Agustinus Adisoetjipto

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan
Revisi sejak 28 Juli 2015 14.15 oleh Ardfeb (bicara | kontrib) (penambahan daftar penumpang pesawat)

Marsekal Muda (Anumerta) Agustinus Adisoetjipto,[1] (3 Juli 1916 – 29 Juli 1947) adalah seorang pahlawan nasional dan seorang komodor udara Indonesia. Ia adalah seorang penganut agama Katolik.

Berkas:Adisutjipto.jpg
Marsekal Muda Udara Agustinus Adisoetjipto.
Berkas:Adisucipto+soedjono.jpg
Adisutjipto bersama HM Soedjono.

Adisoetjipto mengenyam pendidikan GHS (Geneeskundige Hoge School) (Sekolah Tinggi Kedokteran) dan lulusan Sekolah Penerbang Militaire Luchtvaart di Kalijati, Subang.

Pada tanggal 15 November 1945, Adisoetjipto mendirikan Sekolah Penerbang di Yogyakarta, tepatnya di Lapangan Udara Maguwo, yang kemudian diganti namanya menjadi Bandara Adisutjipto, untuk mengenang jasanya sebagai pahlawan nasional.

Pada saat Agresi Militer Belanda I, Adisujipto dan Abdulrahman Saleh diperintahkan terbang ke India menggunakan pesawat Dakota VT-CLA. Penerobosan blokade udara Belanda menuju India dan Pakistan berhasil dilakukan. Sebelum pulang ke Indonesia, mereka singgah di Singapura untuk mengangkut bantuan obat-obatan Palang Merah Malaya. Sehingga pesawat baru berangkat kembali pada sore hari, pesawat ini mengangkut total 9 orang, yakni :

  1. Komodor Muda Udara Agustinus Adisutjipto
  2. Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdul Rachman Saleh
  3. Penerbang, A.N Constantine, berkebangsaan Australia
  4. Co-pilot, R. Hazelhurst, berkebangsaan Inggris
  5. Juru Radio, Opsir Udara Adisumarmo Wiryokusumo
  6. Juru Teknik, Bhida Ram, berkebangsaan India
  7. Nyonya Constantine
  8. Zainal Arifin, Atase Perdagangan RI di Singapura
  9. A. Gani Handonocokro

Sementara itu, di Lanud Maguwo, Kepala Staf S. Suryadarma telah menunggu kedatangan pesawat ini.

Saat telah mendekati Lanud Maguwo, pesawat ini pun berputar-putar untuk bersiap mendarat. Tiba-tiba dari arah utara, muncul pesawat Kittyhawk milik Belanda, yang langsung menembaki pesawat tersebut. Akibatnya pesawat hilang kendali dan akhirnya pesawat jatuh di daerah Jatingarang, sebelah utara Ngoto, dekat Kali Code dan langsung terbakar. Semua orang di pesawat meninggal dunia, hanya A. Gani Handonocokro yang berhasil selamat.

Kittyhawk[2] Belanda di Dusun Ngoto pada tanggal 29 Juli 1947.

Ia dimakamkan di pemakaman umum Pakuncen I dan II, dan kemudian pada tanggal 14 Juli 2000[1] dipindahkan ke Monumen Perjuangan di Ngoto, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

Referensi

  1. ^ a b Koran Kompas Cyber Media, Sabtu 15 Juli 2000, Dipindah, Kerangka Jenazah Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh
  2. ^ Angkasa Online No 1 Oktober 2006 Tahun XVIIPara Sahabat AURI yang Terlupakan