Pertempuran Mu'tah

artikel daftar Wikimedia
Revisi sejak 31 Juli 2024 11.28 oleh 145.224.73.38 (bicara) (Gelar Nabi sebagai pengakuan atas kenabiannya)

Pertempuran Mu'tah adalah sebuah pertempuran yang terjadi di Mu'tah pada bulan Jumadil Awal 8 H atau 629 M. Pihak yang terlibat dalam pertempuran ini ialah pasukan Muslim yang diutus oleh Muhammad, dan pasukan Bizantium.

Pertempuran Mu'tah
غَزْوَة مُؤْتَة
مَعْرَكَة مُؤْتَة
Bagian dari Perang Bizantium

Makam komandan Muslim Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah di Al-Mazar dekat Mu'tah, Yordania
TanggalSeptember 629[1]
LokasiMu'tah, Kegurbenuran Karak, Yordania, Syam
31°2′N 35°42′E / 31.033°N 35.700°E / 31.033; 35.700
Hasil Kemenangan Romawi Bizantium[2][3][4]
Pihak terlibat
Arab muslim Kekaisaran Romawi
Ghassaniyah
Tokoh dan pemimpin
Zaid bin Haritsah 
Ja'far bin Abi Thalib 
Abdullah bin Rawahah 
Khalid ibn Walid
Theodorus
Mālik bin Zāfilah [5]
Kekuatan
3,000[6][7][8]

100,000 (Al-Waqidi)[9]
200,000 (Ibn Ishaq)[5]
(sumber awal)

10,000 atau kurang (Estimasi modern)
Korban
12[10] (Diperdebatkan)[11][12] Tidak diketahui
Pertempuran Mu'tah di Jordan
Pertempuran Mu'tah
Lokasi di Jordan

Penyebab

Selama masa gencatan senjata antara Kaum Quraisy dan Kaum Muslimin, Nabi Muhammad sebagai pemimpin Kaum Muslimin di Madinah mengadakan pengiriman utusan dan surat ke beberapa kepala negara dan kepala pemerintahan di negeri-negeri lain. Pengutusan dan pengiriman surat ini ditujukan untuk mengajak para kepala negara dan kepala pemerintah untuk menerima ajaran Islam.[13]

Pengiriman utusan dan surat-surat dakwah diadakan pada akhir tahun keenam Hijriah. Salah satu surat ditujukan kepada amir di Bushra. Utusan yang dikirim ialah Al-Harits bin Umair Al-Azadi. Namun, Al-Harits dibunuh di Mu'tah sebelum Amir Bushra menerima surat dakwah.[14] Al-Harits dibunuh oleh Syurahbil bin Amr al-Ghassani. Syurahbil merupakan salah satu pembesar negara di Mu'tah.[15] Atas perlakuan ini, Nabi Muhammad mempersiapkan pasukan Muslimin untuk berperang dengan pasukan Ghassaniyah di Mu'tah pada tahun ke-8 Hijriah.[16]

Lokasi

Pertempuran Mu'tah terjadi di sebuah perkampungan bernama Mu'tah. Lokasi Mu'tah berada di wilayah sebelum memasuki Syam. Perjalanan dari Mu'tah menuju ke Baitul Maqdis ditempuh selama dua hari bila berjalan kaki.[17]

Waktu

Pertempuran Mu'tah terjadi pada bulan September 629 M. Kejadiannya bertepatan dengan bulan Jumadil Awal 8 H.[18]

Kekuatan tempur

Nabi Muhammad sebagai pemimpin utama pasukan Muslim tidak ikut serta dalam Pertempuran Mu'tah.[18] Jumlah pasukan Muslimin yang disiapkan oleh nabi Muhammad untuk berangkat ke Mu'tah sebanyak 3 ribu orang. Pengiriman pasukan dipimpin oleh Zaid bin Haritsah.[19]

Sementara pasukan Ghassaniyah berjumlah 200 ribu orang.[16] Sebanyak 100 ribu pasukan berasal dari Kekaisaran Romawi Timur, sedangkan 100 ribu lainnya berasal dari pasukan Ghassaniyah.[20]

Pimpinan perang

Pimpinan perang dari Pasukan Muslimin

Panglima perang dari Pasukan Muslimin untuk mengikuti Pertempuran Mu'tah dipilih langsung oleh Nabi Muhammad. Panglima perang yang terpilih ialah Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawahah.[21] Ketiga panglima ini menjadi pemimpin secara berurutan dalam kondisi pemimpin sebelumnya gugur dalam pertempuran. Nabi Muhammad menetapkan bahwa ketika panglima tersebut gugur, maka posisi panglima perang berikutnya dipilih langsung oleh Pasukan Muslimin.[22]

Abdullah bin Rawahah

Abdullah bin Rawahah pada masa Jahiliah adalah seorang penyair. Ia menjadi muslim sebelum terjadinya Baiat Aqabah dan tetapi menekuni pekerjaan sebagai penyair.  Setelah menjadi Muslim, ia mengikuti peperangan bersama Nabi Muhammad.[23]

