Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak, meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekadar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistika juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. "Petani" adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak secara khusus disebut sebagai peternak. (Artikel selengkapnya...)
"Kaum vegan di Inggris menolak kehadiran uang kertas 5 pound terbaru karena mengandung lemak hewani. Uang kertas tersebut terbuat dari polimer yang dilapisi dengan sedikit lemak sapi. Bank of England kini mendapat kecaman dan petisi digital untuk mengganti pola produksi uang kertas terbarunya. Namun menurut mereka, lemak tersebut memudahkan uang melewati mesin penghitung uang dan menjadikannya anti debu dan kotoran." (Gizmodo)(Telegraph.co.uk)
"EPA telah menyetujui penggunaan herbisida terbaru produksi Monsanto. Herbisida ini kontroversial karena berbahan dasar dicamba yang bersifat volatil yang dapat melayang menuju tanaman non-target. Monsanto menjanjikan herbisida ini kurang volatil jika dibandingkan merek terdahulu. Gulma yang sudah tahan terhadap herbisida buatan Monsanto juga telah diidentifikasi, tidak terkecuali resistan terhadap dicamba dan glifosat." (Wall Street Journal)(RT)
"Kasus flu burung subtipe H5N8 ditemukan di peternakan kalkun di Lower Saxony, Jerman. Setidaknya 16 ribu ekor kalkun di peternakan tersebut harus dibunuh untuk mencegah penyebaran flu burung. Lower Saxony merupakan wilayah penghasil daging unggas ternama di Eropa. Flu burung subtipe H5N8 juga telah ditemukan beberapa kali di dalam burung liar yang bermigrasi di atas wilayah Eropa." (Reuters)(Deutsche Welle)
"Pasca gempa Selandia Baru, Fonterra berusaha untuk meraih akses ke berbagai peternakan susu yang terdampak gempa. Banyak akses jalan hilang menyebabkan mereka tidak bisa mengirim susu. Peternakan tersebut juga harus membuang susu yang sudah mereka hasilkan setiap harinya, karena mereka tidak punya fasilitas pengolahan dan pengawetan susu. Para peternak sudah mendapatkan jaminan sehingga mereka tidak akan kehilangan penghasilan jika Fonterra tidak dapat menjangkau mereka." (Agriland)(Stuff.co.nz)
"Sebuah semut endemik Fiji, Philidris nagasau, menjadi semut pertama yang sengaja menanam pohon. Semut tersebut mengkonsumsi buah tanaman Squamellaria, yang kemudian bijinya mereka bawa ke suatu rekahan batang pohon. Semut tersebut kemudian mendirikan koloni di dekatnya dan menyuburkan biji tersebut dengan kotorannya. Pohon Squamellaria kemudian tumbuh dengan akar yang terikat pada batang pohon tersebut namun tidak menjadi parasit." (Phys.org)(News Scientist)
"Ilmuwan dari University of California berhasil meningkatkan laju fotosintesis tumbuhan melalui modifikasi gen yang mengatur proteinnon-photochemical quenching (NPQ). Protein ini melindungi daun dengan mengurangi panas berlebih yang diserap tumbuhan. Namun ketika daun terlindungi, protein ini tidak segera "istirahat" sehingga energi yang diserap daun tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Modifikasi gen meningkatkan respon protein tersebut terhadap perubahan tingkat energi yang diserap daun." (Phys.org)(UC News Centre)
"FAO menyatakan bahwa Suriah telah mencapai produksi pangan terendah sejak pendataan pertama kalinya. Kondisi ini diakibatkan oleh perang, mahalnya harga benih dan pupuk, serta cuaca ekstrim. Sebelum perang, produksi gandum Suriah mencapai 4.5 juta ton per tahun, namun di tahun 2016 hanya 1.5 juta ton per tahun." (Fox News)(Reuters)