Dirgantara Indonesia
PT Dirgantara Indonesia (atau biasa disingkat menjadi PTDI) adalah produsen pesawat terbang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Dirgantara Indonesia tidak hanya memproduksi berbagai jenis pesawat terbang, tetapi juga memproduksi helikopter dan senjata, serta menyediakan pelatihan dan pemeliharaan untuk mesin-mesin pesawat. Dirgantara Indonesia pun menjadi subkontraktor untuk sejumlah produsen pesawat terbang besar di dunia, seperti Boeing, Airbus, General Dynamics, Fokker dsb. Dirgantara Indonesia pernah mempekerjakan hingga 16.000 orang, namun karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia, Dirgantara Indonesia pun mengurangi jumlah karyawannya menjadi hanya sekitar 4.000 orang. Karena dinilai tidak mampu membayar kompensasi dan manfaat pensiun dan jaminan hari tua kepada mantan karyawannya, perusahaan inipun sempat dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 4 September 2007.[1] Namun pada tanggal 24 Oktober 2007, keputusan pailit tersebut dibatalkan.[2]
Sebelumnya | PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (1976-1985) PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (1985-2000) |
---|---|
Perseroan terbatas | |
Industri | Dirgantara dan Pertahanan |
Didirikan | 26 April 1976 |
Kantor pusat | , Indonesia |
Tokoh kunci | Gita Amperiawan |
Produk | Pesawat terbang komersial Pesawat terbang militer Komponen pesawat terbang Pemeliharaan dan perbaikan pesawat terbang Pertahanan |
Karyawan | 3.689 (2021) |
Induk | Len Industri |
Anak usaha | IPTN North America, Inc PT Nusantara Turbin & Propulsi PT General Electric Turbine Service |
Situs web | indonesian-aerospace |
Sejarah
Lipnur
Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur) memulai sejarahnya pada tanggal 16 Desember 1961 saat TNI Angkatan Udara mendirikan Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP) guna mempersiapkan pendirian industri penerbangan untuk mendukung kegiatan penerbangan di Indonesia. Pada tahun yang sama, LAPIP pun meneken perjanjian kerja sama dengan CEKOP, produsen pesawat asal Polandia. Perjanjian tersebut meliputi pembangunan pabrik pesawat terbang serta pelatihan sumber daya manusia dan produksi, guna memproduksi pesawat terbang PZL-104 Wilga di bawah lisensi dari CEKOP. Pesawat terbang yang kemudian dikenal dengan nama Gelatik tersebut akhirnya berhasil diproduksi sebanyak 44 unit. Pada tahun 1965, melalui sebuah keputusan presiden, Komando Pelaksana Persiapan Industri Pesawat Terbang (Kopelapip) dan PN Industri Pesawat Terbang Berdikari pun resmi didirikan. Pada bulan Maret 1966, Nurtanio Pringgoadisuryo meninggal akibat mengalami kecelakaan saat melakukan uji terbang, dan untuk menghormati kontribusinya, Kopelapip dan PN Industri Pesawat Terbang Berdikari kemudian digabung ke dalam Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur). Lipnur lalu memproduksi pesawat latih dasar yang diberi nama LT-200 dan membangun bengkel untuk menyediakan layanan purna jual.
B.J. Habibie
Sementara itu, upaya untuk merintis pendirian industri pesawat terbang juga terus dilakukan oleh B.J. Habibie yang sejak tahun 1965 bekerja di Messerschmitt-Bolkow-Blohm (MBB), sebuah produsen pesawat terbang asal Jerman. Pada awal Desember 1973, Direktur Utama Pertamina, Ibnu Sutowo pun menemui Habibie di Dusseldorf guna menjelaskan impian Pertamina untuk mendirikan industri pesawat terbang di Indonesia. Habibie kemudian diangkat sebagai Penasehat Direktur Utama Pertamina dan diminta untuk segera kembali ke Indonesia. Pada awal bulan Januari 1974, Pertamina pun membentuk divisi baru untuk fokus pada advanced technology dan teknologi penerbangan (ATTP). Pada tanggal 26 Januari 1974, Habibie dipanggil oleh Presiden Soeharto dan kemudian diangkat sebagai Penasehat Presiden di bidang teknologi. Pada bulan September 1974, ATTP meneken perjanjian dasar untuk kerjasama lisensi dengan MBB asal Jerman dan CASA asal Spanyol untuk memproduksi helikopter BO-105 dan pesawat sayap tetap NC-212. Karena Pertamina kemudian menghadapi sejumlah masalah, pada tanggal 26 April 1976, semua aset milik divisi ATTP, Lipnur, dan TNI Angkatan Udara yang berkaitan dengan industri pesawat terbang kemudian dijadikan modal untuk mendirikan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN). B.J. Habibie lalu ditunjuk sebagai direktur utama IPTN. Setelah semua fasilitas fisik selesai dibangun, IPTN pun diresmikan oleh Presiden Soeharto pada bulan Agustus 1976. Pada tanggal 11 Oktober 1985, nama perusahaan ini diubah menjadi "PT Industri Pesawat Terbang Nusantara", dan pada tanggal 24 Agustus 2000, nama perusahaan ini kembali diubah menjadi seperti sekarang.[3]
2000 - sekarang
Pada awal tahun 2012, Dirgantara Indonesia berhasil mengirimkan 4 unit pesawat CN235 pesanan Korea Selatan. Selain itu, Dirgantara Indonesia juga sedang menyelesaikan 3 unit pesawat CN235 pesanan TNI AL dan 24 unit Heli Super Puma dari Eurocopter. Dirgantara Indonesia juga sedang menjajaki untuk memproduksi pesawat C295 (CN235 versi jumbo) dan N219, serta bekerja sama dengan Korea Selatan untuk memproduksi pesawat tempur siluman KFX. Pada tanggal 12 Januari 2022, pemerintah resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan ini ke Len Industri, sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di bidang industri pertahanan.[4]
Produksi
Pesawat Sayap Tetap
- N-2130, proyek Dihentikan karena krisis finansial Asia 1997
- N-250, proyek Dihentikan karena krisis finansial Asia 1997
- NC-212
- CN-235
- CN-295
- N219 Nurtanio [5][6][7]
- CN-235 NG, pengembangan dari CN-235 dengan peningkatan kapasitas pesawat
- Sikumbang produksi era Nurtanio
- Belalang produksi era Nurtanio
- Kunang produksi era Nurtanio
- Gelatik produksi era LAPIP lisensi dari CEKOP Polandia (sekarang dikenal dengan nama PZL)
- Drone Elang Hitam
Komponen pesawat
Perusahaan ini memproduksi sejumlah komponen untuk digunakan oleh produsen pesawat terbang lain, yakni:
- Komponen sayap dari Boeing 737
- Komponen sayap dari Boeing 767
- Komponen sayap dari Airbus A320
- Komponen sayap dari Airbus A330
- Komponen sayap dari Airbus A340
- Komponen sayap dari Airbus A380
- Komponen sayap dari Airbus A350[8]
- Komponen ekor dari Sukhoi Superjet 100
Helikopter
- NBO 105 dipergunakan secara luas di Indonesia, lisensi dari MBB Jerman. Dihentikan sejak juli 2011.