Berlangsungnya pertempuran

Pertemuan antara pasukan Muslimin dan pasukan Ghassaniyah

Pasukan Muslim dapat mencapai wilayah Ma'an di negeri Syam. Lokasi ini dapat dicapai karena pasukan Muslim telah mengadakan perjanjian damai dengan kabilah-kabilah yang berada di jalur Madinah-Mu'tah.[24] Pada awal pertempuran, pasukan Muslimin dipimpin oleh Zaid bin Haritsah.[25]

Penunjukan Khalid bin Walid sebagai panglima perang

Khalid bin Walid dipilih oleh pasukan Muslim sebagai panglima perang ketika ketiga panglima perang yang dipilih oleh Muhammad tewas saat Pertempuran Mu'tah sedang berlangsung.[20]

Dampak

Kematian sahabat Nabi

Ibnu Hisyam mencatat bahwa jumlah sahabat Nabi yang meninggal dalam Pertempuran Mu'tah hanya 12 orang.[26] Ketiga pemimpin pasukan Muslim mengalami kematian, yaitu Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawahah. Pemakaman ketiganya dilakukan di Mu'tah.[27]

Pengislaman

Salah seorang komandan Kekaisaran Romawi Timur yang bernama Farwah bin Amr memilih untuk menjadi muslim setelah Pertempuran Mu'tah berakhir. Farwah adalah penguasa di wilayah-wilayah Jazirah Arab yang menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi Timur. Ia berasal dari Banu Judzam. Setelah menerima ajaran Islam, Farwah mengirimkan utusan serta hadiah kepada Muhammad. Hadiah yang diberikannya berupa bagal dengan kulit berwarna putih. Namun Farwah akhirnya ditangkap dan dipenjara oleh penguasa Kekaisaran Romawi Timur setelah keislamannya diketahui. Ia akhirnya disalib di sebuah mata air yang bernama Afra' di Palestina. Hukuman mati yang diberikan kepada Farwah adalah pemenggalan leher.[28]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Kaegi 1992, hlm. 72.
  2. ^ Kaegi 1992, hlm. 67.
  3. ^ Donner 1981, hlm. 105.
  4. ^ Buhl 1993, hlm. 756-757.
  5. ^ a b Ibn Ishaq (2004). The Life of Muhammad. A. Guillaume (trans.). Oxford University Press, USA. hlm. 532, 536. ISBN 0-19-636033-1. Mereka melanjutkan perjalanan mereka sejauh Ma‘ān di Suriah di mana mereka mendengar bahwa Heraclius telah turun ke Ma’āb di Balqāʾ dengan 100,000 orang Yunani yang bergabung dengan 100,000 orang dari Lakhm dan Judhām dan al-Qayn dan Bahrāʾ dan Balī yang dipimpin oleh seorang pria Balī dari Irāsha yang disebut Mālik bin Zāfilah. 
  6. ^ Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Zadul Ma'ad 2/155
  7. ^ Ibnu Hajar al-'Asqalani, Fathul Bari 7/511
  8. ^ General A. I. Akram, The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed, Chapter 6, hlm. 2
  9. ^ Gil, Moshe (1997-02-27). A History of Palestine, 634-1099 . Cambridge University Press. hlm. 23. ISBN 978-0-521-59984-9. 
  10. ^ Powers, David S. (2014-05-23). Zayd. University of Pennsylvania Press. hlm. 58–9. ISBN 978-0-8122-4617-9. 
  11. ^ Peterson 2007, hlm. 142.
  12. ^ Powers 2009, hlm. 80.
  13. ^ Nasution 2013, hlm. 51-52.
  14. ^ Chalil 2001, hlm. 483.
  15. ^ Chalil 2001, hlm. 484.
  16. ^ a b Nasution 2013, hlm. 52.
  17. ^ Zulyadain dan Sugiarto 2021, hlm. 127.
  18. ^ a b Ridha 2021, hlm. 4.
  19. ^ Amahzun 2004, hlm. 318.
  20. ^ a b Aizid 2015, hlm. 26.
  21. ^ Ridha 2021, hlm. 4-5.
  22. ^ Aizid 2015, hlm. 25.
  23. ^ Wargadinata, W., dan Fitriani, L. (2018). Hamid, M. Abdul, ed. Sastra Arab: Masa Jahiliyah dan Islam (PDF). Malang: UIN-Maliki Press. hlm. 250. ISBN 978-602-1190-93-7. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-06-19. Diakses tanggal 2023-09-22. 
  24. ^ Amahzun 2004, hlm. 319.
  25. ^ Zulyadain dan Sugiarto 2021, hlm. 128.
  26. ^ Gulen 2012, hlm. 363.
  27. ^ Gulen 2012, hlm. 360.
  28. ^ Tahir, Muhammad Suaib. Gunawan, Roland, ed. Pidato Terakhir Sang Nabi: Menyelami Makna-makna Universal dan Kemanusiaan dalam Pidato Terakhir Rasulullah Muhammad Saw (PDF). Yayasan Bumi Suci Indonesia. hlm. 14–15. ISBN 978-623-9727-20-8. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-06-08. Diakses tanggal 2023-09-22. 

Daftar pustaka