Kota Palu
Kota Palu adalah sebuah kota yang di tepi laut dan sekaligus Ibukota dari provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Palu merupakan kota yang terletak di Sulawesi Tengah, berbatasan dengan Kabupaten Donggala di sebelah barat dan utara, Kabupaten Sigi di sebelah selatan, dan Kabupaten Parigi Moutong di sebelah timur. Kota Palu dijuluki sebagai kota lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan teluk. Letak Kota Palu dekat dengan garis khatulistiwa, dengan koordinatnya 0,35 – 1,20 LU dan 120 – 122,90 BT. Pada tahun 2021, penduduk Kota Palu berjumlah 372.113 jiwa, dengan kepadatan 942 jiwa/km2.[1]
Kota Palu | |
---|---|
Julukan: Kota Teluk dan kota lima dimensi" | |
Motto: Maliu Nti Nuvu | |
Koordinat: 0°54′S 119°50′E / 0.900°S 119.833°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Tengah |
Tanggal berdiri | 27 September 1978 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• [[Daftar Bupati String Module Error: String subset index out of range|Bupati]] | Hadianto Rasyid |
• [[Daftar Wakil Bupati String Module Error: String subset index out of range|Wakil Bupati]] | Reny Lamadjido |
Luas | |
• Total | 395,06 km2 (152,53 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 372.113 |
• Kepadatan | 942/km2 (2,440/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 80,05% Kristen 15,16% - Protestan 12,68% - Katolik 2,48% Hindu 2,42% Buddha 2,37%[3] |
• Bahasa | Indonesia, Kaili |
• IPM | 81,70 (2021) Sangat Tinggi[4] |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | +62 451 |
Pelat kendaraan | DN xxxx A*/I*/N*/V*/Y* |
Kode Kemendagri | 72.71 |
Kode SNI 7657:2023 | PAL |
DAU | Rp 709.876.943.000,- (2020) |
Flora resmi | Banga |
Fauna resmi | Maleo |
Situs web | palukota |
Sejarah
Asal usul nama Kota Palu
Asal usul nama kota Palu adalah kata Topalu'e yang artinya Tanah yang terangkat karena daerah ini awalnya lautan. Pernah terjadi gempa dan pergeseran lempeng (palu koro) sehingga daerah yang tadinya lautan tersebut terangkat dan membentuk daratan lembah yang sekarang menjadi Kota Palu.
Teori lain juga menyebutkan bahwa kata asal usul nama Kota Palu berasal dari bahasa Kaili bolovatu/volovatu, sejenis bambu yang tumbuh dari daerah Tawaeli sampai di daerah Sigi. Bambu sangat erat kaitannya dengan masyarakat Suku Kaili, ini dikarenakan ketergantungan masyarakat Kaili dalam penggunaan bambu sebagai kebutuhan sehari-hari mereka, baik itu dijadikan Bahan makanan, Bahan bangunan (dinding, tikar, dll), perlengkapan sehari hari, permainan (Tilako), serta alat musik (Lalove).
Pembentukan kota Palu
Kota Palu sekarang ini adalah bermula dari kerajaan yang terdiri dari kesatuan empat kampung, yaitu: Besusu, Tanggabanggo yang sekarang bernama Kelurahan Kamonji, Panggovia yang sekarang bernama Kelurahan Lere, dan Boyantongo yang sekarang bernama Kelurahan Baru. Mereka membentuk satu Dewan Adat disebut Patanggota. Salah satu tugasnya adalah memilih raja dan para pembantunya yang erat hubungannya dengan kegiatan kerajaan. Kerajaan Palu lama-kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang dikenal dan sangat berpengaruh. Itulah sebabnya Belanda mengadakan pendekatan terhadap Kerajaan Palu. Belanda pertama kali berkunjung ke Palu pada masa kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa) untuk mendapatkan perlindungan dari Manado pada tahun 1868. Pada tahun 1888, Gubernur Belanda untuk Sulawesi bersama dengan bala tentara dan beberapa kapal tiba di Kerajaan Palu, mereka pun menyerang Kayumalue. Setelah peristiwa perang Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh pihak Belanda dan jenazahnya dibawa ke Palu. Setelah itu ia digantikan oleh Raja Jodjokodi, pada tanggal 1 Mei 1888, Raja Jodjokodi menandatangani perjanjian pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda.
