Benteng De Kock
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Fort de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Fort de Kock juga nama lama Bukittinggi.
Benteng ini dibangun semasa Perang Paderi pada tahun 1825 oleh Kapten Bauer di atas Bukit Jirek dan awalnya dinamai Sterrenschans. Kemudian, namanya diubah menjadi Fort de Kock, menurut Hendrik Merkus de Kock, tokoh militer Belanda.
Di tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh sebuah kota yang juga bernama Fort de Kock, kini Bukittinggi.
Keadaan sekarang
Hingga saat ini, Benteng Fort de Kock masih ada sebagai bangunan bercat putih-hijau setinggi 20 m. Benteng Fort de Kock dilengkapi dengan meriam kecil di keempat sudutnya. Kawasan sekitar benteng sudah dipugar oleh pemerintah daerah menjadi sebuah taman dengan banyak pepohonan rindang dan mainan anak-anak.
Benteng ini berada di lokasi yang sama dengan Kebun Binatang Bukittinggi dan Museum Rumah Adat Baanjuang. Kawasan benteng terletak di bukit sebelah kiri pintu masuk sedangkan kawasan kebun binatang dan museum berbentuk rumah gadang tersebut berada di bukit sebelah kanan. Keduanya dihubungkan oleh Jembatan Limpapeh yang di bawahnya adalah jalan raya dalam kota Bukit Tinggi. Kawasan ini hanya terletak 1 km dari pusat kota Bukittinggi di kawasan Jam Gadang, tepatnya di terusan jalan Tuanku nan Renceh. <~--== Referensi ==
- Amir B, 2000, “Sejarah Sumatera Barat. Fakultas Ilmu Sosial”, UNP, Padang,
- Azizah Etek, Syahril Tanjung, Yosmardin, Mursyid A.M, Nazief E.S, Reno Oktaviani,2004 “Dinamika Pemerintah Lokal Kota Bukittinggi”, Kerjasama Pemerintah Kota Bukittinggi Lembaga Pengembangan Masyarakat, Institut Ilmu Pengetahuan LPM-IIP, Bukittinggi.
Bappeda dan Badan Statistik Kota Bukittinggi, Bukittinggi dalam Angka 2002, Bukittinggi : Kerjasama Dinas Bappeda dan Badan Pusat Statistik. Badan Pemurnian Sejarah Indonesia-Minagkabau, 1978, Sejarah perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di Minangkabau 1945-1950, Jakarta : BPSIM. Boestamam Iskandar, “Kesan dan Pengalaman Dikaitkan Sejarah Taman Bundo KanduangKodya Bukittinggi, Bukittinggi: Dinas Taman Bundo Kanduang, 1993. Edison, “Taman Bundo KanduangBukittinggi 1980-1993”. Skripsi, Padang: Jurusan sejarah, Universitas Andalas, 1994. Hardinoto, Paulus H Sohargo, ”Pengembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang”. Malang: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat. J. Pangklaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatru Pengatar, Jakarta. Ghalia Indonesia, 1982. Marjani Martamin, “Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949”. Padang : Proyek investasi dan dokumentasi kebudayaan daerah. Pusat penelitian sejarah, Dep P dan K, 1979/1980.
- Syafni Arita, ”Bukittinggi Kota Wisata Suatu Kajian Historis 1984-2000”. Skripsi, Padang: Jurusan Sejarah Universitas Negeri Padang, 2001.
- Wawancara dengan Soedirman, Bukittinggi: Tanggal 5 Januari 2005.
- Zul Asri, 2001, “Bukittinggi 1945-1980, Perkembangan Kota Secara Fisik dan Hubungannya dengan Kepemilikan Tanah”, Tesis, Program Pasca Sarjana Ilmu Pengetahuan Budaya, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Depok.-->