Parameswara

raja Sumatra pendiri Kesultanan Malaka

Parameswara (1344-1414) yang bergelar Iskandar Shah, merupakan keturunan raja Sriwijaya yang mendirikan Kesultanan Malaka.

Etimologi

Parameswara diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti "Parama": paling berkuasa dan "Iswara": raja. Parameswara juga merupakan nama lain untuk dewa Siwa.

Biografi

  • 1344 - Lahir sebagai Dharmaraja (Desia Raja), putra Paduka Sri Rana Wira Kerma, raja Tumasik (1386 - 1399).
  • 1399 - Menggantikan ayahnya dengan gelar Paduka Sri Maharaja Parameswara.
  • 1401 - Terusir dari Tumasik.
  • 1402 - Mendirikan Kesultanan Malaka.
  • 1405 - Mengunjungi Dinasti Ming di Tiongkok.
  • 1409 - Menikah dengan putri Pasai.
  • 1411 - Mengunjungi Dinasti Ming di Tiongkok.
  • 1414 - Meninggal pada usia 69 atau 70 tahun.

Asal-usul keturunan

Pada abad ke-14, Sriwijaya mulai kehilangan pengaruhnya di Kepulauan Melayu. Disaat yang sama, imperium Majapahit yang berpusat di Jawa muncul sebagai kekuatan utama Nusantara. Sriwijaya yang pernah berkuasa di Jawa hingga tahun 1290, mendapatkan serangan balasan dari kerajaan-kerajaan Jawa. Singasari yang kemudian dilanjutkan oleh Majapahit, menyerang ibu kota Sriwijaya di Palembang. Serangan ini mengakibatkan berpindahnya keluarga kerajaan beserta para pengikutnya ke Malayu (Provinsi Jambi sekarang).

Menurut Silsilah Pararaton, Parameswara masih memiliki garis keturunan dari Raden Wijaya. Raden Wijaya adalah raja pertama (1293-1309) sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya menikahi Sri Gayatri Rajapatni, putri dari Sri Kertanegara, raja terakhir (1268-1292) Kerajaan Singasari, yang kemudian memiliki putri bernama Tribhuwana Wijayatunggadewi, ratu pemimpin ketiga (1326-1350) Kerajaan Majapahit. Ia menikahi Kertawardana, dan memiliki putri bernama Iswari. Iswari kemudian menikahi Singawardana, dan memiliki Putri Sarawardani. Kemudian ia menikahi Ranamenggala, dan memiliki anak yang diberi nama Parameswara yang lahir pada 1344.

Sejarah Melayu mencatat bahwa setelah Palembang jatuh, keluarga kerajaan mengungsi ke Pulau Bintan. Pada tahun 1324, Sang Nila Utama penerus raja Sriwijaya, berpindah dari Bintan ke Tumasik setelah membunuh penguasa setempat, Temagi, yang merupakan perwakilan Kerajaan Ayutthaya. Disini Sang Nila Utama mendirikan Singapura Lama dan berkuasa selama 48 tahun. Kekuasaannya dilanjutkan oleh putranya Paduka Sri Pekerma Wira Diraja (1372 – 1386) yang kemudian diteruskan oleh cucunya, Paduka Seri Rana Wira Kerma (1386 – 1399). Pada tahun 1401, Parameswara putra dari Seri Rana Wira Kerma, mengungsi dari Tumasik setelah mendapat penyerangan dari Majapahit.[1].

Mendirikan Kesultanan Malaka

Pada tahun 1402, Parameswara mendirikan Kesultanan Malaka setelah melarikan diri dari Tumasik (Singapura). Parameswara menyadari, bahwa untuk memajukan Malaka yaitu dengan mengembangkan agama Islam. Hal ini dikarenakan banyaknya pedagang dari Gujarat, Persia, dan Arab yang berdagang di Nusantara merupakan pemeluk Islam. Parameswara menikah dengan putri Pasai yang kemudian menjadi seorang Muslim dan bergelar Iskandar Shah. Setelah berhasil mengembangkan Islam, Malaka menjadi sebuah pelabuhan perniagaan yang terpenting di Asia Tenggara di mana kapal-kapal perniagaan dari pelbagai bangsa berkumpul dan berniaga disini.

Pengakuan dari armada Laksamana Cheng Ho terhadap Malaka semakin menguntungkan Malaka. Cheng Ho atau Zheng He seorang yang beragama Islam. Kekuatan Kerajaan Melayu Malaka semakin berkembang di zaman pemerintahan Sultan Muzaffar Syah (1446- 1459 M). Tentaranya berhasil menangkal serangan-serangan tentara Siam. Keadaan negara menjadi tenang dan kedudukan politiknya pun menjadi stabil.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Buyers, Christopher. "The Ruling House of Malacca - Johor". Diakses tanggal 2009-06-13. 

Pranala luar

Didahului oleh:
tidak ada
Sultan Malaka
1402-1414
Diteruskan oleh:
Megat Iskandar Syah