Diego Maradona

Pemain dan manajer sepak bola Argentina (1960–2020)
Revisi sejak 28 September 2024 05.28 oleh Fix.bkl (bicara | kontrib)

Diego Armando Maradona (30 Oktober 1960 – 25 November 2020) yang lebih dikenal dengan sebutan Maradona adalah pemain sepak bola legendaris Argentina. Maradona menjadi pelatih timnas Argentina mulai November 2008 sampai Juli 2010. Untuk Argentina Maradona tampil sebanyak 91 kali dan mencetak 34 gol. Maradona termasuk dalam deretan pemain sepak bola terbaik abad ini bersama dengan Pele, Johan Cruyff, Roberto Baggio, Gerd Müller, Bobby Charlton dan Ferenc Puskas. Pemain yang pernah mencetak gol dengan tangan yang disebut gol tangan tuhan.

Diego Maradona
Maradona setelah memenangkan Piala Dunia FIFA 1986 bersama Argentina
Informasi pribadi
Nama lengkap Diego Armando Maradona
Tanggal lahir (1960-10-30)30 Oktober 1960
Tempat lahir Lanús, Argentina
Tanggal meninggal 25 November 2020(2020-11-25) (umur 60)
Tempat meninggal Dique Luján, Argentina
Tinggi 165 cm (5 ft 5 in)
Posisi bermain Gelandang serang
Karier junior
1968–1969 Estrella Roja
1970–1974 Los Cebollitas
1975–1976 Argentinos Juniors
Karier senior*
Tahun Tim Tampil (Gol)
1976–1981 Argentinos Juniors 167 (115)
1981–1982 Boca Juniors 40 (28)
1982–1984 Barcelona 36 (22)
1984–1991 Napoli 188 (81)
1992–1993 Sevilla 26 (5)
1993–1994 Newell's Old Boys 5 (0)
1995–1997 Boca Juniors 30 (7)
Total 492 (258)
Tim nasional
1977–1994 Argentina 91 (34)
Kepelatihan
1994 Mandiyú de Corrientes
1995 Racing Club
2008–2010 Argentina
2011–2012 Al Wasl FC
* Penampilan dan gol di klub senior hanya dihitung dari liga domestik

Seorang playmaker tingkat lanjut yang beroperasi di posisi nomor 10 klasik, visi Maradona, passing, penguasaan bola, dan keterampilan dribbling digabungkan dengan perawakannya yang kecil, yang memberinya pusat gravitasi yang rendah dan memungkinkan dia bermanuver lebih baik daripada kebanyakan pemain lainnya. Kehadiran dan kepemimpinannya di lapangan berdampak besar pada kinerja timnya secara umum, sementara ia sering kali dipilih oleh lawan. Selain kemampuan kreatifnya, ia memiliki kemampuan mencetak gol dan dikenal sebagai spesialis tendangan bebas. Karena bakatnya yang matang sebelum waktunya, Maradona diberi julukan El Pibe de Oro ("Anak Emas"), sebuah nama yang melekat padanya sepanjang kariernya.

Maradona adalah pemain pertama yang memecahkan rekor dunia biaya transfer dua kali: pada tahun 1982 ketika ia ditransfer ke Barcelona seharga £5 juta, dan pada tahun 1984 ketika ia pindah ke Napoli dengan biaya £6,9 juta. Dia bermain untuk Argentinos Juniors, Boca Juniors, Barcelona, Napoli, Sevilla dan Newell's Old Boys selama karir klubnya, dan paling terkenal pada masanya di Napoli di mana ia memenangkan banyak penghargaan dan memimpin klub meraih gelar Serie A dua kali. Maradona juga memiliki kehidupan di luar lapangan yang bermasalah dan waktunya bersama Napoli berakhir setelah ia dilarang menggunakan kokain.

