Kodok Darah
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP89Siti (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 15 April 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 4 April 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP89Siti (Kontrib • Log) 3855 hari 1326 menit lalu. |
Kodok Darah | |
---|---|
Berkas:Kodok darah.jpg | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | Anura
|
Famili: | |
Genus: | Leptophryne
|
Spesies: | Leptophryne cruentata
|
Nama binomial | |
Leptophryne cruentata Tschudi
|
Kodok Darah adalah salah satu hewan endemis Indonesia artinya hewan tersebut hanya ada di Indonesia. Kodo merah termasuk hewan langkan dan dilindungi karena keberadaannya sudah hampir punah. Hewan tersebut hanya dapat ditemui di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.[1] Kodok darah juga sering disebut dengan nama kodok merah. Nama kodok merah atau kodok darah diambil dari warna kulit kodok yang berwarna merah darah.Meskipun demikian warna merah darah tersebut tidak merata pada seluruh tubuhnya melainka berupa bercak-bercak.
Populasi
Jenis kodok tersebut ada dalam jumlah banyak pada tahun 1976, tetapi pada tahun 1987 keberadaan Kodok Merah mulai menurun.[1] Meletusnya Gunung Galungggung turut menjadi faktor penyebab penurunan jumlah kodok merah. [1]
Rujukan
- ^ a b c "Leptophryne cruentata". The IUCN Red List of Threatened Species. Diakses tanggal 11 April 2014.