Pada awal mulanya, Kota Palu merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Palu. Pada masa penjajahan Belanda, Kerajaan Palu menjadi bagian dari wilayah kekuasaan (Onder Afdeling Palu) yang terdiri dari tiga wilayah yaitu Landschap Palu yang mencakup distrik Palu Timur, Palu Tengah, dan Palu Barat; Landschap Kulawi; dan Landschap Sigi Dolo.[5]
Pada tahun 1942, terjadi pengambilalihan kekuasaan dari Pemerintahan Belanda kepada pihak Jepang. Pada masa Perang Dunia II ini, kota Donggala yang kala itu merupakan ibu kota Afdeling Donggala dihancurkan oleh pasukan Sekutu maupun Jepang. Hal ini mengakibatkan pusat pemerintahan dipindahkan ke kota Palu pada tahun 1950. Saat itu, kota Palu berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) setingkat wedana dan menjadi wilayah daerah Sulawesi Tengah yang berpusat di Kabupaten Poso sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950. Kota Palu kemudian mulai berkembang setelah dibentuknya Residen Koordinator Sulawesi Tengah Tahun 1957 yang menempatkan Kota Palu sebagai Ibu kota Keresidenan.[5]
Terbentuknya Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964, status Kota Palu sebagai ibu kota ditingkatkan menjadi Ibu kota Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah. Kemudian pada tahun 1978, Kota Palu ditetapkan sebagai kota administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1978. Kini, berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1994 Kota Palu ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Palu.[5]
Geografi
Bentang alam Kota Palu membentang memanjang dari Timur ke Barat dengan luas wilayah 395,06 km2. Secara astronomis, Kota Palu terletak pada posisi 119,45 - 121,15 BT dan 0,36 - 0,56 LS.
Batas Wilayah
Secara geografis, Kota Palu berbatasan dengan daerah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Labuan (Kabupaten Donggala).
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Parigi Barat (Kabupaten Parigi Moutong)
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Marawola dan Kecamatan Biromaru (Kabupaten Sigi)
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Banawa Selatan (Kabupaten Donggala)
Iklim dan Cuaca
Dataran Kota Palu dikelilingi oleh pegunungan dan pantai. Peta ketinggian mencatat, 376,68 Km2 (95,34%) wilayah Kota Palu berada pada ketinggian 100 - 500 mdpl dan hanya 18,38 Km2 (46,66%) terletak di dataran yang lebih rendah. Kota Palu terletak di bagian selatan khatulistiwa, menjadikan Kota Palu sebagai salah satu kota tropis terkering di Indonesia dengan curah hujan kurang dari 1.500 mm per tahun.[5]
Data iklim Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rekor tertinggi °C (°F) | 38 (100) |
37 (99) |
37 (99) |
37 (99) |
35 (95) |
37 (99) |
37 (99) |
37 (99) |
38 (100) |
37 (99) |
37 (99) |
38 (100) |
38 (100) |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 30.3 (86.5) |
30.4 (86.7) |
30.7 (87.3) |
30.8 (87.4) |
31.1 (88) |
30.5 (86.9) |
29.7 (85.5) |
30.8 (87.4) |
30.9 (87.6) |
31.3 (88.3) |
31.1 (88) |
30.8 (87.4) |
30.7 (87.25) |
Rata-rata harian °C (°F) | 27.3 (81.1) |
27.4 (81.3) |
27.5 (81.5) |
27.8 (82) |
28.1 (82.6) |
27.3 (81.1) |
26.7 (80.1) |
27.5 (81.5) |
27.6 (81.7) |
28.3 (82.9) |
28.1 (82.6) |
27.8 (82) |
27.62 (81.7) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 24.3 (75.7) |
24.3 (75.7) |
24.4 (75.9) |
24.8 (76.6) |
25.1 (77.2) |
24.1 (75.4) |
23.8 (74.8) |
24.2 (75.6) |
24.4 (75.9) |
25.2 (77.4) |
25.1 (77.2) |
24.9 (76.8) |
24.55 (76.18) |
