Anindya Bakrie

pengusaha Indonesia
Revisi sejak 6 November 2014 06.33 oleh Puguhnu (bicara | kontrib)

Anindya Novyan Bakrie (lahir 10 November 1974), biasa dipanggil Anindya Bakrie. Anin adalah putra sulung dari pengusaha nasional Aburizal Bakrie dan Tatty Bakrie. Sebagai generasi ketiga keluarga Bakrie, Anin kini juga telah merambah dunia bisnis, seperti bapak dan kakeknya Almarhum Haji Achmad Bakrie.

Anindya Bakrie
Berkas:Anindyabakrie.jpg
CEO PT Bakrie Global Ventura
Mulai menjabat
2012 - Sekarang
CEO PT Visi Media Asia (VIVA)
Mulai menjabat
Juli 2014 - Sekarang
Informasi pribadi
Lahir09 November 1974 (umur 50)
Indonesia Jakarta, Indonesia
Orang tuaAburizal Bakrie dan Tatty Murnitriati
Situs webaninbakrie.com
Instagram: anindyabakrie LinkedIn: anindyabakrie Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Berada dalam lingkungan pebisnis, menjadikan Anindya bukan orang asing dalam dunia ini. Dalam usianya yang relatif muda ia telah memimpin sejumlah perusahaan nasional di bidang telekomunikasi dan media. Sebut saja Bakrie Global Ventura, Bakrie Telecom, dan Visi Media Asia yang membawahi ANTV, tvOne, VIVA.co.id, dan viva+.

Anin boleh dibilang sudah teruji insting dan kemampuan bisnisnya. Ketika masuk Antv pada tahun 2002, stasiun tv nasional itu hampir bangkrut karena dililit utang. Hanya dalam waktu dua tahun ia bisa merestrukturisasinya dan utangnya menjadi nol. Sekitar 80 persen utang perusahaan menjadi penyertaan modal.

Begitu pula ketika Bakrie mengambil alih tvOne pada bulan Maret 2007. Perusahaan TV yang awalnya bernama Lativi tersebut juga tengah dililit utang yang cukup besar. Sementara rating dan share-nya selalu berada di urutan terbawah. Pada bulan Februari tahun 2008 format tvOne diubah dari general TV menjadi News TV. Tidak perlu waktu terlalu lama, TvOne telah menjadi leader news station di Indonesia.

Tangan dinginnya juga berhasil menjadikan Bakrie Telecom (BTEL) sebagai salahsatu market leader pada operator telekomunikasi CDMA. Semula perusahaan ini bernama Ratelindo, dengan pelanggan hanya sebanyak 100.000 dan utang perusahaan cukup besar. Melalui produknya Esia, Btel menjadi perintis operator telekomunikasi murah di Indonesia. Hadirnya Esia mengubah struktur pasar dan persaingan operator telekomunikasi di Indonesia. Semula para operator dinilai terlalu banyak mengambil untung dengan menetapkan harga tinggi yang merugikan konsumen.

Pecinta olahraga lari marathon ini termasuk orang yang percaya dengan masa depan dan kekuatan New Media. Ini bisa terlihat dari langkahnya mendirikan Vivanews.com yang kini menjadi VIVA.co.id dengan merekrut sejumlah wartawan majalah Tempo. VIVA.co.id yang didirikan 17 Desember 2008, kini telah menjadi pemain ketiga terbesar di bisnis news media online.

Mengenai berbagai keberhasilannya ini, Anin sering merendah." Ah di bidang bisnis saya masih perlu belajar banyak," ujarnya ketika ditanya wartawan. Lahir dari lingkungan keluarga pengusaha besar, Anin punya beban moral tersendiri. Bila berhasil, maka tak jarang orang yang mencibir keberhasilannya karena mendapat berbagai fasilitas dan kemudahan dari keluarga. Sementara bila gagal, maka akan lebih banyak lagi yang mengecamnya. "Biasanya kan ada pameo, generasi pertama membangun. Generasi kedua mengembangkan. Dan generasi ketiga yang menghancurkan," ujarnya berkelakar.

