Hakodate, Hokkaido
Hakodate (函館市 , Hakodate-shi) adalah sebuah kota dan pelabuhan di Subprefektur Oshima, Hokkaido, Jepang. Ibu kota Subprefektur Oshima.
Hakodate
函館 | |
---|---|
函館市 | |
Negara | Jepang |
Wilayah | Hokkaido |
Prefektur | Hokkaido |
Pemerintahan | |
• Wali kota | Toshiki Kudo (sejak Mei 2011) |
Luas | |
• Total | 677,89 km2 (26,173 sq mi) |
Populasi (31 Juli 2011) | |
• Total | 279.851 |
• Kepadatan | 412,83/km2 (106,920/sq mi) |
Zona waktu | UTC+9 (Waktu Standar Jepang) |
- Pohon | Onko (Taxus cuspidata) |
- Bunga | Azalea |
- Burung | Parus varius |
Nomor telepon | 0138-21-3111 |
Alamat | 4-13 Shinonome-chō, Hakodate-shi, Hokkaido 040-8666 |
Situs web | www |
Hakodate adalah kota pertama di Jepang yang terbuka untuk perdagangan asing setelah membuka pelabuhannya untuk kapal-kapal asing pada tahun 1954 berdasarkan hasil Persetujuan Kanagawa. Kota ini pernah menjadi pelabuhan terpenting di Jepang utara. Sebelum terjadinya Kebakaran Besar Hakodate tahun 1934, kota ini adalah kota terbesar di Hokkaido.
Pada 31 Juli 2011, populasi penduduk sebanyak 279.851 orang dengan kepadatan penduduk 412,83 orang per km², dan 143.221 rumah tangga. Luas wilayah kota 677,77 km². Hakodate adalah kota terbesar nomor tiga di Hokkaido setelah Sapporo dan Asahikawa.
Sejarah
Sebelum Restorasi Meiji
Hakodate didirikan pada tahun 1454, ketika Kono Kaganokami Masamichi mendirikan rumah besar di desa nelayan Ainu bernama Usukeshi (bahasa Ainu untuk teluk).
Setelah Kono Kaganokami Masamichi meninggal dunia, putranya yang bernama Kono Suemichi beserta keluarganya terusir dari Hakodate hingga ke Kameda ketika terjadi Pemberontakan Ainu 1512. Sebagai akibatnya, selama 100 tahun berikutnya, catatan sejarah mengenai daerah ini hanya sedikit. Di Semenanjung Oshima terus menerus terjadi konflik kecil-kecilan dengan orang Ainu ketika pedagang bersenjata seperti keluarga Kono mendirikan basis mereka untuk menguasai perdagangan di kawasan ini. Konflik dengan orang Ainu memuncak pada perang tahun 1669 hingga 1672 yang dipimpin ksatria Ainu bernama Shakushain. Perang ini berakhir dengan kekalahan orang Ainu.[1]
Hakodate berkembang semasa zaman Hoei (1704–1711) yang ditandai dengan banyaknya pembangunan kuil baru di kawasan ini. Kota ini mendapat kemajuan besar pada tahun 1741, setelah klan Matsumae diberi hak menguasai tanah di Semenanjung Oshima sebagai tuan tanah feodal. Pusat pemerintahan Kameda dipindahkan ke rumah Masamichi di Hakodate.
Pada tahun 1779, Keshogunan Tokugawa mengambil alih Hakodate, dan terjadi pembangunan pesat di kawasan ini. Pedagang bernama Takadaya Kahei yang dihormati sebagai pendiri Pelabuhan Hakodate, membangun kegiatan perdagangan, termasuk pembukaan jalur laut utara Etorofu (Iturup), dan industri perikanan Kepulauan Kuril. Ia berjasa mengubah Hakodate dari sebuah pos dagang perintis menjadi sebuah kota maju. Kantor pengadilan Hakodate didirikan pada tahun 1802.[2]
Restorasi Meiji
Pada tahun 1854, armada lima kapal perang Amerika Serikat melakukan survei di Pelabuhan Hakodate berdasarkan hasil perjanjian Konvensi Kanagawa yang diusulkan Komodor Matthew Perry.
