Peron
Peron (dari bahasa Belanda: perron) adalah jalan kecil yang sejajar dengan rel kereta api tempat lalu lalang penumpang di stasiun kereta api, halte kereta api, atau tempat pemberhentian transportasi rel lainnya. Hampir semua stasiun di seluruh dunia memiliki peron; umumnya stasiun kelas besar memiliki banyak peron. Kumpulan dari jalur dan peron disebut emplasemen.
Karakteristik
suntingPeron stasiun dapat berupa peron tinggi ataupun peron rendah. Kereta yang berhenti di peron rendah biasanya dilengkapi dengan tangga agar penumpangnya dapat naik dan turun dengan leluasa. Tinggi lantai peron pada peron rendah umumnya setinggi lantai bangunan stasiun dan rel. Penumpang dapat leluasa menyeberangi jalan rel sehingga dapat membahayakan penumpang.
Tahun demi tahun, peron rendah sudah tidak bisa diandalkan lagi karena dapat membahayakan penumpang. Stasiun-stasiun yang dibangun pada era modern menggunakan peron tinggi. Di Indonesia, sebagian stasiun besar yang dibangun pada zaman Hindia Belanda kemudian direnovasi dengan mengganti peron rendah menjadi peron tinggi, kecuali stasiun kelas II atau III. Akan tetapi, peron tinggi tidak sesuai untuk stasiun yang lebar peronnya sempit seperti Stasiun Solo Balapan.
Pada halte trem yang kadang kala berada di tengah-tengah jalan raya, umumnya memiliki tempat berlindung yang dapat berfungsi sebagai peron yang tingginya sama dengan trotoar, dan ada pula yang tidak memiliki peron.
Pada stasiun tertentu ada yang memiliki dua jenis peron sekaligus sehingga dapat dilayani kereta api yang memiliki lantai rendah ataupun tinggi.
Menurut tata letaknya, peron dapat dibagi menjadi:
Peron teluk merupakan peron yang umum ada pada stasiun terminus (bertipe perjalanan awal dan akhir). Peron bertingkat umumnya dibuat apabila dua peron bertemu dengan salah satunya lebih tinggi dibandingkan peron di bawahnya, stasiun berada pada titik temu kedua jalur tersebut. Peron barang memiliki kemiripan dengan peron teluk tetapi lebih sempit dan hanya untuk membongkar muat barang. Sedangkan peron pulau adalah peron yang letaknya diapit oleh dua atau lebih jalur rel. Adapun peron sisi adalah peron yang paling umum di stasiun-stasiun, biasanya berupa peron yang terletak di samping kiri ataupun kanan rel.
Peron pulau dapat dijangkau dengan terowongan bawah tanah, jembatan penyeberangan, atau perlintasan. Pada stasiun di atas rel layang atau di bawah tanah dapat dijangkau melalui lift, eskalator, tangga, atau perpaduan ketiga-tiganya.
Identifikasi
suntingUmumnya peron atau jalur kereta api diberi nomor dengan angka arab, misalnya peron 1, 2, 3, dst. Sebagian kecil stasiun dimulai dari angka 0 (jadi ada jalur 0), seperti di Cardiff Central, Britania Raya ataupun di Uppsala, Swedia Terkadang dapat juga diberi nomor dengan huruf seperti di Stasiun Paris-Gare de Lyon atau London Waterloo East. Di Indonesia nomor jalur/peron selalu dimulai dari angka 1.
Fasilitas
suntingSebagian fasilitas stasiun yang akan dinikmati calon penumpang berada di peron atau emplasemennya. Meskipun peron tidak berdekatan dengan stasiun, terkadang tersedia ruang tunggu atau tempat berlindung, dan kantor pegawainya pun dapat saja ada di peron. Perlindungan dari panas dan hujan juga beragam, mulai dari atap terbuka (overkapping), hingga ruangan tertutup ber-AC. Ada pula bangku, penerangan, loket, mesin jual otomatis, pertokoan, tempat sampah, dan jadwal kereta api dengan layar tampilan yang sangat lengkap.
Ada pula pengeras suara yang dipergunakan sebagai alat pengumuman. Terkadang dapat dipergunakan apabila tidak ada jadwal kereta api atau layar tampilan; tetapi saat ini jadwal kereta tersebut harus ada dan harus diperbarui setiap saat. Informasi yang disampaikan pun sangat lengkap, termasuk tujuan atau waktu kedatangan/keberangkatan, keterlambatan, pembatalan, pindah jalur, perubahan rute dan tujuan akhir, atau persyaratan bea pesan.
Karcis peron
suntingSejumlah operator kereta api memberlakukan karcis peron bagi para pengantar dan penjemput penumpang kereta api yang akan masuk peron. Akan tetapi, karcis peron menimbulkan permasalahan seperti banyaknya para penumpang gelap (tidak bertiket) atau desak-desakan antara penumpang yang naik dan turun dengan pengantar dan penjemput. Di Indonesia karcis ini sudah tidak berlaku lagi sejak 2011.[2]
Keselamatan
suntingPada kereta cepat atau ekspres, kereta yang lewat atau berjalan langsung dapat menimbulkan masalah keselamatan calon penumpang di peron, terutama batas aman yang selalu bergantung pada besarnya kecepatan kereta api. Ada beragam alternatif penyelesaian masalah kereta api berjalan langsung di peron, seperti menetapkan batas kecepatan atau membangun ulang dengan menambahkan jalur baru yang tidak melalui peron.
Sebagian stasiun metro atau kereta perkotaan dilengkapi dengan peron tertutup dengan pintu geser otomatis untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan para penumpang. Seperti di MRT Singapura.
Peron harus dibuat sedikit landai ke atas pada masing-masing pinggirnya agar benda beroda seperti kereta dorong, kereta bayi, atau kursi roda tidak bergerak masuk ke rel.[butuh rujukan] Sebagian peron juga dilengkapi dengan celah di bawahnya untuk berlindung apabila kereta akan lewat. Salah satu kegiatan yang amat berbahaya adalah duduk di pinggir peron, dan apabila kereta lewat, kaki yang menggantung di pinggir peron harus diangkat ke lantai.
Peron stasiun yang lebih rendah dari kereta api memperluas titik buta masinis kereta api sehingga perlu diwaspadai pengguna jasa kereta api dan PPKA.
Peron umumnya dilengkapi markah peringatan kuning yang menandai batas aman penumpang berdiri di peron. Alih-alih markah kuning, permukaan bergelombang pada pada lantai peron dapat digunakan untuk membantu para tuna netra, serta mencegah kursi roda atau benda beroda lainnya masuk ke rel.
Referensi
suntingPranala luar
sunting- "Emplacementstekeningen NS". www.sporenplan.nl (dalam bahasa Belanda).
- "Train Station Page". www.railway-technical.com. Railway Technical Web Pages. Platforms. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-06-09. Diakses tanggal 2015-02-20.