Dalam karir internasionalnya bersama Argentina, ia mendapatkan 91 caps dan mencetak 34 gol. Maradona bermain di empat Piala Dunia FIFA, termasuk Piala Dunia 1986 di Meksiko, di mana ia menjadi kapten Argentina dan memimpin mereka ke kemenangan atas Jerman Barat di final, dan memenangkan Golden Ball sebagai pemain terbaik turnamen. Dalam perempat final Piala Dunia 1986, ia mencetak kedua gol dalam kemenangan 2-1 atas Inggris yang memasuki sejarah sepak bola untuk dua pertandingan berbeda. alasan. Gol pertama adalah pelanggaran penanganan tanpa penalti yang dikenal sebagai "Tangan Tuhan", sedangkan gol kedua diikuti dengan dribel 60 m (66 yd) lima pemain Inggris terakhir, dipilih sebagai "Goal of the Century" oleh pemilih FIFA.com pada tahun 2002.

Kehidupan pribadi

Diego Armando Maradona lahir pada tanggal 30 Oktober 1960, di Policlínico (Poliklinik) Rumah Sakit Evita di Lanús, Provinsi Buenos Aires, dari sebuah keluarga miskin yang pindah dari Provinsi Corrientes, dia dibesarkan di Villa Fiorito, sebuah shantytown di pinggiran selatan Buenos Aires, Argentina. Dia adalah putra pertama dari empat putri. Dia memiliki dua adik laki-laki, Hugo (el Turco) dan Raúl (Lalo), keduanya juga merupakan pemain sepak bola profesional. Ayahnya Diego Maradona "Chitoro" (1927–2015), yang bekerja di pabrik bahan kimia, berasal dari Guaraní (Pribumi) dan Galicia (Spanyol) turun, dan ibunya Dalma Salvadora Franco, "Doña Tota" (1930–2011), adalah keturunan Italia dan Kroasia.

Ketika Diego datang ke Argentinos Juniors untuk uji coba, saya sangat terkesan dengan bakatnya dan tidak percaya dia baru berusia delapan tahun. Faktanya, kami meminta kartu identitasnya agar kami dapat memeriksanya, namun dia mengatakan kepada kami bahwa dia tidak membawanya. Kami yakin dia mendukung kami karena, meskipun dia memiliki fisik seperti anak-anak, dia bermain seperti orang dewasa. Ketika kami mengetahui bahwa dia mengatakan yang sebenarnya kepada kami, kami memutuskan untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepadanya.

— Francisco Cornejo, pelatih muda yang menemukan Maradona[1]
 
Maradona bermain di Torneos Evita pada tahun 1973 (sebuah acara olahraga nasional di Argentina) bersama "Cebollitas"

Orang tua Maradona lahir dan besar di kota Esquina di provinsi timur laut Corrientes di tepi Sungai Corriente. Pada tahun 1950-an, mereka meninggalkan Esquina dan menetap di Buenos Aires. Maradona menerima sepak bola pertamanya sebagai hadiah pada usia tiga tahun dan dengan cepat menjadi setia pada permainan tersebut. Pada usia delapan tahun, dia ditemukan oleh pencari bakat saat dia bermain di klub lokalnya Estrella Roja. Pada bulan Maret 1969 ia direkomendasikan ke Los Cebollitas (Bawang Kecil), tim junior Argentinos Juniors Buenos Aires oleh teman dekat dan rival sepak bolanya Gregorio Carrizo yang telah dipilih oleh pelatih Francis Gregorio Cornejo. Maradona menjadi bintang bagi Cebollitas, dan saat berusia 12 tahun, ia menghibur penonton dengan menunjukkan keterampilan bolanya selama jeda turun minum pertandingan divisi pertama Argentinos Juniors. Selama tahun 1973 dan 1974, Maradona memimpin Cebollitas meraih dua kemenangan Turnamen Evita dan 141 pertandingan tak terkalahkan berturut-turut, bermain bersama pemain seperti Adrian Domenech dan Claudio Rodríguez, yang dianggap sebagai tim yunior terbaik dalam sejarah sepak bola Argentina. Maradona menyebut playmaker Brasil Rivellino dan pemain sayap Manchester United George Best di antara inspirasinya saat tumbuh dewasa.

Karier klub

Pada usia 10 tahun bakat sepak bolanya ditemukan oleh pemandu bakat klub Agentinos Juniors. 2 tahun kemudian dia menjadi maskot klub tersebut bernama Los Cebollitas (Bawang Kecil), yang mana dia bertugas untuk menghibur penonton dengan keterampilan sepak bolanya saat jeda pertandingan pada kompetisi divisi utama Argentina, Argentinos Juniors. Bakatnya tercium sampai ke Inggris saat klub Sheffield United mencoba mentransfernya seharga 180.000 poundsterling. Proposal itu kemudian ditolak oleh Argentinos Juniors. Setahun kemudian, ia melakukan debut internasional bersama timnas Argentina. Pada tahun 1981, ia dibeli klub Boca Juniors seharga 1 juta poundsterling di mana ia menjadi juara liga untuk pertama kalinya.

