Imperium Italia

Revisi sejak 10 Maret 2023 13.47 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20230309)) #IABot (v2.0.9.3) (GreenC bot)

Imperium Italia (bahasa Italia: Impero Italiano) adalah imperium yang dibentuk setelah Kerajaan Italia bergabung

Imperium Kolonial italia

Impero coloniale italiano
1882–1947/1960
Lagu kebangsaan"Marcia Reale d'Ordinanza"
"Royal March of Ordinance"¹
Territori dan koloni Italia pada tahun 1941.
  •   Kerajaan Italia
  •   Koloni dan posisi Italia
  •   Daerah pendudukan Italia dan protektoratnya.
lang=id
StatusImperium Kolonial
Ibu kotaTurin
(1861–64)
Florence
(1864–71)
Roma
(1871–1943, 1945–46)
Brindisi
(1943–45)
Bahasa yang umum digunakanItalia
Agama
Gereja Katolik Roma
PemerintahanMonarki konstitusional
Raja 
• 1861–1878
Vittorio Emanuele II
• 1878–1900
Umberto I
• 1900–1946
Vittorio Emanuele III
• 1946
Umberto II
Perdana Menteri 
• 1861
Camillo Benso
• 1922–1943
Benito Mussolini
• 1945–1946
Alcide De Gasperi
Senat
Chamber of Deputies
Sejarah 
1882
1887–1889
1899-1901
1923–1932
1939
• Perjanjian Paris
Wilayah Perwalian Somaliland
1947/1960
Luas
310.120 km2 (119.740 sq mi)
Mata uangLira Italia
Kode ISO 3166IT
Didahului oleh
Digantikan oleh
krjKerajaan
Sardinia
krjKerajaan
Dua Sisilia
ksrKekaisaran
Etiopia
Tripolitania Utsmaniyah
kslKesultanan
Hobyo
Italia
Kota Vatikan
ksrKekaisaran
Etiopia
krjKerajaan
Libya
Somalia
1: Lagu kebangsan tak resmi "Giovinezza" ("Pemuda") 1922–43 [1]
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

dengan kekuatan-kekuatan di Eropa dalam mendirikan koloni di seberang lautan selama proses Perebutan Afrika. Negara Italia modern sebagai negara yang bersatu baru ada sejak tahun 1861. Pada masa ini Prancis, Spanyol, Portugal, Britania, dan Belanda telah menjadi kekaisaran-kekaisaran besar di dunia selama beberapa ratus tahun. Salah satu daerah yang tersisa untuk kolonisasi adalah benua Afrika.

Akhir abad ke 19, Kerajaan Italia muncul sebagai kekuatan imperialisme baru, turut serta dalam Aliansi Delapan Negara pada Pemberontakan Boxer, sebagai hasilnya memperoleh wilayah Konkesi Tientsin, Menjelang pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914, Italia telah mencaplok Eritrea dan Somalia, dan merebut sebagian wilayah Kesultanan Utsmaniyah, termasuk Libya, meskipun kemudian pasukan Italia dikalahkan dalam usahanya untuk menaklukan Ethiopia. Pemerintahan Fasis di bawah diktator Italia Benito Mussolini, yang berkuasa sejak tahun 1922, berniat menambah luas wilayah kekaisaran. Ethiopia kemudian berhasil direbut, empat dekade setelah kegagalan sebelumnya, dan luas Italia di Eropa meningkat. "Imperium Italia" yang resmi diproklamirkan pada tanggal 9 Mei 1936 menyusul penaklukan Ethiopia.[1] Italia memihak Jerman Nazi selama Perang Dunia II dan pada awalnya menikmati kesuksesan. Akan tetapi, pasukan Sekutu pada akhirnya merebut koloni-koloni Italia di seberang lautan dan Italia sendiri akhirnya diinvasi pada tahun 1942. Dengan demikian Imperium Italia pun runtuh.

Pendirian

Pada tahun 1922, pemimpin gerakan fasis Italia, Benito Mussolini, menjadi Perdana Menteri Italia melalui sebuah kudeta. Mussolini menyelesaikan masalah mengenai kedaulatan Dodecanese pada Perjanjian Lausanne tahun 1923, yang meresmikan administrasi Italia atas Libya dan Kepualuan Dodecanese, sebagai balasan untuk pembayaran ke Turki, negara penerus Kesultanan Utsmaniyah, meskipun dia gagal dalam usahanya untuk memperoleh mandat untuk sebagian Irak dari Britania.

