Orang Indonesia Perantauan
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Maret 2009) |
Orang Indonesia perantauan adalah seseorang asal Indonesia yang menetap di luar Indonesia. Istilah ini berlaku bagi orang-orang yang lahir di Indonesia dan berdarah Indonesia yang menjadi warga negara tetap ataupun menetap sementara di negara asing.
Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
Malaysia | ± 2.500.000 |
Arab Saudi | ±1.500.000[1] |
Belanda | 395.800 |
Singapura | ±200.000 |
Taiwan | 161.000 |
Hong Kong | 102.100[2] |
Suriname | 90.000[3] |
Australia | 86.196[4] |
Uni Emirat Arab | 75.000[5] |
Amerika Serikat | 70.000 |
Filipina | 43.871 |
Qatar | 36.000 |
Jepang | 30.567[6][7] |
Korea Selatan | 30.000 |
Kanada | 14.300 |
Kaledonia Baru | 7.000 |
Bahasa | |
Indonesia, Jawa, Minangkabau, Bugis, bahasa lainnya di Indonesia, Inggris, Mandarin | |
Agama | |
Islam; Katolik; Protestan | |
Kelompok etnik terkait | |
Pribumi, Tionghoa-Indonesia |
Sejarah
Banyak orang Indonesia yang pergi ke luar negeri sebagai mahasiswa atau tenaga kerja (dikenal dengan TKI). Sebagian besar dari mereka menetap di Malaysia, Timur Tengah, Amerika Serikat, dan Australia.
Orang Indonesia di luar negeri
Malaysia
Diperkirakan terdapat sekitar 2.500.000 warga negara Indonesia di Malaysia pada waktu tertentu, yang disebabkan oleh adanya migrasi yang konstan sejak zaman kuno dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi serta pengiriman tenaga kerja. Jumlah warga negara Malaysia yang berdarah Indonesia mungkin bisa sampai jutaan lebih.
Qatar
Terdapat sekitar 36.000 warga negara Indonesia di Qatar.
Arab Saudi
Sebagian besar orang Indonesia di Arab Saudi adalah tenaga kerja wanita, dan selebihnya adalah tenaga kerja migran lainnya dan mahasiswa.
Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, sebagian besar orang Indonesia adalah mahasiswa dan profesional. Universitas Boston dan Universitas Harvard adalah dua perguruan tinggi yang menjadi tujuan utama pelajar Indonesia. Di Silicon Valley, California, terdapat banyak orang Indonesia yang bekerja di perusahaan-perusahaan teknologi seperti Cisco Systems, KLA Tencor, Google, Yahoo, Sun Microsystems, dan IBM. Sehat Sutardja, CEO Marvell Technology Group, adalah salah satu orang Indonesia yang sukses di Amerika Serikat.[8] Pada bulan April 2011, Voice of America melaporkan bahwa semakin banyak pelajar Indonesia yang belajar di Amerika Serikat.[9]
Singapura
Menurut Kedutaan Besar Indonesia di Singapura, pada 2010 terdapat 180.000 warga negara Indonesia di Singapura. Sebanyak 80.000 orang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, 10.000 sebagai pelaut, dan sisanya adalah mahasiswa atau kalangan profesional.
Belanda
Indonesia adalah bekas koloni Belanda. Pada awal abad ke-20, banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda. Sebagian besar dari mereka tinggal di Leiden dan aktif dalam Perhimpunan Indonesia. Selama Revolusi Nasional Indonesia, banyak penduduk Maluku yang bermigrasi ke Belanda. Kebanyakan dari mereka adalah mantan tentara KNIL. Akibatnya, sekitar 12.500 orang Indonesia menetap di Belanda. Giovanni Van Bronckhorst, Denny Landzaat, Roy Makaay, Mia Audina, dan Daniel Sahuleka adalah orang-orang terkenal keturunan Indonesia di Belanda.
Australia
Sebelum pelaut Belanda dan Inggris tiba di Australia, orang Indonesia dari Sulawesi Selatan telah menjelajahi pantai utara Australia. Setiap tahun, para pelaut Bugis berlayar ke Australia dengan menggunakan perahu pinisi. Mereka menetap di Australia selama beberapa bulan untuk berdagang sebelum kembali ke Makassar pada musim kemarau. Aktifitas ini terus berlangsung sampai tahun 1907.[butuh rujukan]
Suriname
Orang Indonesia, terutama orang Jawa, berjumlah sekitar 15% dari populasi Suriname. Pada abad ke-19, Belanda mengirimkan orang Jawa ke Suriname sebagai pekerja kontrak di perkebunan. Orang keturunan Indonesia yang paling terkenal di Suriname salah satunya adalah Paul Somohardjo, juru bicara Majelis Nasional Suriname.[10]
Jepang
Pada tahun 2013, sekitar 20.000 orang Indonesia menetap di Jepang, termasuk sekitar 3.000 pendatang ilegal. Angka ini turun dari tahun-tahun sebelumnya karena berbagai alasan. Dua alasan utama adalah biaya hidup yang tinggi dan kesulitan untuk menemukan pekerjaan di Jepang.[butuh rujukan]
Lihat juga
Referensi
- ^ http://www.thejakartapost.com/news/2011/04/30/indonesia-taiwan-sign-agreement-migrant-protections.html
- ^ Media Indonesia Online 2006-11-30
- ^ http://www.joshuaproject.net/peopctry.php
- ^ http://www.abs.gov.au/AUSSTATS/abs@.nsf/webpages/statistics?opendocument
- ^ Expatriates celebrate 64th Indonesian Independence Day in Abu Dhabi - Gulf News
- ^ Sakurai 2003: 33
- ^ Sakurai 2003: 41
- ^ Meet Marvell Forbes Article
- ^ http://www.voanews.com/learningenglish/home/education/Push-to-Get-More-Indonesians-to-Study-in-US-119812454.html
- ^ English Not On Menu For Wednesday's Press Briefing