Amfibi

Vertebrata yang hidup di air dan di daratan
(Dialihkan dari Amphibia)

Amfibi atau amfibia didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang berkembang untuk sebagian besar hidup di habitat semi-aquatik (antara darat dan air), namun mereka juga dapat ditemukan di berbagai jenis habitat, dengan sebagian besar spesies tinggal di ekosistem air tawar, lahan basah, atau daratan (seperti hutan riparian, habitat terestrial yang menggali, dan bahkan habitat arboreal atau di pohon). Amfibi adalah hewan vertebrata berdarah dingin. Tidak seperti hewan berdarah panas yang mengatur suhu tubuh secara internal, amfibi mengatur suhu tubuh dari luar tubuh mereka.[3] Amfibi tidak memiliki membran amnion, dan memiliki empat anggota tubuh, yang termasuk dalam kelas Amphibia.[4] Secara umum, amfibi merupakan kelompok paraphyletic yang mencakup semua tetrapoda (hewan dengan empat anggota tubuh) kecuali amniota, yaitu tetrapoda yang memiliki membran amnion, seperti reptil modern, burung, dan mamalia.[5]

Amfibi
Rentang waktu: Mississippian – sekarang, 350–0 jtyl[1]
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Klad: Batrachomorpha
Kelas: Amphibia
Gray 1825[2]
Subkelas & ordo

Daftar parsial

Seekor katak hijau di gunung Cyclops, Jayapura, Papua

Amfibi merupakan satu-satunya vertebrata yang mengalami metamorfosis lengkap. Siklus hidup amfibi biasanya dimulai sebagai larva akuatik yang memiliki insang, yang dikenal dengan sebutan berudu. Namun, beberapa spesies amfibi telah mengembangkan adaptasi perilaku untuk melewati tahap larva ini. Anak amfibi umumnya menjalani metamorfosis dari bentuk larva akuatik yang memiliki insang menjadi bentuk dewasa yang bernapas dengan paru-paru.Respirasi amfibi dapat secara terpisah atau dalam kombinasi paru-paru,kulit, dan insang.[6] Amfibi juga menggunakan kulit mereka sebagai media pernapasan sekunder, dan beberapa salamander kecil serta katak darat bahkan tidak memiliki paru-paru dan sepenuhnya bergantung pada kulit mereka untuk bernapas.

Meskipun tampak mirip dengan reptil seperti kadal, amfibi berbeda dari reptil dan amniota lainnya karena mereka memerlukan akses ke badan air untuk berkembang biak. Dengan kebutuhan reproduksi yang kompleks dan kulit yang mudah ditembus oleh air, amfibi sering dianggap sebagai indikator ekologis yang mencerminkan kondisi habitat. Dalam beberapa dekade terakhir, banyak spesies amfibi mengalami penurunan jumlah yang drastis di seluruh dunia.[7][8]

Amfibi pertama kali berkembang pada periode Devonian dari tetrapodomorph sarcopterygians (ikan dengan sirip berbentuk anggota tubuh) yang mengembangkan paru-paru primitif, yang membantu mereka beradaptasi dengan kehidupan di darat.[9] Mereka kemudian berkembang dan menjadi kelompok yang dominan secara ekologis selama periode Karboniferus dan Permian. Namun, mereka kemudian digantikan oleh reptil awal dan synapsida basal (nenek moyang mamalia) di lingkungan darat. Asal-usul amfibi modern (Lissamphibia), yang pertama kali muncul pada periode Trias Awal sekitar 250 juta tahun yang lalu, masih menjadi perdebatan.[10] [11]Hipotesis yang paling banyak diterima adalah bahwa mereka kemungkinan berasal dari kelompok temnospondyls, yaitu kelompok amfibi prasejarah yang paling beragam, yang hidup pada periode Permian.[12] Hipotesis lain mengatakan bahwa mereka berasal dari kelompok lepospondyls. Ada juga kelompok lain dari Lissamphibia, yaitu Albanerpetontidae, yang punah sekitar 2 juta tahun yang lalu.[13]