Sebulan setelah ratifikasi perjanjian Lausanne, Mussolini memerintahkan invasi ke pulau Korfu di Yunani setelah terbunuhnya seorang jenderal Italia di sana. Pers Italia mendukung tindakan itu, menyebut-nyebut bahwa Korfu pernah menjadi bagian dari Republik Venesia sempat ratus tahun.[2] Meskipun masalah ini dibawa oleh Yunani ke Liga Bangsa-Bangsa, Mussolini tetap berhasil menahan tekananya, dan hanya ancaman perang dari Britania yang dapat meyakinkannya untuk mengevakuasi pasukan Italia dari Yunani.[3] Konfrontasi atas Korfu, dan determinas Italia yang jelas-jelas tidak pernah mau menyerahkan kedaulatan Dodecanese, berujung pada Britania dan Italia menyelesaikan masalah Jubalandia pada tahun 1924; wilayah itu kemudian digabungkan ke dalam Somalia Italia.[4]

Di Eropa Timur, rezim fasis memiliki rancangan imperial untuk wilayah Albania, Dalmatia, sebagian besar Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, Makedonia, dan Yunani berdasarkan alasan bahwa semua wilayah tersebut pernah dikuasai oleh Romawi.[5] Rezim ini juga ingin mendirikan hubungan patron-klien protektif dengan Austria, Hungaria, Romania, dan Bulgaria.[5]

Selama akhir tahun 1920-an ekspansi imperial menjadi tema yang sangat disukai dalam pidato-pidato Mussolini.[6] Dia berpendapat bahwa Italia membutuhkan tempat untuk "kelebihan jumlah penduduknya", dan bahwa dengan demikian pada daya tarik negara-negara lainnya untuk membantu ekspansinya.[6] Di antara tujuan-tujuan Mussolini (tidak diumumkan secara umum) adalah bawha Italia harus menjadi kekuatan dominan di Mediterania yang akan mampu melawan Prancis atau Britania, selain juga memperoleh akses ke Samudra Atlantik dan Samudra Hindia.[6] Mussolini merasa bahwa Italia membutuhkan akses tak tertandingi ke samudra-samudra dan jalur-jalur perkapalan dunia untuk menjamin kedaulatan nasionalnya.[7] Ini disebutkan dalam sebuah dokumen yang dia buat ada tahun 1939 yang berjudul "Perjalanan ke Samudra", dan disertakan dalam catatan resmi pertemuan Dewan Agung Fasisme.[7] Naskah ini menyebutkan bahwa posisi kelautan menentukan kemerdekaan suatu bangsa; negara dengan akses bebas samudra berarti adalah negara yang merdeka, sementara negara yang tidak memiliki akses ini berarti tidak merdeka. Italia, yang hanya memiliki akses ke lautan yang tidak dikuasai oleh Prancis dan Britania Raya, disebut sebagai "negara setengah merdeka", dan disebut juga sebagai "tahanan di Mediterania."[7]:

Pada bulan Oktober 1935, Mussolini melancarkan Perang Italia-Abbysina Kedua dan menginvasi Ethiopia. Kaisar Haile Selassie kabur dari ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, pada tanggal 2 Mei 1936 dan pasukan Italia mulai memasuki kota itu pada tanggal 5 Mei. Italia lalu menggabungkan Eritrea Italia, Somalia Italia, dan Ethiopia yang baru direbut untuk membentuk Afrika Timur Italia (Africa Orientale Italiana, A.O.I.). Invasi ini memperoleh persetujuan taktis dari negara Prancis dan Britania Raya, yang tidak ingin mengucilkan Italia, karena pada saat itu, Italia dapat dimanfaatkan sebagai sekutu yang memiliki potensi untuk melawan Jerman Nazi.[8]

Kemenangan Italia diumumkan pada tanggal 9 Mei 1936, dan Mussolini menyatakan berdirinya "Imperium Italia".[1] Raja Italia Victor Emmanuel III menambahkan Kaisar Ethiopia ke dalam gelarnya. Mussolini kemudian bermimpi mengirimkan para pemukim Italia ke Afrika Timur Italia, dan orang Italia memiliki harapan yang tinggi untuk mengubah daerah itu menjadi aset ekonomi.[8] Akan tetapi, dengan mencaplok Ethiopia, yang merupakan anggota Liga Bangsa-Bangsa, Italia telah menarik rasa kemarahan internasional.[8] Hal ini tidak mempengaruhi ekonomi Italia secara drastis, yang dikarenakan Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang bukan merupakan anggota Liga Bangsa-Bangsa dan dengan demikian mereka tidak ikut menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Italia seperti halnya yang dilakukan oleh Liga Bangsa-Bangsa.

Teritori koloni

Teritori koloni Periode Luas Wilayah (km²)
1 Eritrea Italia 1890–1936 121.000
2 Somalia Italia 1889-1936 637.657
- Afrika Timur Italia

(Peleburan Wilayah Eritrea, Ethiopia dan Somalia)

1936–1941 1.725.000
3 Libya Italia 1934–1947 1.759.541
4 Konkesi Italia Tientsin 1901-1947 1,04

Referensi

  1. ^ a b Lowe, hlm. 289
  2. ^ Lowe, hlm. 196
  3. ^ Lowe, hlm. 198
  4. ^ Lowe, hlm.191,199
  5. ^ a b Robert Bideleux, Ian Jeffries. A history of eastern Europe: crisis and change. London, England, UK; New York, New York, USA: Routledge, 1998. hlm. 467.
  6. ^ a b c Smith, Dennis Mack (1981). Mussolini, p. 170. Weidenfeld and Nicolson, London.
  7. ^ a b c Salerno, Reynolds Mathewson (2002). Vital crossroads: Mediterranean origins of the Second World War, 1935-1940, pp. 105-106. Cornell University Press
  8. ^ a b c Barker, p.152

Sumber

Pranala luar