Barcelona

Setelah Piala Dunia FIFA 1982, Maradona kemudian ditransfer ke Barcelona dengan harga 5 juta pounsterling, yang merupakan rekor dunia pada saat itu. Disana bersama pelatih César Luis Menotti, Maradona memenangkan Copa del Rey, mengalahkan musuh bebuyutan Barcelona, Real Madrid, dan Piala Super Spanyol, mengalahkan Athletic de Bilbao. Kariernya di Barcelona mengalami beberapa kendala, pertama adalah ketika Maradona divonis mengidap penyakit hepatitis, kemudian cedera engkel yang parah akibat tekel keras oleh pemain Athletic de Bilbao, Andoni Goikoetxea di mana hampir mengakhiri kariernya dalam dunia sepak bola. Selain itu dia juga kerap bersitegang dengan Presidan klub Josep Lluís Núñez.

Napoli

Maradona lalu ditransfer ke SSC Napoli pada tahun 1984 dan mencapai puncak kariernya dalam sepak bola di mana ia membawa tim tersebut menjadi juara Serie A untuk pertama kalinya dalam sejarah Napoli (1986/87 dan kemudian 1989/1990). Dan menjadi runner up Serie A pada tahun 1987/88 dan 1988/89. Selain itu, ia juga membantu Napoli menjuarai Piala Italia pada tahun 1987. Setahun kemudian (musim 88/89), Napoli mengalahkan Vfb Stuttgart untuk menjadi juara Piala UEFA. Maradona juga menjadi pencetak gol terbanyak dalam Liga Italia Serie A dengan 15 gol. Maradona juga meraih penghargaan Guerin d'Oro sebagai pemain dengan rating terbaik menurut majalah Italia Guerin Sportivo. Maradona juga tampil dalam acara testimoni untuk Osvaldo Ardilles dalam pertandingan antara Tottenham Hotspurs melawan Inter Milan di mana skor akhirnya 2-1 untuk kemenangan Spurs. Dalam pertandingan itu Glenn Hoddle merelakan kaos nomor 10 miliknya untuk dipakai oleh Maradona. Namun dibalik kehebatannya tersebut, justru di Italia Maradona semakin terpuruk dalam dunia hitam. Kebiasaannya mengonsumsi kokain semakin memburuk dan berkali-kali di denda oleh kubnya karena tidak tampil dalam latihan maupun pertandingan dengan alasan stress.

Sevilla, Newells Old Boys, dan Boca Juniors

Kariernya kemudian menurun setelah itu. Ia terbukti menggunakan doping pada tahun 1991 dan dilarang bermain sepak bola selama 15 bulan.[2] Setelah bebas, ia melakukan comeback bersama Sevilla namun dipecat setahun kemudian. Ia lalu kembali ke Argentina dan bermain bersama Newell's Old Boys selama 5 pertandingan sebelum lagi-lagi dilarang bermain selama 15 bulan karena kembali diketahui doping saat Piala Dunia 1994 berlangsung.

Setelah sempat menjadi pelatih bagi Deportivo Mandiyú (1994) dan Racing Club (1995) dan mencoba melanjutkan karier bermain bersama Boca Juniors antara tahun 1995 dan 1997, ia akhirnya pensiun pada 30 Oktober 1997.

Karier internasional

Maradona memulai debutnya bersama Argentina pada usia 16 tahun melawan Hungaria pada 27 Februari 1977. Pada usia 18 tahun Maradona berpartisipasi dalam Piala Dunia Junior yang diselenggarakan di Jepang, di mana Argentina sempat berhadapan dengan Indonesia dengan hasil 5-0. Maradona mencetak 2 gol bersama Ramón Díaz yang mencetak hattrick.