Kegiatan Filantropi

Di luar bisnis Anindya adalah seorang filantropis. Kepekaan sosialnya yang tinggi membuatnya dipercaya pula memimpin Yayasan Bakrie Untuk Negeri (BUN) yang menangani masalah kesehatan, olahraga upaya penanggulangan bencana, dan yang terpenting pendidikan. Anin juga menjadi patron dari Universitas Bakrie. Di perguruan tinggi ini 50 persen mahasiswanya memperoleh beasiswa. Mereka adalah mahasiswa cerdas dari berbagai wilayah di Indonesia, namun kekurangan biaya.

Peranan dan aktivitasnya di berbagai kegiatan sosial ini merupakan wujud dari amanah pendiri Kelompok Usaha Bakrie yang sangat dipegang teguh oleh keluarga besar. Almarhum Haji Achmad Bakrie pria asal Kalianda, Lampung ini berpesan, "agar setiap rupiah yang dihasilkan Bakrie, harus bermanfaat untuk orang di sekitarnya."

Tak hanya di tanah air, Anin juga mulai merambah dunia internasional dengan mendirikan sebuah departemen kajian (think tank) di Washington, DC, Amerika Serikat pada 26 Juli 2010. Departemen kajian bernama Bakrie Chair for Southeast Asian Studies bekerjasama dengan sebuah lembaga think tank papan atas di AS bernama Carnegie Endowment for International Peace.

Bakrie Chair bertujuan lebih mendekatkan Indonesia dan Asia Tenggara di kalangan pengambil keputusan dan masyarakat Amerika. "Ini merupakan sumbangsih kami dari sektor swasta untuk membantu pemerintah mempromosikan Indonesia di Amerika. Dengan begitu pemerintah Amerika Serikat bisa lebih tepat dalam mengambil berbagai keputusan tentang Indonesia," kata Anin.

Menurut Anin, kawasan Asia Tenggara dan Indonesia memainkan peran penting untuk menjaga stabilitas kawasan, terutama di era persaingan antara negara-negara di Northeast Asia yang dimotori oleh Cina, Jepang dan Korea dengan negara di South Asia yang dimotori oleh India dan Pakistan. Sementara Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia telah menjelma menjadi negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, setelah India dan AS.

Sebagai negara adidaya dunia, Amerika juga menempatkan kawasan Asia Tenggara dalam prioritas penting. Ini bisa terlihat dari penempatan satu armada perangnya (U.S 7th fleeth) dan telah diratifikasinya Treaty of Aminty and Cooperation in Southeast Asia yang ditandatangani oleh Menlu Hillary Clinton di Bali (2009).

Hubungan antara warga Indonesia dan Amerika, dalam penilaian Anin, merupakan hubungan cinta dan benci (love and hate). Disatu sisi, makanan, mode, dan para bintang Hollywood dipuja. Namun bangsa Indonesia juga mengecam invasi AS di Iraq dan Afghanistan. "Hal-hal semacam ini perlu dijembatani. Sebab terdapat potensi besar yang positif bagi kedua negara jika hubungan yang terjadi bersifat saling memahami dan melengkapi," tegasnya.

Pemberian Bea Siswa

Bakrie Chair adalah bagian kegiatan dari Bakrie Center Foundation (BCF). Di bawah BCF ada program bantuan beasiswa untuk program pasca sarjana bernama Bakrie Graduate Fellowship (BGF). Program ini memberi bantuan untuk mahasiswa program magister/post graduate dengan bekerjasama sejumlah perguruan tinggi terkemuka di dalam dan luar negeri.

Di Indonesia kerjasama telah terjalin dengan Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gajah Mada (UGM). Sementara di luar negeri kerjasama terjalin dengan Stanford University (AS) dan Nanyang Technological University (NTU)(Singapura). Khusus untuk NTU, sebanyak empat beasiswa yang diberikan, dua di antaranya untuk mahasiswa Indonesia, dan dua lainnya untuk mahasiswa dari negara anggota Asean. Di Indonesia, BCF sedang menjajaki kerjasama dengan lima perguruan tinggi lainnya di luar Jawa. Sementara di luar negeri BCF mengincar perguruan tinggi prestisius lainnya di AS, Eropa dan Australia.

