Sungai Efrat
Sungai Efrat (bahasa Sumeria: 𒌓𒄒𒉣, Buranuna; bahasa Akkadia: 𒌓𒄒𒉣, Purattu; bahasa Suryani: ̇ܦܪܬ, Pǝrāt; bahasa Ibrani: פרת, Perat; bahasa Arab: الفرات, Al Furat; bahasa Turki: Fırat; bahasa Kurdi: Firat; bahasa Armenia: Եփրատ, Yeprat) adalah sungai terpanjang di Asia Barat, dan merupakan salah satu sungai terpenting dalam sejarah. Sungai Efrat dan Sungai Tigris adalah dua bengawan yang menjadi sebab daerah di sepanjang tepiannya disebut Mesopotamia, negeri di antara dua sungai. Dari sumbernya di kawasan timur Turki, Sungai Efrat mengalir melintasi Suriah dan Irak, sampai akhirnya bersatu dengan Sungai Tigris menjadi Sungai Syattul Arab yang bermuara di Teluk Persia.
Sungai Efrat | |
---|---|
Etimologi | Dari bahasa Yunani Eufrates, dari bahasa Persia Lama Ufrātu, dari bahasa Elam ú-ip-ra-tu-iš |
Lokasi | |
Negara | Irak, Suriah, Turki |
DAS | Turki, Suriah, Irak, Arab Saudi, Kuwait, Iran |
Kota | Birecik, Raqqah, Dairuz Zur, Mayadin, Haditsah, Ramadi, Habbaniyah, Fallujah, Kufah, Samawah, Nasyiriyah |
Ciri-ciri fisik | |
Hulu sungai | |
- lokasi | Murat Su, Turki |
- elevasi | 3520 m (11550 kaki) |
Hulu ke-2 | |
- lokasi | Kara Su, Turki |
- elevasi | 3290 m (10790 kaki) |
Gabungan hulu | |
- lokasi | Keban, Turki |
- elevasi | 610 m (2000 kaki) |
Muara sungai | Syattul Arab |
- lokasi | Al Qurnah, Gubernemen Basra, Irak |
- koordinat | 31°0′18″N 47°26′31″E / 31.00500°N 47.44194°E |
Panjang | Kira-kira 2800 km (1700 mil) |
Debit air | |
- lokasi | Hīt |
- minimum | 58 m3/detik (2000 kaki3/detik) |
- rata-rata | 356 m3/detik (12600 kaki3/detik) |
- maksimum | 2514 m3/detik (88800 kaki3/detik) |
Daerah Aliran Sungai | |
Luas DAS | Kira-kira 500000 km2 (190000 mil2) |
Anak sungai | |
- kiri | Balikh, Khabur |
- kanan | Sajur |
Etimologi
Efrátis (Εὐφράτης), nama Sungai Efrat dalam bahasa Yunani Kuno, seakan-akan terbentuk dari penggabungan kata eu (εὖ) yang berarti "baik" dan frato (ϕράζω) yang berarti "aku nyatakan", tetapi sesungguhnya diserap dari bahasa Persia Lama, Ufrātu (𐎢𐎳𐎼𐎠𐎬𐎢),[1] yang juga diserap dari bahasa Elam ú-ip-ra-tu-iš (𒌑𒅁𒊏𒌅𒅖). Nama dalam bahasa Elam ini pun berasal dari sebuah nama yang dalam aksara paku tertulis 𒌓𒄒𒉣. Dalam bahasa Sumer, huruf-huruf ini dilafalkan "buranuna", tetapi dalam bahasa Akad dilafalkan "purattu". Ada banyak kata beraksara paku yang sama persis bentuknya, tetapi dilafalkan berlainan dalam bahasa Sumeria dan bahasa Akadia, kendati sama saja artinya. Purattu, nama sungai Efrat dalam bahasa Akad,[2] terlestarikan dalam bahasa-bahasa Semit (bdk. Pərāṯ dalam bahasa Suryani, dan Al Furāt dalam bahasa Arab) dan bahasa bangsa-bangsa lain di sekitarnya (bdk. Puranti dalam bahasa Huri , dan Uruttu dalam bahasa Subartu). Bentuk Elam, Akad, dan mungkin pula bentuk Sumer diduga berasal dari bahasa substratum yang tak tercatat.[3] Tamaz V. Gamkrelidze dan Vyacheslav Ivanov menduga bahwa kata *burudu dalam bahasa Proto-Sumer (urudu dalam bahasa Sumer), yang berarti "tembaga", adalah cikal bakal dari nama Sungai Efrat, dengan alasan bahwa Sungai Efrat adalah jalur pengangkutan bijih tembaga dengan menggunakan rakit, karena Mesopotamia adalah pusat kepandaian mengolah tembaga pada zaman Sumer.[4]
Rujukan tertua bagi Sungai Efrat tercantum dalam naskah-naskah beraksara paku yang ditemukan di kota Syurupak dan di kota Nipur pra-Sargon yang berada di kawasan selatan Irak. Naskah-naskah ini diperkirakan berasal dari pertengahan milenium ke-3 pra-Masehi. Di dalam naskah-naskah berbahasa Sumer ini, Sungai Efrat dinamakan Buranuna (logograf: UD.KIB.NUN). Nama ini dapat pula ditulis KIB.NUN.(NA) maupun dKIB.NUN, diawali dengan imbuhan "d", yang menunjukkan bahwa sungai ini didewakan. Nama kota Sipar di Irak dalam bahasa Sumeria juga ditulis UD.KIB.NUN, sehingga menyiratkan adanya hubungan kesejarahan yang erat antara kota ini dan Sungai Efrat.