Semua amfibi yang masih ada saat ini termasuk dalam subclass monofiletik Lissamphibia, yang memiliki tiga ordo yang masih hidup, yaitu Anura (katak dan kodok), Urodela (salamander), dan Gymnophiona (caecilian).[14] Contoh amfibia yang terdapat di Indonesia adalah bangsa sesilia (Caecilia), serta bangsa kodok dan katak (Anura). [3]Sesilia adalah semacam amfibia tidak berkaki yang badannya serupa cacing besar atau belut. Satu lagi bangsa amfibia, yang tidak terdapat secara alami di Indonesia, adalah salamander.[15][16]

Adaptasi

sunting

Respirasi

sunting

Binatang amfibi cenderung hidup di dekat air tawar di musim hangat. Ada juga beberapa spesies yang tinggal di hutan-hutan, gurun dan arktik. Amfibi dewasa menggunakan paru-paru dan mereka juga menghirup oksigen melalui kulit mereka selama kulit mereka basah.[17]

Pertahanan

sunting

Amfibi bisa menutupi tubuh mereka dengan bersembunyi di antara dedaunan atau sejenisnya yang berwarna hijau atau coklat dan dengan begitu mereka aman dari burung dan reptil. Warna kulit mereka inilah yang menjadi pertahanan utama mereka[3].

Kemampuan lainnya adalah banyak amfibi lain yang memiliki kulit berbisa yang berbahaya bagi predatornya. Ini adalah pertahanan yang penting untuk melawan predator.[3] Kulit juga digunakan untuk peringatan dengan menunjukkan perubahan warna kulit yang dialami amfibi tersebut. Mereka bisa menjadi berwarna terang seperti merah, hitam dan kuning. Amfibi berkulit halus, tipis, berbulu, berpori. Kulit mengandung kelenjar lendir dan kelenjar racun[6]

Penglihatan

sunting

Hewan amfibi memiliki penglihatan warna dan sangat tajam. Mereka juga memiliki katup mata, kelenjar dan saluran yang menjaga mata mereka tetap berair. Ini adalah bentuk adaptasi untuk hidup di daratan karena amfibi adalah vertebrata pertama yang memiliki keistimewaan ini.

Perkembangbiakan

sunting

Perkembangbiakan amfibi dengan cara bertelur atau melahirkan, tergantung pada spesiesnya, namun sebagian besar amfibi berkembang biak dengan cara bertelur. Telur biasanya diletakkan di dalam air atau lingkungan lembap dan dibuahi secara eksternal[3] Beberapa amfibi meletakkan telur-telurnya di luar air (daun palem). Telur-telur itu pun terus berkembang menjadi dewasa dengan melewati tahapan kecebong. Amfibi lain berkembang biak dengan cara yang berbeda. Mereka melewati proses yang disebut neoteny, mereka menjadi sudah menjadi matang secara seksual saat baru menjadi berudu dan melanjutkan hidup mereka dengan insang.

 
Katak punya kulit yang lebih halus dan bertubuh kecil
 
Kodok texas ini punya kulit yang lebih kasar

Ordo Anura mencakup katak dan kodok. Ordo anuran terbagi atas banyak famili namun di indonesia terdapat 7 famili yaitu: Famili Bufonidae, famili Ranidae, famili Dicroglossidae, famili Megophoridae, famili Rhacophoridae, famili Microhylidae, famili Bombinatoridae

Katak memiliki tubuh yang pendek, jari kaki yang berselaput, mata yang menonjol, lidah yang terbelah dua dan tanpa ekor. Mereka adalah pelompat. Banyak dari keistimewaan mereka, khususnya kaki mereka yang panjang dan bertenaga adalah adaptasi untuk meningkatkan kemampuan melompat mereka. Mereka kadang hidup di area yang semi berair atau mendiami tempat lembap.[18]

Caudata

sunting

Ordo Caudata adalah salamander. kadal adalah salamander yang menghabiskan hidup mereka di air walaupun mereka sudah dewasa. Mereka diklasifikasikan ke subfamili Pleurodelinae dari keluarga Salamandridae.