Rekor terendah °C (°F) | 22 (72) |
21 (70) |
18 (64) |
20 (68) |
21 (70) |
21 (70) |
21 (70) |
20 (68) |
20 (68) |
17 (63) |
21 (70) |
21 (70) |
17 (63) |
Curah hujan mm (inci) | 90 (3.54) |
74 (2.91) |
86 (3.39) |
83 (3.27) |
96 (3.78) |
103 (4.06) |
98 (3.86) |
73 (2.87) |
73 (2.87) |
82 (3.23) |
74 (2.91) |
82 (3.23) |
1.014 (39,92) |
Rata-rata hari hujan | 8 | 6 | 7 | 7 | 8 | 9 | 9 | 7 | 7 | 6 | 7 | 7 | 88 |
% kelembapan | 75 | 76.5 | 75.5 | 76 | 75.5 | 76.5 | 77 | 74 | 74.5 | 73 | 73 | 74.5 | 75 |
Rata-rata sinar matahari bulanan | 252 | 247 | 221 | 194 | 183 | 177 | 175 | 205 | 216 | 255 | 263 | 276 | 2.664 |
Sumber #1: Weatherbase[6] | |||||||||||||
Sumber #2: BMKG[7] |
Jarak
Jarak antara ibu kota provinsi (Kota Palu) ke daerah kabupaten tergantung situasi dan kondisi lalu lintas:[8]
No | Destinasi | Jarak (KM) | Akses |
---|---|---|---|
1 | Poso | 212 | Darat |
2 | Luwuk | 595 | |
3 | Baolan | 424 | |
4 | Banawa | 41 | |
5 | Parigi | 79 | |
6 | Bungku Tengah | 501 | |
7 | Kolonodale | 416 | |
8 | Buol | 591 | |
9 | Bora | 26 | |
10 | Ampana Kota | 365 | |
11 | Salakan | 607 + 46 mil | Darat + Laut |
12 | Banggai | 607 + 96 mil |
Pemerintahan
Daftar Wali Kota
Wali Kota Palu | |
---|---|
Pemerintah Kota Palu | |
Kediaman | Rumah Jabatan Wali Kota Palu |
Masa jabatan | 5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan |
Pendahulu | Wali Kota Administratif Palu |
Dibentuk | 1995 |
Pejabat pertama | Rully Azis Lamadjido |
Wakil | Wakil Wali Kota Palu |
Situs web | Situs web resmi |
Berikut adalah daftar Wali Kota Palu secara definitif sejak tahun 1995 di bawah Pemerintah Republik Indonesia.[9]
Wali kota administratif
Sebelum menjadi sebuah kota, Palu merupakan kota administratif dan merupakan bagian dari Kabupaten Donggala.
Wali Kota Administratif Palu Kabupaten Donggala | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
No. | Wali Kota Administratif | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Ref. | ||||
1 | Kisman Abdullah |
Non Partai | 1978 | 1986 | 7–8 tahun | [10] | |||||
2 | Syahbuddin Labadjo |
Non Partai | 1986 | 1994 | 7–8 tahun |
Wali kota madya
Wali Kota Palu | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
No. | Wali Kota | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | ||
1 | Rully Azis Lamadjido |
Non Partai | 1995 | 2000 | 4–5 tahun | 1 (1995) |
Tidak ada | ||||
2 | Baso Lamakarate |
Non Partai | 2000 | 2004 | 3–4 tahun | 2 (2000) |
Suardin Suebo 2000–2004 |
[ket. 1] | |||
3 | Suardin Suebo |
Non Partai | 17 Mei 2004 | 12 Oktober 2005 | 1 tahun, 148 hari | Lowong | [11] | ||||
4 | Rusdy Mastura (lahir 1950) |
Golkar | 12 Oktober 2005 | 12 Oktober 2010 | 5 tahun, 0 hari | 3 (2005) |
Suardin Suebo 2000–2008 |
[12][13] | |||
12 Oktober 2010 | 12 Oktober 2015 | 5 tahun, 0 hari | 4 (2010) |
Andi Mulhanan Tombolotutu 2008–2015 |
[14] | ||||||
5 | Hidayat (lahir 1963) |
PKB | 17 Februari 2016 | 17 Februari 2021 | 5 tahun, 0 hari | 5 (2015) |
Sigit Purnomo Said | ||||
6 | Hadianto Rasyid (lahir 1975) |
Hanura | 26 Februari 2021 | Petahana | 3 tahun, 262 hari | 6 (2020) |
Reny Lamadjido |
- Catatan
- ^ Meninggal dunia pada saat menjabat
</onlyinclude>
Pengganti sementara
Dalam tumpuk pemerintahan, seorang kepala daerah yang mengajukan diri untuk cuti atau berhenti sementara dari jabatannya kepada pemerintah pusat, maka Menteri Dalam Negeri menyiapkan penggantinya yang merupakan birokrat di pemerintah daerah atau bahkan wakil wali kota, termasuk ketika posisi wali kota berada dalam masa transisi.
