u- - -

10. - - // (vija)yarka(ṇḍantaraṇḍ)antā(pe) kabhājobhṛśam // yenā e

11. - - - - nbhidyā(ṣaṭa)laṅvidhāyuṅgurubhiḥ sarrundhyaśatrūnyudh(i)

12. maha - ha(dv)iparāgrevairimahibhujā(ṅ) ṣṛjutaraḥkamp- - -

Terjemahan

“Pada tahun 835 çaka bulan phalguna, seorang raja yang mempunyai kekuasaan di seluruh penjuru dunia beristana di keraton Sanghadwala, bernama Çri Kesari telah mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan di Swal. Inilah yang harus diketahui sampai kemudian hari.”

Berdasarkan isi prasasti tersebut dipastikan prasasti Blanjong dikukuhkan pada tahun 835 Caka (913 M) atas Raja Adipatih Cri Kesari Warmadewa sebagai tanda kemenangan,[5]

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c Louis-Charles Damais (1959) "Ouvrages d'Études Indonésiennes", Bulletin d'École française d'Extrême-Orient, 49, 2, pp. 685-686.
  2. ^ a b c Louis-Charles Damais (1947) Études balinaises: I. La colonnette de Sanur p. 127
  3. ^ a b W.F. Stutterheim (1934) "A newly discovered pre-nagari inscription on Bali". Acta Orientalia, XII, pp. 126-32
  4. ^ Roelof Goris (1954) Prasasti Bali Masa Baru: Bandung. p. 64-65
  5. ^ Tara Wiguna, 1990:29,38