Sistem pernapasannya berbeda antarspesies salamander. Spesies yang tidak punya paru-paru berespirasi dengan insang. Dalam banyak kasus yang dimaksud adalah insang luar yang dapat dilihat sebagai benjolan di kedua sisi kepala mereka. Beberapa salamander yang hidup di darat memiliki paru-paru yang digunakan untuk berespirasi, walaupun ini berbentuk sederhana dan seperti kantong yang tidak seperti organ kompleks lain yang ditemukan pada mamalia. Banyak juga spesies yang memiliki keduanya (paru-paru dan kulit) saat dewasa.[19]

Beberapa spesies darat tidak memiliki keduanya dan melakukan pertukaran gas melewati kulit mereka. Bahkan beberapa spesies berparu-paru juga bernapas melewati kulit.

Kulit salamander mengeluarkan lendir. Ini untuk membantu mereka tetap lembap saat ada di daerah kering dan menjaga keseimbangan garam mereka saat di air juga berfungsi sebagai pelumas selama berenang. Salamander juga mengeluarkan racun dari kelenjar dalam tubuh mereka dan beberapa memiliki tambahan kelenjar kulit untuk mengeluarkan cairan saat bereproduksi.[19]

Axolotls dari genus ''Ambystoma adalah amfibi neotenic. Ini berarti mereka memperoleh kematangan seksual dan bereproduksi saat masih dalam bentuk larva.

Mekanisme pertahanan

sunting

Banyak salamander dan kadal yang memiliki beberapa pertahanan melawan predator yang biasanya adalah racun yang membuat mereka tak bisa dimakan. Warna cerah mereka adalah untuk peringatan dan juga untuk berkamuflase yang berarti mereka bisa saja tidak dilindungi oleh racun.

Pertahanan kedua adalah menanggalkan ekor mereka yang bisa tumbuh lagi nanti. Ekornya akan bergoyang sedikit untuk mengalihkan perhatian predatornya, sementara bagian yang lainnya kabur.

Karakteristik Lain

sunting

Ada lebih dari 350 salamander tanpa paru-paru. Kebanyakan adalah yang hidup di darat dan aktif pada siang hari. Salamander yang tak berparu-paru bisa berkomunikasi dengan hidung mereka. salamander bertubuh kecil ditemukan di pesisir Pasifik. Mereka kadang disebut "cacing salamander". Ini karena mereka punya tubuh yang langsing daripada kebanyakan salamander lain. Jika disentuh, salamander bertubuh kecil akan menggelinding di tanah dan kemudian kabur.[20]p182

Gymnophiona

sunting
 
Sesilia tak memiliki kaki ataupun tangan

Ordo Gymnophiona mencakup bangsa sesilia. Mereka bertubuh panjang, silinder dan tanpa anggota badan yang membuat mereka tampak seperti ular atau cacing. Mereka punya kulit yang berlipat-lipat yang membuat mereka semakin mirip dengan cacing tanah. Beberapa hidup di air tetapi banyak yang hidup di bawah tanah dalam lubang yang mereka gali. Sesilia banyak ditemukan di daerah tropis yaitu Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Tengah.

