Penitensi
Penitensi (bahasa Inggris: penance) adalah penyilihan atau pertobatan atas dosa-dosa yang telah diperbuat seseorang sesuai dengan istilah yang digunakan dalam Sakramen Tobat / Rekonsiliasi dan Pengakuan Dosa dalam Gereja Katolik, Ortodoks, dan Anglikan. Penitensi juga memiliki peran dalam pengakuan dosa non-sakramental di kalangan Lutheran dan Protestan lainnya. Kata penance berasal dari bahasa Perancis Kuno dan Latin paenitentia, yang mana keduanya berasal dari akar yang sama yang berarti pertobatan, suatu hasrat untuk memperoleh pengampunan karena rasa sesal. Penitensi dan pertobatan, serupa dalam makna asli dan asal mula kedua kata tersebut, telah menjadi simbol pandangan yang bertentangan atas hakikat pertobatan, yang timbul dari kontroversi mengenai masing-masing manfaat dari "iman" dan "perbuatan baik".
Terdapat beragam turunan kata dalam banyak bahasa. Dalam Kompendium Katekismus Gereja Katolik (KGK) terjemahan Indonesia, penance diterjemahkan sebagai "silih"; sementara KGK terjemahan Indonesia saling mempertukarkan kata "silih" dan "penitensi" sebagai terjemahan dari penance.
Kekristenan
Kebiasaan religius
Kebiasaan melakukan silih atau bertobat dapat diwujudkan dalam tindakan-tindakan yang diperbuat umat itu sendiri, yakni tindakan-tindakan yang dengan sendirinya disebut silih atau penitensi. Aktivitas pertobatan atau penitensial sangat umum selama masa Prapaskah dan Pekan Suci. Dalam beberapa tradisi budaya, minggu tersebut, yang mana memperingati Sengsara Kristus, dapat berupa silih seperti flagelanisme atau bahkan penyaliban-semu secara sukarela. Adven juga merupakan suatu masa di mana, dalam batas tertentu, penitensi umum dilakukan. Tindakan disiplin diri digunakan sebagai tanda pertobatan. Tindakan disiplin diri yang lebih ringan misalnya menyediakan waktu khusus untuk berdoa, membaca Alkitab, atau buku-buku rohani lainnya. Contoh tindakan disiplin diri yang lebih berat yaitu berpuasa, abstinensi, berpantang minuman beralkohol atau rokok, atau penyangkalan diri yang lain. Flagelasi diri dan mengenakan cilice lebih jarang dilakukan. Tindakan-tindakan semacam itu terkadang disebut mortifikasi atau mematikan keinginan daging, suatu frasa yang berasal dari Roma 8:13 : "Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup."
Tindakan-tindakan tersebut juga dikaitkan dengan sakramen. Dalam Kekristenan awal, penitensi publik dikenakan pada peniten (orang yang melakukan penitensi), yang mana berat atau ringannya bervariasi menurut tingkat keseriusan dari pelanggaran yang beroleh pengampunan. Pada masa kini tindakan penitensi atau silih yang dikenakan dalam kaitannya dengan sakramen untuk tujuan penyembuhan dapat berupa suatu rangkaian doa, sujud, atau perbuatan yang dimaksudkan untuk memperkuat perilaku positif peniten atau untuk menghambat apa yang negatif. Tindakan yang dikenakan itu disebut penitensi atau epitemia.
Dalam sakramen
Katolik Roma
Lutheran
Pengakuan Iman Augsburg membagi pertobatan menjadi dua bagian: "Pertama adalah penyesalan, yaitu kengerian yang menyerang hati nurani melalui pengetahuan tentang dosa; yang lainnya adalah iman, yang mana terlahir dari Injil, atau dari absolusi, dan percaya bahwa di dalam Kristus, dosa-dosa diampuni, menghibur hati nurani, dan membebaskannya dari rasa ngeri."[1]
Referensi
Catatan
Kutipan
- ^ (Inggris) Augsburg Confession, Article XII: Of Repentance, Bookofconcord.org, diakses tanggal 2012-09-20
Bibliografi
- Artikel ini menyertakan teks dari suatu terbitan yang sekarang berada pada ranah publik: Chisholm, Hugh, ed. (1911). "perlu nama artikel ". Encyclopædia Britannica (edisi ke-11). Cambridge University Press.
- (Inggris) The Sacrament of Penance and Reconciliation—From the Catechism of the Catholic Church
- (Inggris) IMDB