Sejarah alam
Aliran Sungai Efrat melewati sejumlah mintakat vegetasi yang berbeda-beda. Meskipun keberadaan manusia selama ribuan tahun di sebagian besar daerah lembah Sungai Efrat telah merusak bentang alamnya, masih ada lingkungan-lingkungan vegetasi asli. Curah hujan tahunan yang tetap dari daerah hulu Sungai Efrat sampai ke Teluk Persia sangat menentukan jenis-jenis vegetasi yang dapat ditunjang alam. Aliran udik Sungai Efrat, yang melewati daerah pegunungan di kawasan tenggara dan lereng-lereng perbukitan di kawasan selatan wilayah negara Turki, menunjang keberadaan mintakat hutan belukar gersang. Spesies tumbuh-tumbuhan di daerah-daerah yang lebih lembap pada mintakat ini adalah berbagai jenis pohon ek, pistacio, dan rosaceae (mawar-mawaran). Daerah-daerah yang lebih kering pada mintakat ini hanya ditumbuhi hutan ek yang lebih renggang dan rosaceae. Di mintakat ini terdapat pula berbagai jenis serealia, antara lain gandum biji tunggal, gandum biji ganda, gandum hitam, dan haver.[5] Di selatan mintakat ini, terbentang mintakat campuran antara hutan belukar dan stepa. Di antara kota Raqqah dan perbatasan Suriah-Irak, Sungai Efrat mengalir melewati bentangan stepa yang luas. Tumbuhan khas stepa ini adalah artemisia herba-alba (sudamala putih) dan chenopodiaceae (bayam-bayaman). Sepanjang sejarah, mintakat ini digunduli oleh penduduknya yang mencari penghidupan dengan cara membiakkan serta menggembalakan kambing dan biri-biri.[6] Di sebelah tenggara perbatasan Suriah-Irak, terbentang padang gurun yang sesungguhnya. Mintakat ini sama sekali tidak menunjang keberadaan vegetasi atau hanya bidang-bidang kecil yang ditumbuhi chenopodiaceae dan poa sinaica (rumput biru semusim). Kendati kini sudah musnah lantaran ulah manusia, penelitian menunjukkan bahwa daerah lembah Sungai Efrat pernah memiliki hutan tepian sungai. Spesies tumbuh-tumbuhan yang menjadi ciri khas hutan tepian sungai ini adalah platanus orientalis (pohon berangan), populus euphratica (pohon hawar efrat), tamarix (pohon tamariska), fraxinus (sejenis pohon salam), dan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lahan basah.[7]
Di antara berbagai spesies ikan yang hidup di perairan Sungai Efrat dan Sungai Tigris, yang paling umum dijumpai orang adalah spesies-spesies cyprinidae (ikan mas), yakni 34 spesies dari keseluruhan 52 spesies ikan yang ada.[8] Di antara berbagai spesies cyprinidae, luciobarbus esocinus memiliki sifat-sifat yang disukai para penggemar kegiatan memancing, sampai-sampai dijuluki "ikan salem tigris" oleh orang-orang Inggris. Rafetus euphraticus adalah sejenis trionychidae (kura-kura cangkang lunak) yang hanya hidup di perairan Sungai Efrat dan Sungai Tigris.[9][10]
Relief-relief istana Kekaisaran Asyur Baru, yang dibangun pada milenium pertama pra-Masehi, menggambarkan adegan perburuan singa dan banteng di bentang alam yang subur.[11] Orang-orang Eropa, yang pernah berkelana sampai ke daerah lembah Sungai Efrat di Suriah pada kurun waktu abad ke-16 sampai abad ke-19, melaporkan tentang keberagaman margasatwa di daerah tersebut. Kini banyak yang sudah langka bahkan punah. Spesies-spesies satwa seperti kijang, equus hemionus (keledai liar), dan burung unta arab (sudah punah), hidup bebas di kawasan stepa yang memagari daerah lembah Sungai Efrat, sementara daerah lembah Sungai Efrat itu sendiri merupakan daerah yang dihuni satwa celeng. Spesies-spesies satwa pemakan daging yang hidup di daerah ini adalah serigala kelabu, canis aureus (jakal), rubah merah, macan tutul, dan singa. Beruang cokelat syam mendiami daerah pegunungan di kawasan tenggara Turki. Keberadaan castor fiber (berang-berang pengerat erasia) dibuktikan oleh sekumpulan tulang temuan dari situs prasejarah Abu Hurairah di Suriah, tetapi berang-berang pengerat ini tidak pernah dilihat orang sepanjang zaman sejarah.[12]