Potret | Wali Kota | Partai | Awal | Akhir | Durasi | Periode | Definitif | Ref. | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
M. Hidayat Lamakarate (Penjabat) (lahir 1970) |
Non Partisan | 12 Oktober 2015 | 17 Februari 2016 | 128 hari | — | Transisi | [15][16] | |||
Sigit Purnomo Said (Pelaksana Tugas) (lahir 1979) |
PAN | 26 September 2020 | 5 Desember 2020 | 70 hari | 5 (2015) |
Hidayat | [17] | |||
Asri (Pelaksana Harian) |
Non Partisan | 17 Februari 2021 | 26 Februari 2021 | 9 hari | — | Transisi | [18] |
Lihat Pula
Referensi
- ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05. Diakses tanggal 21 Juli 2021.
- ^ "Kota Palu Dalam Angka 2020" (pdf). www.palukota.bps.go.id. hlm. 48. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-28. Diakses tanggal 20 Januari 2021.
- ^ "Kota Palu Dalam Angka 2016". www.palukota.bps.go.id. hlm. 159. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-28. Diakses tanggal 20 Januari 2021.
- ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021" (pdf). www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 14 Maret 2022.
- ^ a b c d Pemerintah Kota Palu. (2009). Palu Kota Dua Wajah. Palu: CACDS.
- ^ "PALU, INDONESIA". weatherbase.com. Diakses tanggal 15 Juli 2017.
- ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 85 & 149. Diakses tanggal 15 Oktober 2024.
- ^ "BPS Prov Sulawesi Tengah". sulteng.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-03. Diakses tanggal 2021-12-03.
- ^ "Semarak Pekan Budaya Ala Kemdikbud di Palu". monitor.co.id. Diakses tanggal 2017-11-21.
- ^ "6 Wajah Pemimpin Kota Palu". SeputarPalu. Palu. 7 Oktober 2014. Diakses tanggal 20 Februari 2016.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Syamsuddin (24 Mei 2004). "Suardin Suebo Resmi Jadi Wali kota Palu"[pranala nonaktif permanen]. Cybernews & Detik.com. Diakses tanggal 20 Februari 2016
- ^ ADO (9 Agustus 2005). "Rusdy Mastura Wali Kota Palu Periode 2005-2010". Liputan6.com. Diakses tanggal 20 Februari 2016.
- ^ "Ministers, Mayors and Participating City Leaders: HE Rusdy Mastura". World Cities Summit. Diakses tanggal 20 Februari 2016.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Tim Penyusun dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Kota Palu (September 2014). Profil Kota Palu 2014 (PDF) (Laporan). Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Kota Palu. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-02-25. Diakses tanggal 20 Februari 2016.
- ^ AFD (19 Oktober 2015). "Hidayat Lamakarate dilantik jadi Penjabat Wali Kota Palu". Berita Palu. Palu. Diakses tanggal 20 Februari 2016.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Hidayat Lamakarate Penjabat Wali kota Palu". Pemerintah Kota Palu. Pemerintah Kota Palu. 16 November 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-05-02. Diakses tanggal 20 Februari 2016.
- ^ "Pasha Ungu Ditunjuk Jadi Plt Wali Kota Palu". detik.com. 27-09-2020. Diakses tanggal 12-01-2024.