Mereka adalah amfibi yang menggali lubang. Ini berarti mereka menggali sendiri tanah basah seperti cacing. Kepala mereka kuat dan bertulang yang membantu mereka menggali. Karena sesilia merupakan binatang bertulang belakang, mereka bisa melengkung dengan mudah.[21]p7

Reproduksi

sunting

Amfibi adalah satu-satunya vertebrata yang melalui tahap metamorfosis. Ini artinya bentuk di usia muda mereka berbeda dari masa dewasanya.[22]p8 Amfibi biasanya bereproduksi di awal musim semi dan akhir musim panas, walaupun beberapa bereproduksi di musim dingin dan gugur. Banyak katak dan kodok, seperti katak pada umumnya (Rana Temporalis) berkumpul dalam sebuah kelompok besar di kolam-kolam, sungai-sungai, rawa-rawa dan danau-danau untuk berkembang biak.[22]p10 katak dan kodok jantan akan membuat suara yang menarik betina. Ketika katak betina telah memilih pasangan, katak jantan akan meloncat ke atas mereka. Mereka berenang bersama saat betinanya untuk meletakkan telur di air.[21]p7 Sometimes, males fight to mate with a female.[21]p7 Kadang-kadang, sang jantan harus bertarung untuk berpasangan dengan betinanya. Katak bisa meletakkan 100 sampai 60.000 telur dalam satu kali kawin. Perkawinan dilakukan di air dikarenakan telur mereka ditutupi jeli yang tidak bisa bertahan lama di kondisi kering.

 
Telur katak itu transparan

Beberapa amfibi meletakkan telur yang sangat transparan. Ini membuatnya mudah untuk melihat pertumbuhan kecebong di dalam telurnya. Sebagian besar amfibi betina meletakkan telurnya di air. Jantan mengeluarkan sperma untuk membuahi mereka. Telur-telur itu diletakkan satu demi satu atau dalam tumpukan-tumpukan. Tumpukan-tumpukan telur itu bisa terlihat seperti rantai panjang atau busa-busa. Mereka menaruh ekor mereka di sekitar tumbuhan di air. Mereka melakukan ini agar telur mereka tidak akan terombang-ambing.[22]p8

Katak pohon biasanya meletakkan telur mereka di atas daun di kolam air hujan. Sebagian besar amfibi meninggalkan telur mereka dan tidak menjaganya. Ikan dan hewan lain memakan banyak telur mereka. kodok jantan midwife membawa telur merek di punggung. Ketika mereka siap untuk bertelur, kodok akan kembali ke air dan melepaskan mereka.

Berudu

sunting

Berudu tak punya paru-paru saat mereka menetas dan sebagai gantinya ada insang. Karena insang punya area permukaan yang besar, berudu bisa mendapat oksigen lebih dengan menggunakan mereka. Berudu muda memiliki insang yang terbuka. Ketika mereka jadi lebih tua, insang mereka tertutup seluruhnya oleh kulit.[22]p6 Ketika mereka menetas, berudu akan makan secara terus-menerus. Berudu memakan apa yang tersisa dari telur mereka, ini biasanya menjadi makanan pertama mereka.[22]p8

Berudu katak dan kodok memakan tumbuhan seperti alga dan gulma. Ketika jadi lebih besar, mereka bisa mulai memakan binatang-binatang kecil di air. Kecebong salamander dan kodok bertanduk Suriname adalah karnivora.[22]p9 Berudu kodok bertanduk Suriname sangat agresif. Mereka makan berudu lain jika tak ada makan yang bisa ditemukan.

Kecebong dari katak dan kodok mula-mula menumbuhkan kaki belakang mereka dahulu, kemudian kaki depan dalam beberapa minggu selanjutnya. Berudu juga akan mulai menumbuhkan tulang belakang setelah menumbuhkan anggota gerak bagian depannya. Setelah ini, mulut mereka akan membesar dan mata mereka akan lebih menonjol. Setelah berudu telah menumbuhkan tangan mereka, ekor mereka akan memendek sebelum akhirnya menghilang.[22]p11

Habitat

sunting

Salamander dan kadal bisa ditemukan hidup di anak sungai. Salamander bisa ditemukan di batang kayu yang membusuk, lubang atau bawah tanah yang basah seperti di bawah dedaunan.[20]p152 Salamander berjari jaring tinggal di tempat yang ada banyak batunya. Mereka suka bersembunyi di bawah batuan.[20]p195 Katak berekor suka tinggal di habitat berair dingin.[20]p199 Di habitat mereka, binatang amfibi suka tinggal di tempat yang banyak tempat untuk bersembunyi. Termasuk di pohon-pohon kecil, batang kayu dan tumbuhan terdekat. Sementara di bawah air mereka senang bersembunyi di dekat tumbuhan air dan batu-batu. Katak pohon suka tinggal di hutan di atas pohon-pohon, tumbuhan-tumbuhan dan di tanah di bawah dedaunan.

