Museum Rumah Adat Baanjuang
Museum Rumah Adat Baanjuang adalah museum umum yang didirikan oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Modelar Countrolleur pada tanggal 1 Juli 1935. Bangunan museum berbentuk rumah gadang dan di halamannya terdapat rangkiang, lumbung padi khas Minangkabau. Sebagian besar bangunan masih terbuat dari bahan bangunan tradisional.
Luas museum ini adalah 2.798 m2. Museum ini terdapat dalam kompleks Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan di Jalan Cindur Mato, Kota Bukittinggi dan dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bukittinggi.[1] Koleksi museum berupa peninggalan sejarah dan kebudayaan Minangkabau.[2]
Nama Museum
suntingPada awalnya, Museum Rumah Adat Baanjuang bernama Museum Baanjuang. Setelah itu, museum ini berganti nama menjadi Museum Bundo Kanduang. Pada tahun 2005, nama museum ini kembali diubah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 5 tahun 2005. Nama museum dikembalikan ke nama semula dan diberi penambahan identitas, sehingga namanya menjadi Museum Rumah Adat Baanjuang.[3]
Keunikan
suntingKeunikan dari Museum Rumah Adat Baanjuang adalah adanya bangunan berupa rumah tradisional yang memiliki anjung di bagian sayap kiri dan sayap kanan rumah.[4] Para pengunjung dapat berbusana pengantin di pelaminan dengan pakaian pengantin Minang yang telah disediakan oleh pengelola museum.[2] Selain itu, museum ini juga masih mempertahankan penggunaan bahan bangunan tradisional pada rumah adatnya, seperti atap yang terbuat dari ijuk, dinding yang terbuat dari bahan kayu atau bambu, serta lantai yang terbuat dari kayu.[5]
Koleksi
suntingSebagian besar koleksi Museum Rumah Adat Baanjuang berupa peninggalan kebudayaan Suku Minangkabau, mata uang kuno, dan hewan yang diawetkan.[5]
Peninggalan budaya
suntingMuseum Rumah Adat Baanjuang mengoleksi berbagai miniatur arsitektur tradisional Minangkabau, pakaian adat, perabotan rumah tangga, peralatan kerja dan peralatan kesenian.[2] Koleksi miniaturnya berupa rumah gadang, surau, dan rumah makan bergaya Minangkabau yang sudah sangat sulit ditemukan di Sumatera Barat.[5] Koleksi pakaian adat berupa pakaian pengantin, songket, peci, saluak, dan perhiasan. Koleksi perabotan rumah tangga berupa alat memasak, peralatan dari kuningan, ukiran, dan keramik. Koleksi peralatan kerja berupa peralatan untuk bertani, berburu, mencari ikan, dan pertukangan. Koleksi peralatan kesenian berupa peralatan untuk menari, bermain musik, dan bela diri. Selain itu, juga terdapat buku-buku kuno dan kitab suci Al-Qur'an.[2]
Hewan yang diawetkan
suntingMuseum Rumah Adat Baanjuang memiliki koleksi hewan yang diawetkan dengan kondisi fisik yang langka. Kerbau yang berkepala dua dan berkaki delapan serta kambing yang bermuka dua merupakan salah satu pajangan di museum ini.[5]
Lokasi
suntingMuseum Rumah Adat Baanjuang terletak di Jalan Cindur Mato Nomor 1, Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat. Museum ini berada di dalam kompleks kebun binatang. Terdapat tiga jalur tempuh yang dapat dilalui untuk mencapai museum ini, yaitu dari Bandara lnternasional Minangkabau, Terminal Bus Regional Bukittinggi, dan Pelabuhan Teluk Bayur. Jarak tempuh dari Bandara Internasional Minangkabau ke museum ini mencapai 90 kilometer. Bila melalui Pelabuhan Teluk Bayur, jarak tempuhnya mencapai 100 kilometer. Jarak tempuh terdekat adalah melalui Terminal Bus Regional Bukittinggi, dengan jarak 1 kilometer.[6]
Rujukan
sunting- ^ Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid I (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 80. ISBN 978-979-8250-67-5.
- ^ a b c d BV, DE REE Archiefsystemen. "Museum Rumah Adat Baanjuang, Bukittinggi". arsip-indonesia.org. Diakses tanggal 2020-06-13.
- ^ Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan 2012, hlm. 692.
- ^ Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan 2012, hlm. 693-694.
- ^ a b c d "Museum Rumah Adat Baanjuang". asosiasimuseumindonesia.org. Diakses tanggal 2020-06-13.
- ^ Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan 2012, hlm. 694.
Daftar pustaka
sunting- Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan (2012). Album Budaya: Direktori Museum Indonesia (PDF). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan.