Aurangzeb

Revisi sejak 21 Juli 2021 13.04 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: tetapi (di awal kalimat) → namun)

Aurangzeb atau Abul Muzaffar Muhiu 'd-Din Muhammad Aurangzeb Alamgir (ابلمظفر محىالدين محمداورنگزيب) adalah nama seorang Raja besar Islam di daratan India pada abad ke-17. Aurangzeb yang terkenal dengan sebutan Alamgir itu lahir pada 4 November 1618 saat Kekaisaran Mughal. Lalu, wafat pada 3 Maret 1707 pada saat kerajaan Ahmednagar berusia 88 tahun. Aurangzeb memerintah India selama 47 tahun yaitu dari tahun 1659 hingga 1707[1][2]

Aurangzeb
Badhishah-i-Hindustan
Alamgir
Kaisar Mughal ke-6 dari India
Berkuasa31 Juli 1658 – 3 Maret 1707
PendahuluShah Jahan
PenerusBahadur Shah I
Kelahiran(1618-11-04)4 November 1618
Dahood, Mughal
Kematian3 Maret 1707(1707-03-03) (umur 88)
Ahmadnagar, Mughal
KeturunanZeb-un-Nissa, Zinat-un-Nissa, Muhammad Azam Shah, Mehr-un-Nissa, Muhammad Akbar, Bahadur Shah I, Badr-un-Nissa, Zabdat-un-Nissa, Muhammad Kam Baksh
Nama lengkap
Abul Muzaffar Muhiu 'd-Din Muhammad Aurangzeb Alamgir
WangsaTimurid
DinastiKesultanan Mughal
AyahShah Jahan
IbuMumtaz Mahal
AgamaIslam

Awal Mula Pemerintahan

Ia merupakan salah seorang putra dari pasangan Shah Jahan dan Mumtaz Mahal yang terkenal pada masa raja Shah Jahan dibangun mausoleum Taj Mahal. Saudara kandungnya yang lain adalah Murad, Shuja dan Dara Syikoh. Setelah wafatnya Shah Jahan akibat sakit dan penderitaan, Aurangzeb yang memiliki nama lengkap Abul Muzaffar Muhiuddin Muhammad Aurangzeb Bahadur Alamgir akhirnya menggantikan posisi ayahnya itu pada tahun 1653. Karena berbagai kebijakan baru pada masa pemerintahan tegasnya yang memang dipenuhi berbagai tanggapan pro serta kontra, akhirnya Aurangzeb dikenal dunia sebagai raja Mughal terbesar yang bahkan malebihi kekuasaan raja Akbar Khan.[3]

Banyak yang mengenal Aurangzeb kerena kesederhanaanya. Dari berbagai literatur, diceritakan bahwa raja ke-6 Mughal ini taat beragama dan kerap menolak menggunakan uang negara dalam kehidupan pribadi serta bekerja sebagai penganyam topi untuk memenuhi kebutuhan sehari – harinya. Bahkan, ia pun membeli kain kafan untuk pemakamanya sendiri. Namun, dibalik sisi kesederhanaannya, Aurangzeb dikenal pula sebagai sosok yang jahat, licik dan haus akan kekuasaan. Semua sikap itu banyak pula dibahas dalam berbagai buku hingga melahirkan banyak argumen dari para peneliti dan pemikir Islam pada abad modern. Sebelum Aurangzeb menduduki tahta kerajaan, ia terlibat persekongkolan dengan saudara kandungnya, Murad. Ia melancarkan aksi itu untuk merebut tahta kerajaan dari ayahnya sendiri, Shah Jahan. Aurangzeb dan Murad berusaha untuk mengalahkan saudara-saudara kandungnya yang lain. Ia khawatir jika tidak disingkirkan, saudara-saudaranya itu bisa menduduki kursi tahta sebagai raja.

Aksi Aurangzeb dan Murad adalah perang pertama melawan Dara Syikoh. Karena kelihaian strategi perang, Aurangzeb dan Murad berhasil mengalahkan saudarinya itu. Bahkan, Aurangzeb dan Murad berhasil memenjarakan Dara dan ayahnya sendiri, Shah Jahan. Selanjutnya, Aurangzeb dan Murad berencana mengalahkan Shuja. Perang saudara kedua akhirnya terjadi pada tahun 1659. Di Khajwah dekat Allahabad, akhirnya Aurangzeb dan Murad berhasil melumpuhkan Shuja.

