Seni bela diri bertongkat

Revisi sejak 13 Oktober 2007 03.47 oleh Hartcone (bicara | kontrib)


Seni bela diri bertongkat adalah sebutan secara umum untuk Seni bela diri yang mengunakan bentuk tongkat atau stick, tumpul, senjata genggam, secara keseluruhan terbuat dari bahan kayu atau sejenis untuk keperluan pertarungan seperti toya (tongkat panjang), tongkat sebagai alat bantu para manula, stick sepanjang 40-70 cm atau yang serupa.

Beberapa teknik bisa dilakukan dengan menggunakan payung atau mungkin sebuah pedang yang masih dalam sarung, tetapi bentukan-bentukan senjata sejenis yang lebih berat dan lebih besar diameternyah seperti gada atau gada perang [[besi] diluar materi 'stick fighting' (selama tidak bisa digunakan dengan lebih lincah, karena bentukan yang lebih besar tersebut lebih ke arah impact) Meskipun berbahaya tapi ‘seni beladiri bertongkat’ bisa dimasukkan dalam olahraga yang dipertandingkan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah adanyah pemakaian pelindung badan dan kepala dalam penerapannya, seperti kendo (Seni bela diri pedang Jepang yang menggunakan pedang bambu yaitu shinai sebagai pengganti pedang tajam)


Bentukan seni beladiri bertongkat

Beberapa seni bela diri yang umum, spt Kung fu (Wushu), Pencak Silat, Aikido dll, juga memasukkan stick fighting dalam kurikulumnya, dalam tradisi Kerala's Kalarippayattu materi stick/senjata dari sejenis kayu adalah senagai dasar pelatihan sebelum meninjak kepada senjata yang lebih berbahaya yaitu senjata tajam.

Seni beladiri bertongkat merupakan satu sejarah panjang sebagai bagaian dari pertarungan perorangan atau sebagai pertarungan masal(perang dalam berbagai budaya masyarakat di belahan dunia, salah satu contohnyah adalah suku di daerah Ethiopia, suku Surma, suku Nyangotam dimana mereka berperang dengan telanjang dada, bahkan memakai tongkat yang diberi tali pada ujungnya.

Di Indonesia (Lombok dan Bali) ada satu bentukan seni beladiri bertongkat yang disebut ujungan/peisian dimana merupakan seni permainan ketangkasan yang dilakukan oleh dua orang jawara. Mereka saling memukulkan (menyabetkan) tongkat rotan ke arah kaki, sambil diiringi oleh tabuhan sampyong yang terdiri dari gambang dan totok (kentongan bambu). Disamping itu terdapat dua orang beboto (pemisah) yang bertugas melerai jika kedua jawara saling bergumul. Sementara penonton disekeliling membentuk kalangan (arena) dan sesekali bersorak riuh, bila ujung rotan mengena dan berhasil menjatuhkan lawan.

Dalam tradisi Eropa ada banyak variasi bentuk metode dalam stick fighting sebagai pertarungan tongkat pendek, dimana tertulis dalam manuscripts oleh para master, beberapa dari sistem stick fighting di eropa sudah tidak dipelajari lagi, tapi ada beberapa yang masih bertahan sampai saat ini, contohnya adalah Jogo do pau dari Portugal, Bâton Français dari Perancis. Sherma di Bastone dari Italia. Trattato teorico e pratico della scherma di bastone yang merupakan buku panduan seni beladiri bertongkat dari Giuseppe Cerri's (1854) adalah satu bentukan stick fighting yang banyak dipengaruhi oleh para master pedang Italia, Achille Marozzo dan juga Francesco Alfieri.

La Canne, adalah satu sistem seni bela diri bertongkat yang dipakai saat ini sebagai sistem pertandingan, bentuk ini diadaptasi dari master Pierre Vigny pada awal th 1900-an yang merupakan bagian dari kurikulum Bartitsu.

Di Amerika selama awal tahun 1900-an, praktisi anggar dan ahli seni bela diri A.C. Cunningham menciptakan satu sistem seni beladiri bertongkat yang unik, dengan media walking cane (tongkat bantu untuk orang tua) dan payung, yang ditulis dalam buku The Cane as a Weapon

Di Inggris, yang diketahui sebagai single stick(tongkay tunggal) atau cudgels, adalah salah satu yang populer pada jamannya, yaitu pada abad 18 sampai awal abad 20, dimana bentukan stick fighting tersebut dipertandingkan juga dalam Olimpiade, meskipun tertarik pada anggar, beberapa pelatih anggar tetap melakukan pelatihan dan mempertandingkan seni bela diri bertongkat, dan pada tahun 1980 stick fighting dikenalkan pada Angkatan Laut Inggris oleh Comander Locker Madden, dan seni bela diri ini pada akhirnyah banyak mempengaruhi stick fighting di Jajahan Inggris pada saat itu.

Amerika Latin juga mengenalkan [[seni bela diri] bertongkat, seperti Juego del Garrote di Venezuela atau Palo do Brazil di Brazil.

Dan tentunya salah satu yang tidak bisa dilupakan dalam kontribusinya pada stick fighting adalah Filipino Martial Arts (FMA): Kali-Eskrima-Arnis, dimana sistem dan metodanya banyak dikenal di dunia, sistem seni beladiri bertongkat dalam FMA adalah satu bentukan yang selaras dengan seni bela diritangan kosong, atau bahkan bentukan senjata tajam dengan berbagai macam bentuk dan ukuran.

Selama ini banyak terjadi salah pengertian, ketika mendengar kata : Kali-Eskrima-Arnis, bayangan sebagian orang adalah hanya pelatihan stick fighting... Kali-Eskrima-Arnis adalah satu seni bela diri yang lengkap, stick bisa digunakan sendiri sebagai senjata tumpul, tetapi seseorang butuh keahlian dari seni bela diri bersenjata tumpul maupun tajam, dan seni bela diri tangan kosong (tendangan, tinju, kuncian, and gulat) dalam semua jarak, dg keadaan apapun (tangan kosong v senjata, senjata v senjata dll)

Panatukan/Pangamot merujuk kepada keahlian tangan Sikaran/Pananjakman memerujuk kepada keahlian tendangan Dumog merujuk kepada keahlian bergulat dan membanting lawan

bentukan tongkat yang digunakan dalam FMA disebut sebagai olisi atau baston, yang terbuat dari rotan, berdiameter 1.5 - 2.5 cm, sepanjang lengan dari bahu sampai ujung telapak tangan (70 cm)

Secara garis besar disini dapat disimpulkan, seni bela diri bertongkat bisa merupakan system yang berdiri sendiri, disisi lain stick fighting merupakan satu system pelatihan kepada suatu bentukan yang lebih tinggi, seperti pelatihan senjata tajam atau bahkan beladiri tangan kosong...

Seni beladiri bertongkat di berbagai negara

Secara berurutan sesuai abjad:

Pranala Luar