Piala Dunia 1982

Maradona melakukan debutnya dalam pentas Piala Dunia pada Piala Dunia FIFA 1982. Pada babak penyisihan Argentina yang adalah juara bertahan secara mengejutkan kalah 0-1 oleh Belgia,walaupun begitu Argentina berhasil melaju ke babak kedua turnamen setelah mengalahkan Hungaria 4-1 dan El Salvador 2-0. Di babak berikutnya mereka kembali mengalami kekalahan oleh Italia 1-2 dan Brazil 1-3. Maradona tampil dalam semua pertandingan di Piala Dunia dan mencetak 2 gol. Semuanya dibuat dalam pertandingan melawan Hungaria.

Piala Dunia 1986

Maradona, turns like a little eel, he comes away from trouble, little squat man...comes inside Butcher and leaves him for dead, outside Fenwick and leaves him for dead, and puts the ball away... and that is why Maradona is the greatest player in the world.

—Bryon Butler (BBC Radio)[3]

Pertunjukkan kehebatan Maradona {yang ditunjuk menjadi kapten tim} adalah pada saat berlangsungnya Piala Dunia FIFA 1986 di Meksiko, di mana hampir sendirian ia mengantarkan Argentina keluar sebagai Juara Dunia untuk kedua kalinya, setelah yang pertama pada tahun 1978 di Argentina. Pada Piala Dunia FIFA di Meksiko tersebut, Maradona membuat gol terbaik sepanjang masa versi FIFA yaitu ketika Argentina bertemu Inggris di babak perempat final. Pada saat itu Maradona melakukan sprint sambil membawa bola dari tengah lapangan, kemudian melewati 5 orang pemain Inggris (Glenn Hoddle, Peter Beardsley, Steve Hodge, Peter Reid, Terry Butcher) dan menaklukkan kiper kenamaan Inggris, Peter Shilton. Semua itu dilakukan Maradona hanya dalam rentang waktu kurang lebih 10 detik. Sayangnya, pada partai tersebut pula, Maradona membuat gol yang sangat buruk. Gol tersebut tercipta melalui bantuan tangan, yang dikatakan Maradona sebagai hasil bantuan "tangan Tuhan". Ia akhirnya mengakui bahwa hal tersebut dilakukan dengan sengaja pada 22 Agustus 2005. Total Maradona mencetak 5 gol dan 5 assist dan tidak pernah diganti selama pertandingan Argentina dalam Piala Dunia FIFA 1986. Sebagai bentuk penghormatan, maka didirikanlah patung Maradona ketika sedang mencetak gol di depan pintu masuk stadion Stadion Azteca.

Piala Dunia 1990

Pada Piala Dunia berikutnya tahun 1990 di Italia, Maradona kembali mengkapteni Argentina. Namun penampilan Maradona kurang maksimal dikarenakan cedera lutut sebelum turnamen dimulai. Argentina memulai perjalanannya dalam turnamen ini dengan kurang meyakinkan, hampir tersisih dalam babak awal dan hanya menempati peringkat 3 dalam grup B. Argentina kemudian bertemu musuh bebuyutannya Brasil. Ketika diramalkan akan menderita kekalahan, Maradona tampil sebagai pahlawan dengan mengirimkan umpan untuk diselesaikan oleh Claudio Caniggia. Argentina pun menang 1-0 atas Brasil. Babak selanjutnya Argentina bertemu dengan Yugoslavia di mana pertandingan diselesaikan lewat adu penalti. Maradona adalah salah satu penendang penalti yang gagal. Semifinal melawan Italia juga diselesaikan lewat adu penalti setelah skor 1-1 selama 2x45 menit. Kali ini Maradona berhasil menyarangkan penalti setelah dengan berani menendang bola pada arah yang sama ketika ia gagal ketika melawan Yugoslavia. Pada pertandingan final sudah menunggu Jerman Barat yang kemudian berhasil mengalahkan Argentina 1-0 lewat penalti yang dicetak oleh Andreas Brehme pada menit ke-85, setelah terjadi pelanggaran kepada penyerang Jerman Barat, Rudi Völler.

Piala Dunia 1994

Maradona tampil lagi sebagai kapten untuk Argentina namun hanya tampil sebanyak 2 kali dan mencetak 1 gol ketika melawan Yunani. Ia kemudian tertangkap menggunakan doping, dan dilarang berpartisipasi dalam turnamen. Maradona kemudian menyangkal dirinya sengaja memakai doping dan menuduh adanya konspirasi melawan dirinya oleh Amerika Serikat.

