Bahder Djohan

politisi Indonesia
Revisi sejak 27 November 2022 21.50 oleh Arya-Bot (bicara | kontrib) (Pranala luar: clean up)

Prof. Dr. (H.C.) dr. Bahder Djohan (30 Juli 1902 – 8 Maret 1981) adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada Kabinet Natsir dan Kabinet Wilopo. Bahder Djohan merupakan anak kelima dari sepuluh bersaudara pasangan Mohamad Rapal gelar Sutan Boerhanoedin orang Koto Gadang, Agam, dengan Lisah yang berasal dari Alang Laweh, Padang. Ayahnya berprofesi sebagai jaksa. Bahder Djohan menerima gelar Marah Besar pada pernikahannya dengan Siti Zairi Yaman.

Bahder Djohan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-7
Masa jabatan
6 September 1950 – 20 Maret 1951
PresidenSoekarno
Masa jabatan
3 April 1952 – 30 Juli 1953
PresidenSoekarno
Sebelum
Pendahulu
Wongsonegoro
Sebelum
Presiden Universitas Indonesia Ke-3
(Rektor UI)
Masa jabatan
1954–1958
Ketua Umum Palang Merah Indonesia Ke-4
Masa jabatan
1952–1954
Sebelum
Pendahulu
BPH Bintoro
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1902-07-30)30 Juli 1902
Padang, Sumatra Barat, Hindia Belanda
Meninggal8 Maret 1981(1981-03-08) (umur 78)
Jakarta, Indonesia
Suami/istriSiti Zairi
AnakIlya Waleida
Tempat tinggalJalan Kimia No. 9 Menteng, Jakarta 10320
AlmamaterSchool tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Riwayat Hidup

Latar belakang

Djohan bersekolah pertama kali pada sekolah Melayu di Kampung Pondok, Padang. Pada tahun 1910, dia pindah sekolah ke Payakumbuh, mengikuti penempatan ayahnya. Pada tahun 1913, Djohan masuk sekolah 1e Klasse Inlandsche School di Bukittinggi. Di kota inilah Djohan berkenalan dengan Mohammad Hatta, yang kelak menjadi sahabat baiknya semasa sekolah maupun perjuangan. Hanya dua tahun ia bersekolah di Bukittinggi, sebelum akhirnya pindah ke HIS Padang. Pada tahun 1917, Djohan menyelesaikan pendidikannya di HIS dan melanjutkan ke MULO di kota yang sama.

Tahun 1919, Djohan diterima di STOVIA, Batavia dan tinggal di asrama yang terdapat dalam kompleks sekolah itu. Pendidikan di STOVIA dilaluinya lebih kurang 8 tahun. Pada tanggal 12 November 1927, ia menyelesaikan ujian akhir dan lulus dengan memperoleh gelar “Indish Arts”.

Kehidupan Setelah Sekolah

Pada masa muda, Djohan merupakan salah satu pimpinan Jong Sumatranen Bond. Dia aktif terlibat dalam kepanitiaan Kongres Pemuda. Dalam Kongres Pemuda I, Djohan menyampaikan pidato tentang kedudukan wanita. Pidatonya yang berjudul "Di Tangan Wanita," dilarang beredar oleh pemerintah Hindia Belanda.[1]

Dr. Bahder Djohan adalah salah satu anggota panitia yang terdiri dari lima orang yang mempersiapkan terbentuknya Palang Merah Indonesia pada tanggal 17 September 1945, sebagai penulis, bersama Dr. R. Mochtar sebagai ketua dan Dr. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki dan Dr. Sitanala sebagai anggota.[2][3]

Setelah periode kemerdekaan, Djohan diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada Kabinet Natsir (1950-1951) dan Kabinet Wilopo (1952-1953). Pada tahun 1953 dia duduk sebagai direktur RSUP Jakarta (sekarang RSCM). Kemudian Djohan dipilih untuk menjabat Rektor Universitas Indonesia. Namun pada tahun 1958 sebelum masa jabatannya habis, Djohan mengundurkan diri. Dia tak setuju dengan pemerintah, yang menyelesaikan peristiwa PRRI dengan cara peperangan.[4]

Kepanduan

Pada bulan September 1951, tiga belas organisasi Pramuka yang lebih kuat bertemu dan memutuskan untuk membentuk badan federasi untuk memenuhi kebutuhan nasional dan internasional. Ikatan Pandu Indonesia—disingkat Ipindo—muncul. Tuan Soemardjo terpilih sebagai komisaris utama, dan Dr. Djohan, seorang Pramuka tua, menjadi Presiden kehormatan.[5]

Bibliografi

  • Djohan, Bahder, Bahder Djohan Pengabdi Kemanusiaan, PT Gunung Agung, Jakarta, 1980
  • Hatta, Mohammad, Mohammad Hatta Memoir, Tinta Mas Jakarta, 1979

Catatan kaki

  1. ^ Bahder Djohan, Stien Adam, Darsjaf Rachman, Di Tangan Wanita, Idayu, 1975
  2. ^ Pendiri PMI
  3. ^ Panitia tersebut terdiri atas dr R Mochtar sebagai Ketua, dr Bahder Djohan sebagai Penulis dan tiga anggota panitia yaitu dr Djoehana Wiradikarta, dr Marzuki, dr Sitanala.
  4. ^ Majalah Tempo, 14 Maret 1981
  5. ^ John S. Wilson (1959), Scouting Round the World. First edition, Blandford Press. p. 254

Pranala luar

Jabatan politik
Didahului oleh:
Sarmidi Mangunsarkoro
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
1950—1951
Diteruskan oleh:
Wongsonegoro
Didahului oleh:
Wongsonegoro
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
1952—1953
Diteruskan oleh:
Mohammad Yamin
Jabatan akademik
Didahului oleh:
Soepomo
Rektor Universitas Indonesia
19541958
Diteruskan oleh:
Soedjono Djoened Poesponegoro
Jabatan lain
Didahului oleh:
BPH Bintoro
Ketua Umum Palang Merah Indonesia
19521954
Diteruskan oleh:
Paku Alam VIII