Komuni Spiritual, atau Komuni Batin, secara umum merupakan keinginan mendalam untuk bersatu dengan Yesus Kristus dalam Ekaristi Kudus sebagai tanggapan akan keinginan Tuhan sendiri atas persatuan tersebut. Praktek ini biasa dilakukan di kalangan umat Katolik yang belum dapat menyambut komuni secara nyata (sakramental) dalam Misa Kudus. Santo Thomas Aquinas, dalam Summa Theologia, menjelaskan bahwa seseorang yang menerima komuni sakramental secara layak (tidak dalam halangan untuk menerimanya), juga menerimanya secara spiritual; pembedaan makna komuni spiritual sebenarnya terjadi dimana seseorang tidak dapat memperoleh manfaat dari penerimaan secara sakramental. St Thomas juga menegaskan bahwa manfaat dari Sakramen Ekaristi (maksudnya: Komuni Kudus) dapat dirasakan oleh setiap orang walau ia hanya merindukan atau menginginkannya, tidak menerimanya secara nyata, serupa dengan Baptisan Kerinduan (1 Korintus 10:1-4). Namun, bagaimanapun juga seseorang perlu menerima komuni secara sakramental agar memperoleh manfaat sepenuhnya dari sakramen tersebut, dibandingkan dengan hanya keinginan itu saja.[1]

Dengan kata lain, Komuni Spiritual merupakan praktek menerima komuni dalam batin atau secara rohani jika penerimaan Hosti Kudus secara jasmani tidak memungkinkan (misalnya karena dosa berat, lihat: Bobot dosa). Penerimaan komuni secara spiritual tetap mensyaratkan umat yang hendak melakukannya untuk mempersiapkan dirinya layaknya seorang yang mengikuti perayaan Ekaristi.[2]

Menurut Buku Panduan Indulgensi (Enchiridion Indulgentiarum) Conc. 8 § 2, 1° seseorang yang mempraktekkan komuni spiritual dengan kesalehan sesuai rumusan resmi apapun yang telah ditetapkan, dan memenuhi persyaratan yang ditentukan, memperoleh "indulgensi sebagian" (Lihat: Indulgensi).[3]

Doa Komuni Batin

Rumusan Doa Komuni Batin dari Santo Alfonsus Liguori sesuai terjemahan dari Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang:[4]

Yesusku,
aku percaya bahwa Engkau hadir dalam Sakramen Mahakudus.
Aku mengasihi-Mu melebihi segala sesuatu, dan aku merindukan Engkau dalam seluruh jiwaku.
Karena aku tidak dapat menerima-Mu secara sakramental saat ini,
maka datanglah ya Tuhan sekurang-kurangnya secara rohani dalam hatiku,
meskipun Engkau selalu telah datang.
Aku memeluk-Mu dan ingin mempersatukan seluruh diriku seutuhnya dengan-Mu,
dan jangan ijinkan aku terpisah dari-Mu.
Amin.

Referensi

  1. ^ (Inggris) Thomas Aquinas. "The Summa Theologica III-Q80.A1 (The use or receiving of this sacrament in general)" (edisi ke-1920, Second and Revised Edition). New Advent. 
  2. ^ Gerald O'Collins, SJ & Edward G. Farrugia, SJ (1996). Kamus Teologi (edisi ke-2006, Cetakan ke-9). Kanisius. hlm. 149. ISBN 979-497-524-9. 
  3. ^ (Latin) "Enchiridion Indulgentiarum" (edisi ke-16 iulii 1999 - Quarta editio). Libreria Editrice Vaticana. 1999. 
  4. ^ Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang (2009). Beradorasi Ekaristi (edisi ke-2013, Cetakan ke-5). Kanisius. hlm. 192. ISBN 9792123601.