Gunung Mahawu
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP47Dhorifah (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 15 Mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 25 April 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP47Dhorifah (Kontrib • Log) 3853 hari 391 menit lalu. |
Gunung Mahawu adalah gunung berapi stratovolcano yang terletak di timur gunung berapi Gunung Lokon-Gunung Empung di Sulawesi Utara, Indonesia.[1] Sementara di kejauhan nampak Pulau Manado Tua dan pulau-pulau di sekitarnya seolah terapung di laut Sulawesi yang sangat luas.[2] Gunung Mahawu memiliki lebar 180 meter dengan kedalaman kawah 140 meter dan memiliki dua kerucut piroklastik di lereng utara,sedang tingginya mencapai 1.311 m dpl.[1][3]
Gunung Mahawu |
---|
Orang Minahasa menamai mahawu pada gunung ini karena sering mengeluarkan abu.[4] Selain menyebutnya dengan mahawu, gunung ini juga disebut gunung Roemengas.[3] Gunung ini pernah mengeluarkan letusan kecil pada tahun 1789.[1] Kemudian tahun 1994, gunung mahawu juga mengeluarkan letupan lumpur fumarol dan aktivitas geyser terjadi sepanjang danau kawah yang berwarna kehijau-hijauan dan terakhir di tahun 1999.[1][3] Danau kawahnya gunung ini kini berukuran kecil karena sebagian pinggirnya sudah mengering.[5]
Pemandangan
Di lereng mahawu, kita dapat menemukan pemukiman-pemukiman, hutan, dan juga area persawahan.[3] Kita juga dapat melihat burung-madu sangihe di sekitar gunung ini, yang merupakan burung endemik Sulawesi.[6] Untuk para penduduk, mereka cukup banyak melakukan aktivitas di [kaki]] gunung mahawu, di antaranya berprofesi sebagai petani yang menanam berbagai sayuran sampai pada wilayah tengah gunung.[5] Berbeda dengan gunung berapi lainnya yang cenderung berpasir-pasir di puncaknya, gunung Mahawu ini puncaknya hijau dan banyak tumbuhannya.[5] Saat sampai di puncak kita dapat melihat putihnya kabut awan dan pemandangan di bawah yang menakjubkan, selain itu ada juga hutan lindung kecil yang dihiasi oleh bunga warna-warni.[5] Menuju Mahawu wisatawan akan disuguhi pemandangan perkebunan holtikultura yang tidak kalah indahnya.[2] Warna hijau sayur mayur berpadu dengan warna cokelat tanah yang subur menjadi sebuah kombinasi keindahan yang menakjubkan.[2]
Menuju Puncak
Waktu yang paling baik untuk memulai pendakian adalah pukul 07.00 pagi dari desa Kakaskasen karena hal ini memungkinkan para pendaki untuk melewati kawah saat pagi hari dalam cuaca yang masih dingin dan sejuk.[3] Karena ukuran gunung tidak terlalu besar, para pendaki dapat mencapai puncaknya kurang lebih dengan waktu satu jam.[5] Kendaraan roda empat pun sudah dapat menjangkau daerah dekat puncak, hal ini dikarenakan pemerintah kota Tomohon telah membuat jalan akses yang bagus ke Mahawu.[2] Dengan memakai kendaraan, seseorang dapat sampai di lokasi dengan waktu sekitar 30 menit dari kota Tomohon.[2]
Lihat pula
Referensi
- ^ a b c d e "Mahawu". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diakses tanggal 31 Desember 2006.
- ^ a b c d e "Menengok Kawah Gunung Api Mahawu". Kompas. Diakses tanggal 3 Mei 2014.
- ^ a b c d e Yulianingsih, Tri Maya (2010).Jelajah Wisata Nusantara.Yogyakarta:MedPress. Hal 378 Cet 1
- ^ Sumarauw Pangkerego, Aneke (1993).Cerita Rakyat dari Minahasa.Jakarta:Grasindo. Hal 5
- ^ a b c d e "Gunung Mahawu". Jalan-jalan Web. Diakses tanggal 3 Mei 2014.
- ^ (Inggris) Robert A. Cheke, dkk (2001).Helm Identification Guides Sunbirds.London:A&C Black Publishers. Hal 336