Beberapa amfibi bisa ditemukan hidup di padang pasir atau di arktik.[22]p12 Sangat jarang ada hujan di gurun dan karena ini katak gurun akan menggali lubang agar tetap dingin. Mereka menggunakan lendir mereka agar tetap basah. Mereka akan menyebarkannya ke seluruh tubuh mereka. Lendir itu akan mengeras untuk menjaga air yang diproduksi agar tak hilang. Kadang katak gurun harus melakukan sesuatu seperti ini, ia akan tinggal di "kepompongnya" dan tidak akan bergerak. Mereka akan seperti itu untuk beberapa bulan atau tahun sampai hujan turun. Kadal California bisa bertahan dari api dengan menyebarkan lendirnya ke seluruh tubuh.[22]p12

Persebaran

sunting

Amfibi ada di seluruh dunia, walaupun persebaran mereka dibatasi oleh kebutuhan mereka akan kelembapan untuk bereproduksi.

anaturman

sunting

Banyak amfibi melakukan sekresi pada kulit mereka yang membuatkan mereka racun. Mereka tidak menghasilkan racun mereka sendiri.[23] Mereka mendapatkan racun dari apa yang mereka makan. Mereka memakan serangga di habitatnya. Serangga-serangga ini mendapatkan racun dari tumbuhan. Racunnya telah ditemukan di sejenis kumbang.[23] Ini berarti kalau mereka agaknya adalah penyebab ditemukannya racun di binatang amfibi. Suku Indian di Amerika menggunakan racun ini dari katak dart saat berburu.[23]

Kadal dari genus Taricha memiliki racun yang disebut tetrodotoxin. Para ilmuwan percaya kalau racun dari kadal ini disebabkan oleh bakteri di genus Pseudolateromonas, Pseudomonas dan Vibrio. Karena ini, kadal ini tak memiliki banyak predator. Akan tetapi, beberapa spesies ular telah mengembangkan sebuah resistansi. Ini berarti mereka bisa makan kadal itu tanpa takut kalau-kalau racunnya akan menyakiti mereka.

Sistem indra dan rangka

sunting

Mata dari binatang amfibi memiliki penutup, kelenjar dan pipa. Mereka punya penglihatan berwarna dan tajam.[24] Mata sesilia kecil dan gelap. Kebanyakan dari mereka buta. Sebagian besar amfibi memiliki indra penciuman yang baik bahkan di bawah air.

Sistem rangka amfibi serupa dengan binatang berkaki empat yang lain. Mereka punya tulang belakang, iga yang melengkung, tulang panjang seperti humerus dan femur. Mereka juga punya tulang pendek seperti palang dan metatarsal. Sebagian besar amfibi punya empat anggota gerak kecuali sesilia. Tulang amfibi berlubang-lubang dan tidak terlalu berat.[25]

Makanan

sunting

Amfibi adalah binatang predator. Mereka kebanyakan memakan invertebrata hidup dan binatang yang bergerak lamban. Ini mencakup ulat, cacing tanah, obawo, kumbang air, siput dan capung.[26]p667 Banyak amfibi menggunakan lidah lengket mereka untuk menangkap mangsa. Mereka akan menelan buruannya bulat-bulat, tetapi bisa mengunyahnya hanya sebentar sebelum masuk ke tenggorokan. Famili Ranidae akan memakan hampir semua yang bisa mereka temukan dan muat di dalam mulut mereka.[26]p668 Ini mencakup burung, tikus, anak bebek, ikan kecil dan mamalia kecil.[27] Kebanyakan katak adalah kanibal dan akan memakan satu sama lain jika tidak ada makanan yang bisa ditemukan. Beberapa amfibi bahkan akan memakan berudu dan telur mereka sendiri jika tak ada makanan untuk mereka.[28]