Karena merasa iri dengan kemenangan Aurangzeb, Murad selanjutnya memutuskan perjanjian persekongkolan dalam merebut tahta kerajaan. Sehingga, terjadilah perang saudara ketiga antara Murad dan Aurangzeb. Namun, Aurangzeb kembali berjaya. Ia berhasil mengalahkan Murad. Murad pun dipenjarakan dan pada akhirnya di hukum mati oleh Aurangzeb sendiri. Semenjak itu, tidak ada lagi persaingan antar saudara di kerajaan Mughal. Akhirnya, Aurangzeb pun naik tahta menjadi seorang raja dan mendapat gelar Sultan Aurangzeb Alamghir yang jika diartikan menjadi yang menaklukan dunia.

Aurangzeb meneruskan politiknya terhadap Deccan dan hampir segala waktu dan tenaganya dipergunakannya untuk menakhlukkan India Tengah. Ia segera melakukan penakhlukan, yang terpenting adalah ke Palamau, daerah utara Bihar, yang dipimpin oleh Daud Khan, Gubernur Patna 1661 M, penakhlukan Chittagong oleh Shayesta Khan, Gubernur Bangla pada tahun 1666 M. Selanjutya menyerang Tibet melalui Khasmir.

Pemerintahan

Kekuasaan Aurangzeb mendapat pengakuan dari negara – negara muslim lain. Sekitar 1661 – 1667 M, mereka mengirimkan dutanya ke India seperti: Sharif Mekah, Raja Persia, Balkh, Bukhara Khasigar, Urjanh (Khiva), Shahr-e-Nau, Gubernur Turki di Basrah, Hadramaut, Yaman, serta Raja Abessinia.

Aurangzeb dikenal sebagai penguasa Mughal yang melakukan gerakan puritan dengan menerapka islam ortodhok. Ia menggantikan kebijakan konsiliasi Hindu dengan kebijakan islam. Untuk itu ia mensponsori pengkondifikasian hukum islam dalam karya agungnya yang dikenal dengan Fatawa e Alamgir.

Selanjutnya untuk menegakkan kehidupan religius di masyarakat, Aurangzeb berusaha menerapkan pola baru dengan mengangkat muhtasib (petugas pengawas moral), yang mempunyai kewenangan untuk mengontrol perjudian, prostitusi, pengguna narkotika, minuman keras, serta hal-hal yang merusak moral lainnya (1659 M)[4]

Masa Kejayaan

Aurangzeb selanjutnya memaingkan perhatiannya ke Deccan, ia sampai di Ahmadnagar pada tahun 1663. Disana ia mendapati bahwa ada tiga kerajaan yang memberontak: Negeri Maratha dari Sambhaji, putra Sivaji dan dari sekutu – sekutunya Golkonda dan Bijapur. Demikian ia memutuskan untuk menundukan kerajaan – kerajaan lainnya dulu. Ia merebut Bijapur pada tahun 1685 dan mGolkonda 1687. Dalam tahun 1689 ia mengambil Sambhaji.orang – orang dari Marata menempatkan saudaranya, Raja Ram diatas tahta, setelah Raja Ram jandanya Tara Bai melanjutkan peperangan,tetapi benteng demi benteng jatuh, sampai akhirnya pada tahun 1705 Aurangzeb menghapuskan kerajaan Marata.

Masa Kemunduran

 
Potret Aurangzeb ketika muda

Orang – orang hindu dan orang Eropa telah mengkritik kebijakan Aurangzeb. Orang Inggris menjadi terlibat pada tahun 1686 dalam suatu perikaian setempat dan membakar kota Hugli. Shaista Khan yang menentang Inggris mengambil langkah –langkah efektif melawan mereka, sehingga mereka diusur dari Benggala. Mereka lalu kembali ke Benteng St. George di Madras, yang telah mereka bangun pada tahun 1639. Dari sana mereka lalu menuntut Sultan memaafkan mereka dan itu dikabulkan oleh Aurangzeb. Mereka kemudian membangun sebuah empat bau di Hugli, yang akhirnya berkembang menjadi kota Calcuta, 1690. Kantor – kantor pedagang EIC telah membuat hal serupa dipantai sebelah barat. Mereka telah memindahkan kantor dagang mereka dari Surat ke Bombay, tetapi telah mengganggu kapal – kapal Moghul. Aurangzeb mengambil langkah cepat melawan kompeni sampai presiden mereka Sir Jonh Child meminta damai. Aurangzeb memaafkan mereka, tetapi mereka harus membayar ganti rugi.