"Sebuah bangsa hanya bisa maju jika tingkat pendidikannya tinggi. Saya melihat setiap tahun ada sekitar 2.5 juta lulusan SLTA. Yang bisa meneruskan ke bangku perguruan tinggi hanya sekitar 10 persen. Sementara lulusan perguruan tinggi yang meneruskan ke jenjang magister lebih kecil lagi. Setiap tahun Indonesia hanya menghasilkan 20.000 orang lulusan program S2. Bandingkan dengan Cina yang menghasilkan 800.000 orang dan India 750.000 orang magister." tegasnya.

Dengan program beasiswa baik di luar negeri maupun di Indonesia, BCF menargetkan akan mencetak 1.000 orang lulusan program magister dalam waktu 10 tahun. Apa yang dilakukan BCF juga diharapkan bisa membantu memperkuat Indonesia khususnya dan ASEAN pada umumnya di dunia internasional.

Bea siswa yang diberikan oleh BCF meliputi biaya perkuliahan, biaya hidup dan biaya penelitian. Di luar perkuliahan formal, mereka juga akan mendapat pelatihan kepemimpinan.Secara berkala akan dilaksanakan seminar internasional bekerjasama dengan lembaga partner di dalam dan luar negeri. Satu hal penting lainnya, para penerima beasiswa akan diberi wawasan kewirausahaan. Beberapa di antara mereka diharapkan bakal menjadi pebisnis/wirausahawan yang handal.

Anin juga melihat pentingnya ketersedian tenaga trampil. Karena itu melalui BCF, ia berencana membantu/membangun sejumlah sekolah kejuruan. Lulusannya diharapkan menjadi tenaga trampil yang siap masuk ke pasar kerja.

Baru-baru ini BCF juga kembali melakukan ekspansi kerjasama ke luar negeri. Di Singapura, BCF bekerjasama dengan Nanyang Technological University mendirikan Bakrie professorship in Southeast Asia Policy pada 17 November 2010. Sebuah lembaga kajian untuk masalah Asia Tenggara yang bekerjasama dengan S Rajaratnam School of International Studies (RSIS).

Di Bakrie Professorship, keluarga Bakrie --yang kapitalisasi saham grup usahanya total sekitar USD 10 Milyar dan berkontribusi hampir 30 persen dari volume perdagangan pasar modal Indonesia--menghibahkan dana sebanyak SGD 3 juta dan jumlah yang sama juga diberikan oleh pemerintah Singapura (matching fund). Dengan begitu terdapat SGD 6 juta sebagai dana abadi. " Saya sangat gembira, karena ini merupakan partnership antara swasta dan pemerintah," ujar Anin.

Selain bisnis dan sosial, Anin juga aktif di sejumlah organisasi, baik di dalam maupun di dalam negeri. Diantaranya, di Kadin Indonesia-sebagai Wakil Ketua Umum bidang Organisasi, Keanggotaan, Pemberdayaan Daerah dan Tata Kelola Perusahaan; juga ABAC (Asia Pacific Economic Cooperation Business Advisory Council) sebagai Perwakilan Indonesia (sesuai SK Presiden Republik Indonesia No. 130/M tahun 2009 tanggal 31 Desember 2009) dan berbagai organisasi lainnya.

Dengan berbagai aktivitasnya itu apakah Anin juga berambisi pada jabatan politis? Suatu ketika, saat mendampingi Aburizal Bakrie dalam obrolan dengan komunitas bloger di Jakarta (2010), Anin ditanya apakah akan menjadi politisi seperti bapaknya yang kini menjadi ketua umum Golkar? Lagi-lagi dengan sikap merendah ia mengatakan, " Bisnis saja masih belajar kok. Jadi saya belum berpikir ke arah sana. Saya harus belajar banyak dulu," kilahnya.

Anin mempunyai dua adik yaitu: Anindhita Anestya Bakrie dan Anindra Ardiansyah Bakrie. Penyuka aktivitas seperti membaca, menyelam, traveling, sejarah, kebudayaan dan musik ini menikah dengan Firdani Saugi dan dikaruniai tiga orang anak : Alisha, Azra dan Akila.