Konservasi

sunting

Populasi amfibi telah menurun di seluruh dunia.[29] Ilmuwan mengatakan kalau berkurangnya amfibi adalah salah satu ancaman paling krusial untuk keanekaragaman hayati di dunia.[29] Hal-hal yang paling diyakini menjadi penyebab adalah perusakan habitat, eksploitasi berlebihan, polusi, perubahan iklim, perusakan lapisan ozon dan penyakit seperti chytridiomycosis. Radiasi ultraviolet merusak kulit, mata dan telur binatang amfibi. Akan tetapi, berkurangnya populasi masih belum bisa dimengerti.[30]

Organisasi Amphibian Conservation Action Plan (ACAP) telah mengeluarkan strategi global untuk membantu populasi amfibi. Ini telah dikembangkan oleh lebih dari 80 pakar terkemuka.[31] Grup spesialis amfibi dari International Union for the Conservation of Nature (IUCN) sedang mengerjakan strategi global lain untuk membantu populasi amfibi.[31] Amphibian Ark (AA) adalah sebuah organisasi yang dibuat untuk membuat publik sadar akan penurunan populasi amfibi. Mereka telah bekerja sama dengan banyak kebun binatang dan aquaria di seluruh dunia. Mereka mencoba menganjurkan mereka untuk membuat habitat alami untuk amfibi terancam.[31] Proyek lainnya adalah Panama Amphibian Rescue and Conservation Project (PARCP) yang mencoba menyebarkan kesadaran tentang chyridiomycosis. Penyakit yang menyebar ke timur Panama dan mengancam semua binatang amfibi yang hidup di sana.[32]

Pada 21 Januari 2008, Evolutionarily Distinct and Globally Endangered (EDGE) mengeluarkan pernyataan ke publik yang dibuat oleh pemimpinnya Helen Meredith yang mengidentifikasi spesies terancam punah di alam.[33] Meredith menjelaskan kalau 85% dari daftar 100 amfibi terancam teratas menerima sedikit bahkan sama sekali tidak perhatian konservasi.

Penggunaan oleh manusia

sunting

Sebagai makanan

sunting
 
Bullfrog di Cina dijual hidup-hidup

Kaki bullfrog adalah bahan makanan di Southern United States dan Midwestern United States.[34] Orang-orang berburu bullfrog pada malam hari dekat sungai. Kaki bullfrog dimasak, sementara punggung mereka di goreng.[35]p9 Di Cina, bullfrog dijual hidup-hidup untuk dimakan. Di negara bagian California, orang-orang harus memiliki izin untuk menangkap bullfrog.[36]p256 Di sekolah-sekolah, bullfrog dibedah di kelas biologi.[37]p85 [22]p13 Pembedahan adalah metode untuk mengajari murid-murid tentang anatomi bullfrog.[37]p85 kadal emperor diburu di Cina untuk makanan. Mereka juga menggunakannya untuk pengobatan. Katak penggali lubang bisa menahan air di kandung kemih mereka, karena ini orang Australia pribumi menggunakan mereka untuk minum air.

