Gereja Protestan Maluku

gereja di Indonesia

Gereja Protestan Maluku (disingkat GPM) merupakan salah satu gereja di Indonesia yang beraliran Protestan Reformasi atau Calvinis. GPM berdiri di Ambon, Maluku pada tanggal 6 September 1935. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai hari kelahiran GPM. GPM memandirikan dirinya dari Gereja Protestan di Indonesia (GPI) atau Indische Kerk sebagai bentuk kemandirian gereja.

Gereja Protestan Maluku
SingkatanGPM
PenggolonganProtestan,
OrientasiCalvinis
TeologiGereja Orang Basudara
PemimpinPdt. Elifas Tomix Maspaitella, M.Si
WilayahKepulauan Maluku
Bahasa
Didirikan6 September 1935
Maluku
Terpisah dariGereja Protestan Calvanis
Gereja Protestan di Indonesia (GPI)
Umat504.128 jiwa

Tentang Gereja

 
Bagan pemekaran GPI yang menghasilkan berbagai gereja mandiri di Indonesia, antara lain GPM.

Gereja Protestan Maluku atau GPM adalah gereja Protestan yang melayani di wilayah Provinsi Maluku (Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Ambon, Pulau-pulau Lease (Saparua, Haruku dan Nusalaut), Pulau-pulau Banda, Kepulauan Kei, Kepulauan Aru (Dobo), Tanimbar, Babar, Leti-Moa-Lakor, Kisar hingga Wetar, dan Provinsi Maluku Utara (Ternate, Pulau-pulau Bacan, Pulau-pulau Obi, dan Kepulauan Sula) GPM bertumbuh dengan berbagai tantangan yang bukannya membuat umat Kristen di provinsi kepulauan ini mundur, tetapi semakin membuat semangat kekristenan mereka makin menyala-nyala. Tantangan-tantangan yang dihadapi mulai dari dibombardirnya wilayah Ambon pada Perang Dunia II oleh Jepang, yang menyebabkan separuh hamba Tuhan terbunuh dan penduduk di beberapa desa dibantai. Kemudian ketika pecahnya pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) pada tahun 1950 berakibat pada hancurnya sebagian besar gereja di Ambon dan Seram. Kemudian yang terakhir ketika pecah kerusuhan antarwarga Kristen – Islam yang sangat disayangkan adalah buah tangan orang-orang yang membenci kedamaian. Sehingga kembali lagi gereja dan bangunan-bangunan penting milik GPM ikut hancur, fasilitas sekolah dan kampus Universitas Kristen hangus terbakar. Dua Klasis berhenti melayani dan ratusan warga yang ada di desa dan kota dibantai. Ribuan orang pun mengungsikan diri ke wilayah aman seperti Sulawesi Utara, Bali, dan Papua. Akibatnya di Ambon dan beberapa tempat bekas kerusuhan muncul pembagian wilayah-wilayah Islam dan Kristen yang sebenarnya sangat disayangkan, serta muncul trauma-trauma negatif yang masih tertanam pada kedua pihak.

Kini GPM bekerja keras tidak hanya untuk membangun kembali gereja secara fisik tetapi juga secara mental dan spiritual. Dengan fokus membangun kehidupan masyarakat Kristen yang berlandaskan teologi hidup dan semangat “pela gandong” yang diharapkan dapat menyembuhkan luka-luka konflik dan kekerasan. Sehingga masyarakat Kristen di Maluku khususnya warga GPM dapat kembali melanjutkan pelayanan dengan semangat penginjilan yang teguh dan tidak terkungkung dalam kebodohan duniawi dengan salah satu cara yakni; memberikan pelayanan Injil yang komprehensif di tengah masyarakat, seperti tampak dari keikutsertaan dalam mencerdaskan anak-anak bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan.

Sejarah

  • 1605, 27 Februari: GPM berawal dari ibadah perdana Gereja Protestan Calvinis dari orang-orang Belanda, pegawai VOC, di Ambon.
  • 1621: Terbentuklah Majelis Jemaat Indische Kerk pertama di Indonesia dengan berkedudukan di Batavia (Jakarta),
  • 1622: Majelis Jemaat Indische Kerk dibentuk pula di Banda, yang berdampak, aktivitas penginjilan di wilayah Maluku pun mulai kian marak dan intens dilakukan, khususnya melalui peran Pendeta Adriaan Hulsebos, yang telah berupaya membuat pelayanan ke Ambon, namun kapalnya tenggelam di Teluk Ambon, dia pun meninggal, dan misinya dilanjutkan oleh Pendeta Rosskot (yang selanjutnya pula berperan dalam menyelenggarakan Pendidikan Teologi pertama di Ambon, Maluku, maupun Indonesia).
  • 1799: Setelah VOC dibubarkan, maka ada sejumlah jemaat di Indonesia yang telantar, termasuk beberapa jemaat di Ambon.
  • 1815-1833: Joseph Kam diutus ke Maluku oleh Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG).
  • 1871: Joseph Kam mendata jemaat-jemaat di Ambon
  • 1930: Gereja terus berkembang pada masa pemerintahan Hindia Belanda yang dilayani oleh Gereja Protestan di Indonesia (GPI) dan Nederlandsch Zendeling Genotschaap (NZG) dan daerah pelayanannya telah meliputi hampir seluruh Maluku.
  • 1935, 6 September: GPM berdiri sebagai gereja yang mandiri dalam bidang konfesi, liturgi dan keuangan
  • 1950: RMS membakar Kota Ambon dan wilayah Pulau Seram yang mengakibatkan banyaknya gedung gereja ikut terbakar.
  • Pada tanggal 25 Mei 1950, GPM menjadi anggota PGI.
  • 1999-2003: Kerusuhan antara warga Islam dan Kristen yang terprovokasi, sehingga mengakibatkan ratusan gereja dan masjid terbakar dan ribuan orang meninggal.

Personalia

Majelis Pekerja Harian Sinode GPM Periode 2020-2025:[1].

  • Ketua: Pdt.Elifas Tomix Maspaitella, M.Si
  • Wakil Ketua 1: Pdt. Ny. L. Bakarbessy-Rangkoratat S.Th
  • Wakil Ketua 2: Pdt. H. I. Hetharie
  • Sekretaris Umum: Pdt. S.I. Sapulette
  • Wakil Sekretaris Umum: Pdt. R. Rahabeat
  • Anggota:
  • Pdt. Y. Colling
  • Pdt. N. Souisa-G
  • Pnt. Ny. D. Sahertian
  • Pnt. F. J. Papilaya

Wilayah pelayanan

Wilayah pelayanan Gereja Protestan Maluku (GPM) meliputi 34 klasis dan 761 jemaat yang tersebar di seluruh Kepulauan Maluku, baik di Provinsi Maluku maupun Maluku Utara.[2] Pada awal pendiriannya, 6 September 1935, GPM memiliki tujuh wilayah pelayanan (klasis) dan enam bagian gereja yang setingkat klasis.[3]

Galeri

Referensi

  1. ^ "Elifas Tomix Maspaitella Jadi Ketua MPH Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) Periode 2020-2025". Lelemuku.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-29. Diakses tanggal 20 February 2021. 
  2. ^ "761 Jemaat GPM dari 34 Klasis Memilih Majelis Jemaat di Maluku dan Maluku Utara". satumaluku.id. 4 November 2019. Diakses tanggal 18 Juni 2022. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ M. Malakalamere 2014, hlm. 55.

Daftar pustaka

Pranala luar