Pada tahun 1678, semua komunitas Hindu terkemuka: Jat, Satnamis, Marata, dan Rajhput telah memberontak, yang mana meyakinkan Aurangzeb bahwa orang – orang Hindu sebagian besar tidak setia pada penguasa Muslim. Oleh karenanya ia memutuskan untuk memperlakukan mereka sebagai rakyat jajahan, dan pengganti tuntutan militer dari mereka, menentukan pajak untuk memperoleh hak pilih, berupa Jizya, bagi mereka. Orang – orang hindu yang membayar hasil bumi dikecualikan, itu juga berlaku bagi mereka yang melayani suatu kemampuan, baik laki laki maupun perempuan juga dikecualikan. Jizya merupakan pajak nominal, tetapi orang – orang hindu tidak menyukainya karena dianggap mendeskriminasikan mereka.

Keluarga

Permaisuri utama

  • Dilras Banu Begum
    putri Badiuz Zaman Safavi, Raja Muda Gujarat. Keluarganya berasal dari Dinasti Safawi, Persia. Wafat sebelum Aurangzeb naik takhta.
    • Zebun Nissa Begum
      penyair dan penghafal Al Qur'an.
    • Zinatun Nissa Begum
      menjadi Ibu Negara pada masa pemerintahan ayahnya.
    • Zubdatun Nissa Begum
    • Muhammad Azam
      dikenal sebagai Azam Shah. Pernah menjadi Kaisar Mughal selama kurang dari dua bulan. Tewas dalam pertempuran melawan kakak tirinya.
    • Muhammad Akbar
      memberontak melawan Aurangzeb atas hasutan Kaum Rajput.

Permaisuri kedua

  • Nawab Bai
    juga dikenal sebagai Rahmatun Nissa Begum. Seorang putri Kashmir yang berasal dari Dinasti Jarral.
    • Muhammad Sultan
      bergabung dengan Shah Suja dalam perang suksesi. Shah Suja merupakan paman sekaligus ayah mertuanya.
    • Muhammad Mu'azzam
      dikenal dengan gelar Bahadur Shah serta Shah Alam. Naik takhta setelah menggulingkan Azam Shah.
    • Badrun Nissa Begum
      disayangi Aurangzeb karena kebaikan hatinya.
  • Aurangabadi Mahal
    • Mihrun Nissa Begum

Selir

  • Udaipuri Mahal
    • Muhammad Kham Bakhsh
      wafat setelah kalah perang melawan Bahadur Shah.

Silsilah

Jalaluddin Muhammad
(Akbar e Azam)
Nuruddin Muhammad Salim
(Jahangir)
Mariam uz Zamani
Shahabuddin Muhammad Khurram
(Shah Jahan)
Udai Singh Rathore, Raja Marwar
Manavati Baiji Lall Sahiba
(Jagat Gosain)
Manrang Devi
Muhiuddin Muhammad Aurangzeb
Mirza Ghiyas Beg
(I'timadud Daulah)
Abu'l Hasan, Asaf Khan
Asmat Begum
Arjumand Banu Begum
(Mumtaz Mahal)
Khwaja Ghiasuddin
Diwanji Begum



Catatan Kaki

  1. ^ The World Book Encyclopedia Volume:A1 (1989) pg 894–895
  2. ^ Stephen & Herbert Leonard (1995). Mughal rule in India. Atlantic Publishers. hlm. 119. ISBN 81-7156-551-4. Diakses tanggal 5 April 2012. 
  3. ^ "Aurangzeb, sang pemilik dua hati". 28 August 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-23. Diakses tanggal 2012-08-27. 
  4. ^ "Masa Pemerintahan Aurangzeb". 27 August 2012. 

Referensi

  • Dr. Ishtiaque Hussain Qureshi, A Short History of Pakistan, University of Karachi Press. Delhi, Khushwant Singh, Penguin USA, Open Market Ed edition, 5 February 2000. (ISBN 0-14-012619-8)
  • Muḥammad Bakhtāvar Khān. Mir'at al-'Alam: History of Emperor Awangzeb Alamgir. Trans. Sajida Alvi. Lahore: Idārah-ʾi Taḥqīqāt-i Pākistan, 1979.
  • Mughal rule in India By Stephen Meredyth Edwardes, Herbert Leonard Offley Garrett. Books.google.co.uk.
Aurangzeb
Didahului oleh:
Shah Jahan
Kaisar Mughal
31 Juli 1658 – 3 Maret 1707
Diteruskan oleh:
Muhammad Azam Shah
(digulingkan)
Bahadur Shah I