Sejarah
Sejarah Abad Kuno
Pada Zaman Jemdet Nasr (3600–3100 SM) dan Zaman Wangsa Perdana (3100–2350 SM), terjadi pertambahan jumlah maupun ukuran permukiman manusia di kawasan selatan Mesopotamia, yang menyiratkan adanya lonjakan populasi. Permukiman-permukiman ini, yang mencakup situs-situs bangsa Sumer-Akad seperti Sipar, Uruk, Adab, dan Kiš, adalah negara-negara kota yang saling bersaing.[13] Banyak dari kota-kota ini dibangun di tepi aliran Sungai Efrat dan Sungai Tigris, yang kini sudah mengering, tetapi masih dapat dilihat bekas-bekasnya dalam citra-citra pengindraan jarak jauh.[14] Perkembangan serupa juga berlangsung di kawasan udik Mesopotamia, Subartu, dan Asyur, kendati baru bermula pada pertengahan milenium ke-3 dan dalam skala yang lebih kecil dibandingkan dengan kawasan hilir Mesopotamia. Pada kurun waktu inilah situs-situs seperti Ebla, Mari, dan Tel Leilan tumbuh menjadi kota-kota terkemuka untuk pertama kalinya.[15]
Sebagian besar daerah Lembah Sungai Efrat untuk pertama kalinya dipersatukan di bawah kepemimpinan satu orang penguasa pada zaman Kekaisaran Akad (2335–2154 SM) dan Kekaisaran Ur III, yang menguasai – baik secara langsung maupun melalui negara-negara jajahan – sebagian besar dari wilayah negara Irak dan kawasan timur laut wilayah negara Suriah sekarang ini.[16] Sesudah dua kekaisaran ini runtuh, Kekaisaran Asyur Lama (1975–1750 SM) dan Kerajaan Mari mendaulat kawasan timur laut Syam dan kawasan utara Mesopotamia, sementara kawasan selatan Mesopotamia dikuasai oleh negara-negara kota seperti Isin, Kiš, dan Larsa, sebelum dijadikan bagian dari wilayah negara Babel oleh Hamurabi mulai dari permulaan sampai dengan pertengahan abad ke-18 SM.[17]
Sejarah Islam
Daripada Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw bersabda: "Hari kiamat tidak akan terjadi sampai (apabila) Sungai Efrat menjadi surut airnya sehingga nampaklah sebuah gunung dari emas. Banyak orang-orang (yang berada disitu) berperang untuk merebutkannya. Maka terbunuhlah sembilan puluh sembilan dari seratus orang yang berperang. Dan masing-masing yang terlibat (dalam peperangan itu) berkata, "Mudah-mudahan akulah orang yang selamat itu"."
Di dalam riwayat Bukhari Muslim, Rasulullah bersabda: "Sudah dekat suatu masa di mana sungai Efrat akan surut airnya lalu tampak perbendaharaan emas darinya, maka barangsiapa yang hadir di situ janganlah ia mengambil apapun dari harta itu."
Referensi
- ^ Negev & Gibson 2001, hlm. 169
- ^ Woods 2005
- ^ Witzel, Michael (2006). "Early Loan Words in Western Central Asia: Substrates, Migrations and Trade" (PDF). Dalam Mair, Victor H. Contact and Exchange in the Ancient World. University of Hawai'i Press.
- ^ Gamkrelidze, Thomas; V. Ivanov, Vjaceslav (1995), Indo-European and the Indo-Europeans: A Reconstruction and Historical Analysis of a Proto-Language and Proto-Culture, Walter de Gruyter, hlm. 616
- ^ Moore, Hillman & Legge 2000, hlm. 52–58
- ^ Moore, Hillman & Legge 2000, hlm. 63–65
- ^ Moore, Hillman & Legge 2000, hlm. 69–71
- ^ Coad 1996
- ^ Gray 1864, hlm. 81–82
- ^ Thomason 2001
- ^ Moore, Hillman & Legge 2000, hlm. 85–91
- ^ Adams 1981
- ^ Hritz & Wilkinson 2006
- ^ Akkermans & Schwartz 2003, hlm. 233
- ^ van de Mieroop 2007, hlm. 63
- ^ van de Mieroop 2007, hlm. 111