Pascakarier

  • Tahun 2000 Maradona meluncurkan otobiografi nya berjudul Yo Soy El Diego (Sayalah Diego) yang mana langsung menjadi best seller di Argentina. Maradona mempersembahkan sebagian royalti penjualan buku ini kepada "rakyat Kuba dan Fidel"
  • Tahun 2001 organisasi Asosiasi Sepak Bola Argentina (AFA) mengusulkan kepada FIFA untuk mempensiunkan nomor punggung 10 sebagai bentuk penghormatan keada Maradona. FIFA tidak mengizinkan hal tersebut.
  • Argentinos Juniors menamai stadion mereka Stadion Maradona pada tahun 2003.
  • Pada tahun 2004, Maradona hampir meninggal dunia akibat serangan jantung karena overdosis kokain. Setelah keluar dari rumah sakit, ia melakukan operasi perut pada Maret 2005 untuk mengurangi beratnya. Pada Agustus 2005, ia memulai karier baru sebagai pemandu acara talk show La Noche del 10 (Acara malam si nomor 10).
  • Pada 2008, Maradona secara mengejutkan terpilih menjadi pelatih kepala Argentina. Pada debutnya sebagai pelatih baru tim Tango, Maradona berhasil membawa timnya menumbangkan Skotlandia 1 - 0 di Glasgow. Skotlandia. Maradona juga menunjuk Javier Mascherano, gelandang Barcelona sebagai kapten baru timnas. Dalam Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, Maradona mengantarkan Argentina melaju sampai babak perempat final di mana Argentina dikalahkan oleh Jerman dengan skor telak 4-0. Maradona kemudian dipecat pada bulan Juli 2010.

Wafat

Pada tanggal 25 November 2020, Maradona meninggal dunia akibat henti jantung ketika ia berada di rumahnya yang berlokasi di Tigre, Provinsi Buenos Aires, Argentina.[4][5]

Gaya bermain

Maradona memiliki fisik yang kekar dan kuat dalam menghadapi permainan fisik yang keras. Tubuhnya yang pendek dengan pusat gravitasi yang rendah memungkinkan dirinya melakukan sprint cepat sambil men-driblle bola. Maradona adalah pengatur serangan dan seorang yang bermain untuk timnya, selain itu dia juga mempunyai skill yang tinggi dalam menguasai bola. Keahliannya yang tinggi dalam menguasai bola, membuatnya mudah melewati para penjaganya. Hal ini dapat dilihat dalam golnya ketika melawan Inggris dalam Piala Dunia 1986 di Meksiko. Beberapa gerakan trademark Maradona di antaranya adalah melakukan sprint di daerah sayap dan kemudian mengirimkan umpan tarik kepada rekan setimnya. Lainnya adalah tendangan Rabona yang menyilangkan kaki berlawanan di belakang kaki yang menguasai bola untuk menendang bola. Ia juga dikenal sebagai pengambil tendangan bebas yang akurat dan mematikan. Maradona sebagian besar menggunakan kaki kirinya dalam permainannya, bahkan jika bola berada di sebelah kanannya. Golnya ketika melawan Belgia dalam Piala Dunia 1986 memperlihatkan hal itu. Golnya melawan Inggris dalam piala dunia yang sama juga menunjukkan hal tersebut, Maradona menggunakan kaki kirinya ketika melewati pemain-pemain Inggris.

Gelar

Klub

Boca Juniors

Barcelona

Napoli

Negara

Argentina

  1. Juara: 1986
  2. Peringkat 2: 1990

Pribadi

Referensi

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Quotes
  2. ^ Fajriyah, Titi (2018-05-30). "Gunakan Doping di Piala Dunia 1994, Maradona Diskors 15 Bulan". olahraga. Diakses tanggal 2023-01-15. 
  3. ^ Motson, John (2006). Motson's World Cup Extravaganza. p.103. Robson, 2006
  4. ^ "Football legend Maradona dies aged 60". BBC Sport (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-11-25. 
  5. ^ "Diego Maradona Meninggal Dunia". www.skor.id. Diakses tanggal 20 Februari 2022. 

Pranala luar