Sebagai peliharaan

sunting

Amfibi juga dijadikan hewan peliharaan.[38]p4 Mereka disimpan di akuarium atau terarium. Terarium adalah bak yang didekorasi dengan tanaman dan tanah di satu sisinya. Di sisi lain, ada air.[38]p8 Masing-masing amfibi harus memiliki perawatan spesial tersendiri. Amfibi semiakuatik membutuhkan tanah dan air yang dibagi di tangkinya. Katak tropis akan membutuhkan kabut dan kelembapan yang tinggi di terarium mereka.[39]p7 Air untuk amfibi perlu dideklorinasi. Klorin di air keran bisa membunuh amfibi. Beberapa binatang amfibi yang eksotik bisa ditemukan di toko hewan peliharaan yang menjual reptil.[38]p22

Referensi

sunting
  1. ^ "Amphibia". paleobiodb.org. Diakses tanggal 2022-05-24. 
  2. ^ Blackburn, D. C.; Wake, D. B. (2011). "Class Amphibia Gray, 1825. In: Zhang, Z.-Q. (Ed.) Animal biodiversity: An outline of higher-level classification and survey of taxonomic richness" (PDF). Zootaxa. 3148: 39–55. doi:10.11646/zootaxa.3148.1.8. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal May 18, 2016. Diakses tanggal November 29, 2012. 
  3. ^ a b c d e Musthofa, Iman; Ali, Raafi Nur; Pamungkas, Kuncoro Tri (2021). Panduan Lapangan Herpetofauna (Amfibi & Reptil) di Kawasan Ekowisata Desa Jatimulyo. Yugyakarta: Masa Kini. hlm. 4–6. ISBN 978-623-96813-1-9. 
  4. ^ "Photography, Nature Connexion" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-09. 
  5. ^ "Class Amphibia". Coke Smith Wildlife (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-09. 
  6. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :0
  7. ^ Beebee, Trevor J. C.; Griffiths, Richard A. (2005-10-01). "The amphibian decline crisis: A watershed for conservation biology?". Biological Conservation. 125 (3): 271–285. doi:10.1016/j.biocon.2005.04.009. ISSN 0006-3207. 
  8. ^ "Amphibia Gray, 1825". www.gbif.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-09. 
  9. ^ "12.15: Amphibian Evolution and Ecology". Biology LibreTexts (dalam bahasa Inggris). 2016-10-06. Diakses tanggal 2024-12-09. 
  10. ^ "Fossils, Molecules, Divergence Times, and the Origin of Lissamphibians" (PDF). academic.oup.com. Diakses tanggal 2024-12-09. 
  11. ^ Anderson, Jason S. (2008-12). "Focal Review: The Origin(s) of Modern Amphibians". Evolutionary Biology (dalam bahasa Inggris). 35 (4): 231–247. doi:10.1007/s11692-008-9044-5. ISSN 0071-3260. 
  12. ^ Atkins, Jade B.; Reisz, Robert R.; Maddin, Hillary C. (March 22, 2019). "Braincase simplification and the origin of lissamphibians"
  13. ^ Marjanović, David; Laurin, Michel (2019). "Phylogeny of Paleozoic limbed vertebrates reassessed through revision and expansion of the largest published relevant data matrix". PeerJ. 6: e5565. doi:10.7717/peerj.5565. ISSN 2167-8359. PMC 6322490 . PMID 30631641. 
  14. ^ "Amphibia - an overview | ScienceDirect Topics". www.sciencedirect.com. Diakses tanggal 2024-12-09. 
  15. ^ "By the Numbers". amphibiaweb.org. Diakses tanggal 2024-12-09. 
  16. ^ Chatterjee, Anushka (2024-04-08). "Amphibian - Definition, Examples, Characteristics, and Life Cycle". AnimalFact.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-09. 
  17. ^ Duellman, William E. & Linda Trueb 1994. Biology of amphibians. Johns Hopkins University Press. ISBN 978-0-8018-4780-6
  18. ^ Zweifel, Richard G; Cogger H.G. & Zweifel R.G. 1998. Encyclopedia of reptiles and amphibians. San Diego: Academic Press. pp. 91–92. ISBN 0-12-178560-2
  19. ^ a b Cogger, Harold G. ed 1998. Encyclopedia of reptiles and amphibians. San Diego: Academic Press. ISBN 0-12-178560-2.
