Dampak lingkungan dari irigasi
Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh Hysocc (Kontrib • Log) 4006 hari 56 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Dampak lingkungan dari irigasi adalah perubahan kuantitas dan kualitas tanah dan air akibat irigasi. Dampak juga terlihat di alam dan lingkungan sosial di hulu dan hilir sungai yang dijadikan sumber irigasi. Dampak lingkungan berakar dari perubahan kondisi hidrologi sejak instalasi dan pengoperasian irigasi.
Irigasi sebagian besar mengambil air dari sungai dan mendistribusikannya ke area yang diirigasikan. Dampak langsung dari hal tersebut adalah berkurangnya Debit hilir sungai dan peningkatan evaporasi. Penggenangan air permanen (waterlogging) juga dapat terjadi karena tinggi muka air tanah meningkat hingga menenggelamkan akar tanaman. Pada irigasi yang mengambil air dari air tanah, maka tinggi muka air tanah akan menurun. Pada sungai yang dibendung untuk ditinggikan permukaan airnya untuk irigasi, akan terjadi risiko relokasi pemukiman manusia yang tinggal dekat dengan sungai seperti yang terjadi pasca pembangunan bendungan Manantali di Mali. Dari semua dampak langsung tersebut, terdapak dampak tidak langsung yang mengikuti, seperti terjadinya kelangkaan air, subsiden tanah, intrusi air asin, dan salinisasi, tidak terkecuali dampak sosio-ekonominya.
Proyek irigasi dapat menguntungkan secara finansial bagi perekonomian individu, wilayah, dan negara. Sekitar 16% dari seluruh kawasan pertanian yang ada di dunia telah teririgasikan. Hasil pertanian dari lahan yang teririgasikan itu mencakup 40% dari total hasil pertanian dunia.[1] Meski demikian, dampak negatif dari irigasi seringkali diabaikan meski signifikan.[2][3]
Bendungan Kainji di Nigeria yang selesai dibangun pada tahun 1968 telah menyebabkan relokasi warga di sekitar sungai karena tinggi permukaan air sungai meningkat. Bendungan ini pada tahun 1999 menimbulkan masalah karena debit air yang berlebih memaksa pembukaan pintu limpasan. Lebih dari 60 desa dan sekitar 60% lahan pertanian terendam.[4][5]
Pengaruh pada hilir sungai
Irigasi yang bersumber dari sungai dapat mengurangi debit air di hilir secara signifikan karena air diserap tanaman, lahan pertanian, dan menguap. Hal ini dapat menyebabkan:
- hilangnya lahan basah dan hutan di hilir sungai[6]
- berkurangnya air yang tersedia untuk kawasan industri dan pemukiman di hilir sungai
- terganggunya rute pengapalan, seperti yang telah terjadi di Sungai Gangga, India[6]
- terganggunya aktivitas penangkapan ikan, seperti yang telah terjadi di Sungai Indus, Pakistan[6]
- berkurangnya air yang mengalir ke laut yang dapat mempengaruhi ekosistem pantai dan intrusi air laut. Saat ini Sungai Nil, meski debitnya sangat tinggi, namun karena besarnya pengambilan air untuk irigasi, aliran sungai ini tidak mencapai ke laut di musim kemarau.[6] Contoh lainnya adalah yang terjadi pada Laut Aral di mana sungai diambil untuk irigasi sehingga Laut Aral mengering.
Irigasi juga telah mengurangi kualitas air sungai karena air bilasan dari lahan pertanian dapat mengandung garam, pupuk, dan pestisida sehingga dapat terakumulasi di sungai. Air bilasan dari lahan pertanian dapat mengalami perkolasi dan mencmari air tanah.
Secara sosio-ekonomi, berkurangnya debit sungai di hilir dapat merugikan, bahkan merelokasi masyarakat yang menikmati hilir sungai. Kaum nomaden penggembala di Baluchistan, Pakistan mengalami kesulitan hidup karena sumber air yang biasa mereka gunakan untuk minum hewan ternak berkurang drastis.[7]
Lihat pula
Referensi
- ^ Bruce Sundquist, 2007. Chapter 1- Irrigation overview. In: The earth's carrying capacity, Some related reviews and analysis. On line : [1]
- ^ Effectiveness and Social/Environmental Impacts of Irrigation Projects: a Review. In: Annual Report 1988, International Institute for Land Reclamation and Improvement (ILRI), Wageningen, The Netherlands, pp. 18 - 34 . Download from [2] , under nr. 6, or directly as PDF : [3]
- ^ Himanshu Thakkar. Assessment of Irrigation in India. World Commission on Dams. On line : http://www.dams.org/docs/kbase/contrib/opt161.pdf
- ^ C.A.Drijver and M.Marchand, 1985. Taming the floods. Environmental aspects of the floodplain developments of Africa. Centre of Environmental Studies, University of Leiden, The Netherlands.
- ^ http://www.africasia.com/archive/na/99_01/naam0101.htm
- ^ a b c d World Wildlife Fund, WWF Names World's Top 10 Rivers at Greatest Risk, on line: http://www.ens-newswire.com/ens/mar2007/2007-03-21-01.asp
- ^ Modern interferences in traditional water resources in Baluchistan. In: Annual Report 1982, pp. 23-34. ILRI, Wageningen, The Netherlands. Reprinted in Water International 9 (1984), pp. 106- 111. Elsevier Sequoia, Amsterdam. Also reprinted in Water Research Journal (1983) 139, pp. 53-60. [4], [5]
Bahan bacaan terkait
- T.C. Dougherty and A.W. Hall, 1995. Environmental impact assessment of irrigation and drainage projects. FAO Irrigation and Drainage Paper 53. ISBN 92-5-103731-0. On line: http://www.fao.org/docrep/v8350e/v8350e00.htm
- R.E.Tillman, 1981. Environmental guidelines for irrigation. New York Botanical Garden Cary Arboretum.
- A comparative survey of dam-induced resettlement in 50 cases by Thayer Scudder and John Gray
- Timberlake, L. 1985. Africa in Crisis - The Causes, Cures of Environmental Bankruptcy. IIED, London