Biodata

Pendidikan

Stanford Graduate School of Business Stanford, California M.B.A., Global Management Program (GMP), June 2001 Northwestern University Evanston, Illinois B.Sc., Industrial Engineering, June 1996 SMA Pangudi Luhur 1 Jakarta, Jakarta 1992

Pengalaman

  • PT Bakrie Global Ventura
CEO (2012 - sekarang)
Perusahaan Investasi di bidang TMT (Telecom, Media, dan Teknologi)
  • PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL)
President Commissioner (2013 – sekarang).
Provider jaringan telekomunikasi CDMA terbesar di Indonesia, dengan 10 juta pelanggan. Menawarkan produk telepon seluler, telepon rumah, sambungan internasional, Internet akses dan data servis.
  • PT Visi Media Asia (VIVA)
President Commissioner (2011 - 2014)
President Director & CEO (2008 – 2011, 2014 - sekarang).
Perusahaan media yang terintegrasi fokus pada bisnis konten (termasuk 2 saluran TV terkemuka, antv dan TvOne, media baru / bisnis platform Internet (viva.co.id) dan TV berlangganan (viva+)).
  • PT Lativi Media Karya (tvOne)
President Commissioner & Chairman (2007 – sekarang).
Saluran TV Berita dan olah raga terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia, yang melayani lebih dari 150 juta Indonesia. tvOne memperluas saluran dan merek di luar layanan saat ini ke dalam satelit / kabel, Internet dan platform distribusi mobile.
  • PT Cakrawala Andalas Televisi (antv)
President Commissioner (2009 - sekarang)
President Director & CEO (2002 – 2009)
Saluran TV hiburan dan umum terkemuka di Indonesia, melayani lebih dari 170 juta penonton Indonesia. Antv memperluas saluran dan merek saat ini gratis-udara-darat ke satelit / kabel, Internet dan platform distribusi mobile.
  • PT Bakrie & Brothers, Tbk.
Deputy to COO and Managing Director (1997 – 1999)
Salah satu holding investasi terbesar yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan core bisnis telekomunikasi, infrastruktur dan agribisnis.
  • Salomon Brothers Inc. – New York
Finance Analyst, Investment Banking, Global Power Group (1996 – 1997)

Organisasi

  • Belfer Center for Science and International Affairs
International Council Member (2011 – current)
  • ABAC (Asia Pacific Economic Cooperation Business Advisory Council)
Wakil Indonesian (ditunjuk langsung oleh Presiden RI) 31 Dec 2009-sekarang
  • Kadin Indonesia
Wakil Ketua Umum bidang Organisasi, Keanggotaan, Pemberdayaan Daerah dan Tata Kelola Perusahaan (2010-sekarang)
Wakil Ketua Umum bidang Telekomunikasi, informasi, dan Media ( 2008 – 2010)
Ketua Komite Tetap Bidang Telekomunikasi 2004 – 2008
  • The Asia Pacific Media Forum
Board of Advisor member 2003 – sekaran
  • Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI)
Anggota Dewan Pengarah 2008- sekarang
  • Yayasan Bakrie Untuk Negeri (Bakrie for the Nation) foundation
Chairman 2007-sekarang
  • Bakrie Center Foundation (BCF)
Founder and Chairman Mei 2010- sekarang
  • Bakrie University
Patron 2009-sekarang
  • Federasi Olah Raga Karate-Do Indonesia
Wakil Sekjen 2005-2008

Penghargaan

  • Young Entrepreneur of The Year, Asia Pacific Entrepreneurship Awards 2010

Sertifikat

  • Harvard J.F. Kennedy School of Goverment Cambridge-M.A., USA
Executive Education : “Infrastructure in a Market Economy”, July 2009
  • Harvard Business School Boston-Massachusetts, USA
Executive Education : “Making Corporate Boards More Effective”, July 2009
  • Badan Pengawas Pasar Modal Jakarta, Indonesia
Capital Markets Authority Investment Management License, 25 October 2002
LA Marathon in March 2008; Advanced Scuba Diver Licensee from PADI


Blog pribadi

http://aninbakrie.com