  20. ^ a b c d Stebbins, Robert Cyril 2003. A field guide to western reptiles and amphibians. Houghton Mifflin Harcourt. ISBN 0-395-98272-3
  21. ^ a b c Royston, Angela 2004. Living nature: amphibians. Black Rabbit. ISBN 1-932333-33-9
  22. ^ a b c d e f g h i j Morgan, Sally 2004. Amphibians. Heinemann-Raintree. ISBN 1-4109-1046-6
  23. ^ a b c Dumbacher J.P.; et al. (2004). "Melyrid beetles (Choresine): a putative source for the batrachotoxin alkaloids found in poison-dart frogs and toxic passerine birds". Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 101 (45): 15857–60. doi:10.1073/pnas.0407197101. PMC 528779 . PMID 15520388. 
  24. ^ Duellman, William E.; Zug, George R. (2012). "Amphibian". Encyclopædia Britannica Online. Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 2012-03-27. 
  25. ^ Maglia A.M.; et al. (2007). "AmphibAnat". The amphibian anatomical ontology web project. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-16. Diakses tanggal 2012-03-25. 
  26. ^ a b Wells, Kentwood David 2007. The ecology & behavior of amphibians. University of Chicago Press, ISBN 0-226-89334-0
  27. ^ "American Bullfrog". Shastaherps.org. Diakses tanggal 11 July 2012. [pranala nonaktif permanen]
  28. ^ Lannoo, Michael 2005. Amphibian declines: the conservation status Of United States species. University of California Press, 543. ISBN 978-0-520-23592-2
  29. ^ a b McCallum, M.L. (2007). "Amphibian decline or extinction? Current declines dwarf background extinction rate" (PDF). Journal of Herpetology. 41 (3): 483–491. doi:10.1670/0022-1511(2007)41[483:ADOECD]2.0.CO;2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-12-17. Diakses tanggal 2015-12-09. 
  30. ^ "Amphibian Specialist Group". Diakses tanggal 2012-03-30. 
  31. ^ a b c "Amphibian Conservation Action Plan". IUCN. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-27. Diakses tanggal 2012-03-30. 
  32. ^ "Panama Amphibian Rescue and Conservation Project". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-06-14. Diakses tanggal 2012-03-30. 
  33. ^ "Evolutionarily distinct and globally endangered". Diakses tanggal 2012-03-30. 
  34. ^ The illustrated encyclopedia of North American reptiles and amphibians: an essential guide to reptiles and amphibians of USA, Canada, and Mexico, MobileReference, 2008, ISBN 978-1-60501-459-3 
  35. ^ Gray, Susan 2009. Bullfrog (animal invaders). Cherry Lake Publications. ISBN 978-1-60279-327-9
  36. ^ Storer, Malcolm 2004. Experimental approaches to conservation biology. University of California Press. ISBN 978-0-520-24024-7
  37. ^ a b Glotzhaber, Robert 1973. The life cycle of a Bullfrog. Children Press. ISBN 978-0-87191-233-6
  38. ^ a b c Grenard, Steve 2007. Frogs and toads: your happy healthy pet. Wiley ISBN 0-470-16510-3
  39. ^ Nelson, Robin 2002. Pet frog. Lerner. ISBN 0-8225-1271-8

Buku referensi

sunting
  • Morgan, Sally (2004), Amphibians, Heinemann-Raintree Library, ISBN 1410910466 
  • Richardson, Adele (2006), Amphibians, Capstone Press, ISBN 0736849416 
  • Carroll, Robert L. (2009), The rise of amphibians: 365 million years of evolution, The Johns Hopkins University Press, ISBN 978-0-8018-9140-3 
  • Stefoff, Rebecca (2007), The Amphibian class, Marshall Cavendish, ISBN 0761426922 
  • Duellman, William Edward (1999), Patterns of distribution of amphibians: a global perspective, JHU Press, ISBN 0801861152 
  • Wells, Kentwood (2007), The ecology and behavior of amphibians, Rosen Publishing Group, ISBN 978-0-226-89334-1 

Situs lain

sunting