Pelabuhan Hakodate dibuka sebagian untuk perbekalan kapal-kapal asing pada tahun berikutnya. Pelabuhan ini dibuka sepenuhnya untuk perdagangan asing pada 2 Juni 1859 sebagai salah satu dari lima pelabuhan terbuka Jepang sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Persahabatan dan Perdagangan yang ditandatangani Jepang dengan Amerika Serikat pada tahun 1858.
Seorang pelaut dari kapal armada Perry meninggal dunia ketika bertugas ke daerah ini. Ia menjadi warga negara Amerika Serikat pertama yang dimakamkan di Jepang.
Pedagang sekaligus naturalis dan mata-mata Inggris bernama Thomas Blakiston menetap di Hakodate pada musim panas 1861 untuk mendirikan bisnis penggergajian kayu. Ia memperkenalkan kebudayaan Barat kepada penduduk kota. Blakiston tinggal di Hakodate hingga tahun 1884. Semasa berada di Hakodate, ia mencatat keadaan lingkungan hidup setempat, mendirikan stasiun meteorologi, dan menjual senjata api kepada pemberontak Perang Boshin.[3]
Sebagai salah satu dari sedikit kota di Jepang yang berhubungan dengan dunia luar, kantor-kantor konsulat asing segera didirikan di Hakodate. Konsulat Rusia memiliki sebuah kapel tempat Nikolai Kasatkin menyebarkan Kekristenan Timur di Jepang (sekarang Gereja Ortodoks Jepang). Gereja Ortodoks bertetangga dan beberapa gereja misionaris bersejarah lainnya, termasuk gereja Anglikan dan Katolik.
Hakodate menjadi tempat pertempuran terakhir dalam Perang Boshin antara Keshogunan Tokugawa dan pendukung Kaisar Meiji. Pemberontak dari pihak keshogunan di bawah pimpinan Enomoto Takeaki melarikan diri ke Hakodate bersama sisa-sisa angkatan laut keshogunan dan sejumlah kecil penasihat militer Perancis pada musim dingin 1866, termasuk di antaranya Jules Brunet. Mereka secara resmi mendirikan Republik Ezo pada 25 Desember 1866. Republik Ezo tidak berhasil memperoleh pengakuan internasional dari perwakilan asing di Hakodate, termasuk dari Amerika Serikat, Perancis, dan Rusia.
Para pemberontak menduduki benteng Goryōkaku dan menggunakannya sebagai basis pertahanan di Hokkaido selatan. Pasukan pemerintah mengalahkan pemberontak dalam Pertempuran Hakodate 1869. Kota Hakodate dan benteng Goryōkaku jatuh ke tangan pasukan kaisar. Pemimpin militer Hijikata Toshizō termasuk salah seorang yang tewas dalam pertempuran ini.
Kota kembar
- Halifax, Nova Scotia, Kanada
- Vladivostok, Rusia[4]
- Yuzhno-Sakhalinsk, Rusia[5]
- City of Lake Macquarie, New South Wales, Australia
- Tianjin
- Makassar, Indonesia
Referensi
- ^ Capitalism from Within: Economy, Society, and the State in a Japanese Fishery, David L. Howell, University of California Press 1995, Diakses 29 June 2007
- ^ City of Hakodate official website, loaded 3 April 2007
- ^ Japan in Yezo, Thomas Wright Blakiston, Yokohama: Japan Gazette, 1883. Online excerpts, Diakses 12 Juli 2007.
- ^ Sister cities of Vladivostok
- ^ Overview of Hakodate
Pranala luar
- Situs web resmi
- (Inggris) Unbeaten Tracks in Japan, Isabella L. Bird, 1878 travelogue of Victorian-era woman traveller, Hakodate letters
- Hakobura: panduan wisata