- NBK 117
- NBell 412 lisensi dari Bell Helicopter, AS
- NAS 330 Puma lisensi dari Aerospatiale, Prancis
- Eurocopter 332 Super Puma Pengembangan dari Puma, lisensi dari Eurocopter, Prancis
- Eurocopter Fennec pengganti NBO 105.
- Eurocopter Ecureuil pengganti NBO 105.[9]
- Eurocopter EC725
- Tailboom dan fuselage dari EC 725 dan EC 225[10][11]
Lainnya
- SUT Torpedo
- Turbin Uap 2 MW oleh PT Nusantara Turbin Propulsi (anak perusahaan PT DI)[12]
- Turbin Uap 4 MW oleh PT Nusantara Turbin Propulsi (anak perusahaan PT DI)[13]
- Hovercraft [14]
- Rudal RN01-SS
Direktur Utama
Berikut adalah daftar Direktur Utama IPTN/Dirgantara Indonesia:
- B.J. Habibie (1976-1998)
- Paramayuda (sebagai care taker s/d ditetapkan Direktur Utama baru)
- Jusman Syafii Djamal (2000-2002)
- Edwin Sudarmo (2002-2005)
- Muhammad Nuril Fuad (2005-2007) - bukan Direktur Utama tetapi Direktur Umum.
- Budi Santoso (2007-2017)
- Elfien Goentoro (2017-2022)
- Gita Amperiawan (2022-sekarang)
Rencana Bisnis
PT Dirgantara Indonesia akan memasuki bisnis pesawat komersial dengan memproduksi N219, jika N219 sudah beroperasi dan sudah mendapatkan sertifikasi Dirgantara Indonesia akan mengembangkan dan memproduksi pesawat berpenumpang 50 orang.[15]
PT Dirgantara Indonesia akan mengirimkan sekitar 300 tenaga ahli ke Korea Selatan dalam kerjasama pembuatan pesawat tempur KFX grade 4.5. Rencananya pesawat tempur tipe 4.5 ini akan setingkat di atas F16 yang masih pada tipe 4. Nantinya lima prototype yang menjadi buatan bersama salah satunya akan dibuat di PT Dirgantara Indonesia, Bandung.[16]
Referensi
- ^ "PT DI Dipailitkan Pemerintah Kasasi" Diarsipkan 2007-09-29 di Wayback Machine., Kompas, 5 September 2007
- ^ "Pailit PT DI Dibatalkan"[pranala nonaktif permanen], Kompas, 25 Oktober 2007
- ^ "Sejarah Perusahaan". PT Dirgantara Indonesia. Diakses tanggal 19 Januari 2022.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 5 tahun 2022" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik indonesia. Diakses tanggal 19 Januari 2022.
- ^ Liputan6.com. "Nurtanio, Nama dari Jokowi untuk Pesawat N219 Buatan Anak Bangsa". liputan6.com. Diakses tanggal 2017-11-28.
- ^ "Penjelasan Jokowi Soal Pemberian Nama Pesawat N219". SINDOnews.com. Diakses tanggal 2017-11-28.
- ^ "N-219". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2017-11-27.
- ^ http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/08/18/brk,20100818-272162,id.html[pranala nonaktif permanen]
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaReferenceA
- ^ http://tekno.liputan6.com/berita/201001/261065/Eurocopter.Pesan.Rangka.dari.PT Dirgantara.Indonesia
- ^ http://visijobs.com/beta/news/detail/2010/01/29/Eurocopter-Prancis-Beri-Order-Besar-Pada-PT-DI
- ^ http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=122329
- ^ http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/19/03092913/kilas.ekonomi[pranala nonaktif permanen]
- ^ Setiady Dwi. PT DI Kembangan Kendaraan Amfibi Hovercraft[pranala nonaktif permanen]. Suaramerdeka.com, edisi 1/2/2010
- ^ http://www.tribunnews.com/nasional/2016/01/20/pt-dirgantara-indonesia-siap-produksi-pesawat-komersial?page=2
- ^ http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/08/o0lq1g317-pt-dirgantara-indonesia-siapkan-personil-untuk-kerjasama-kfx