Bahasa Sangir
Bahasa Sangir biasa juga disebut bahasa Sangihé, Sangi, Sangih adalah bahasa yang digunakan oleh etnis Sangihe di Sulawesi Utara, yang tersebar di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud yaitu kepulauan yang terletak di utara jazirah Sulawesi. Sebagian penutur bahasa ini juga terdapat di kota Manado, kota Bitung dan Kabupaten Minahasa terutama daerah pesisir pantai utara.
Penutur bahasa Sangir yang marantau ke daerah lain tetap memelihara bahasa ini, menggunakannya di antara komunitas mereka. Tetapi mereka umumnya tidak mengajarkannya kepada keturunan mereka sehingga keturunan suku Sangihe di perantauan tidak lagi menggunakan bahasa ini.
Terdapat 3 aksen/dialek Bahasa Sangihe yaitu dialek Sangir Besar yang digunakan penduduk di gugusan kepulauan Sangihe Besar, dialek Siau digunakan penduduk di kepulauan Siau dan dialek Tagulandang digunakan penduduk di kepulauan Tagulandang dan Biaro.
Bahkan memperhatikan tata bahasa suku Bantik, suku asli di Manado, akan dengan mudah dapat dikenali kesamaannya sehingga seorang peneliti yang jujur dapat mengatakan bahwa bahasa Bantik berakar dari Bahasa Sangir.
Bahasa Sangihe sebenarnya bukan merupakan bahasa tulisan melainkan bahasa lisan, karena dilestarikan di dalam bahasa tutur masyarakatnya saja, sedangkan administrasi, surat menyurat dan hubungan dalam perniagaan menggunakan tulisan bahasa Melayu/Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. Bahasa Sangihe tertulis direkam dengan baik sebenarnya di dalam Kitab Suci Alkitab dalam ketiga dialek. Literatur tersebut diterjemahkan dari Alkitab bahasa Indonesia oleh penerjemah Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).
Sementara itu, terdapat semacam puisi yang terdiri dari kurang lebih 20 macam bentuk, seperti kimba, tavaa, gane, paseva (kata-kata hikmah) dan dadendante (syair berantai).
Bahasa Sangihe dikelompokkan dalam tiga bentuk sesuai dengan penggunaannya, yaitu: 1. Sasahara. Sasahara adalah bentuk bahasa yang digunakan ketika sedang berada di laut. Tujuan penggunaan bahasa sasahara diyakini untuk memberikan pengertian atau makna yang bertolak belakang dengan keadaan sebenarnya atau sekurang-kurangnya mendekati kebenaran makna harafiah. Penutur bahasa sasahara adalah semua pelaut dan nelayan-nelayan Sangihe. Misalnya untuk menyebut Pulau Makalehi (pulau kenari), maka sebutan sasaharanya adalah mawelogang (biji kenari yang sudah dikupas dari cangkangnya).
2. Sasaili. Sasaili adalah bentuk bahasa yang digunakan ketika sedang berada di tempat lain (bukan di laut). Biasanya yang menuturkan bahasa Sasaili adalah kaum awam. Penuturannya disampaikan dalam bentuk nyanyian atau puisi-puisi yang bertujuan untuk menggambarkan perasaan dan harapan penuturnya akan tetapi bukan berupa doa atau permohonan kepada kekuatan lain yang lebih tinggi. Sasaili adalah ekspresi penutur tentang dinamika kehidupan yang sedang dialaminya sekaligus harapannya. Misalnya, seorang ibu menuturkan sasaili kepada anak bayinya yang dalam kandungan ataupun anak bayinya yang akan tidur. Seorang petani yang menyanyikan harapannya setelah membuka kebun, menanam pohon pala, dan sebagainya.
3. Sasasa. Sasasa adalah bentuk bahasa yang digunakan oleh orang tua atau orang yang dianggap lebih tua dan sarat pengalaman atau orang yang ditokohkan (diteladankan) dalam kehidupan bermasyarakat. Kandungan sasasa adalah sejumlah kearifan yang pernah dialami semasa hidup penutur, dituturkan kembali pada momen-momen penting seperti pada perkumpulan-perkumpulan massal, hajatan nikah, di dalam tempat ibadah dan sebagainya.
Pranala luar
- ^ Language Museum - Sangir
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Sangir". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Sangir". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.