- ^ "Gubernur Tunjuk Sekkot Jadi Pelaksana Harian Walikota Palu". sultengnews.com. 17-02-2021. Diakses tanggal 12-01-2024.
fifing s hut dkk morowali, morowali
Dewan Perwakilan
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Palu dalam dua periode terakhir.[1][2] <onlyinclude>
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | ||
---|---|---|---|
2014-2019 | 2019-2024 | ||
PKB | 3 | 3 | |
Gerindra | 6 | 6 | |
PDI-P | 3 | 3 | |
Golkar | 6 | 5 | |
NasDem | 2 | 4 | |
PKS | 3 | 4 | |
Perindo | (baru) 1 | ||
PPP | 1 | 0 | |
PAN | 4 | 2 | |
Hanura | 4 | 4 | |
Demokrat | 3 | 3 | |
Jumlah Anggota | 35 | 35 | |
Jumlah Partai | 10 | 10 |
Kecamatan
Kota Palu terdiri dari 8 Kecamatan dan 46 Kelurahan dengan luas wilayah 395,06 km² dan jumlah penduduk sebesar 363.867 jiwa dengan sebaran penduduk 921 jiwa/km².[3][4] Sebelumnya, Kota Palu terbagi atas 4 Kecamatan sesuai arah mata angin yaitu Kecamatan Palu Barat, Kecamatan Palu Timur, Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan Palu Selatan. Empat kecamatan baru yang mekar itu adalah Kecamatan Tatanga, Kecamatan Ulujadi, Kecamatan Mantikulore dan Kecamatan Tawaeli. Pemekaran ini sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang pemekaran kecamatan.
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Palu, adalah sebagai berikut:
Kode Kemendagri |
Kecamatan | Jumlah Kelurahan |
Daftar Kelurahan |
---|---|---|---|
72.71.08 | Mantikulore | 8 | |
72.71.02 | Palu Barat | 6 | |
72.71.03 | Palu Selatan | 5 | |
72.71.01 | Palu Timur | 5 | |
72.71.04 | Palu Utara | 5 | |
72.71.06 | Tatanga | 6 | |
72.71.07 | Tawaeli | 5 | |
72.71.05 | Ulujadi | 6 | |
TOTAL | 46 |
Demografi
Tahun | 1990 | 2000 | 2010 | 2021 | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah penduduk | 199.495 | 268.322 | 335.297 | 372.113 | ||||||||
Sejarah kependudukan kota Palu Sumber:[5] |
Kondisi Masyarakat
Masyarakat Kota Palu sangat heterogen. Mayoritas penduduk kota ini adalah Suku Kaili yang merupakan suku asli dari Kota Palu sekaligus suku terbesar di Provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu, ada juga suku asli dari Sulawesi Tengah yang menetap di Kota Palu seperti Pamona,Mori,dll. Ada juga suku pendatang seperti Bugis, Toraja, dan Mandar yang berasal dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Gorontalo, Manado, Jawa, Arab, Tionghoa,
Kesehatan
Rumah sakit
№ | Kode | Nama Rumah Sakit | Jenis | Tipe | Alamat |
---|---|---|---|---|---|
1. | 7271051 | RSUD Madani | RSUD | C | Jalan Thalua Konchi No. 11, Mamboro, Kec. Palu Utara, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94148 |
2. | 7271014 | RSUD Undata | RSUD | A | Jalan RE. Martadinata №1, Tondo, Kec. Matikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94119 |
3. | 7271036 | RSUD Anutapura | RSUD | A | Jalan Kangkung №1, Donggala Kodi, Kec. Ulujadi, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94111 |
4. | 7271127 | RS Bhayangkara Palu | RS | C | Jalan Dr. Suharso Lorong III №2, Besusu Barat, Kec. Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94118 |
5. | 7271095 | RS Budi Agung | RS | C | Jalan Maluku №4, Lolu Selatan, Kec. Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94111 |
6. | 7271132 | RS Samaritan | RS | C | Jalan Towua №77, Tatura Selatan, Kec. Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94113 |
7. | 7271128 | RS Sis Al-Jufri | RS | C | Jalan Sis Aljufri №72, Siranindi, Kec. Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94111 |
8. | 7271133 | RS Tadulako | RS | C | Jalan Soekarno–Hatta №9, Tondo, Kec. Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94148 |
9. | 7271025 | RS Wirabuana Palu | RS | C | Jalan Sisingamangaraja №4, Besusu Timur, Kec. Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94118 |
10. | 7271040 | RS Woodward | RS | C | Jalan Woodward №1, Lolu Selatan, Kec. Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94112 |
11. | 7271131 | RSIA Care She | RSIA | C | Jalan Letjen MT. Haryono №24, Besusu Tengah, Kec. Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94118 |
12. | 7271130 | RSIA Nasana Pura | RSIA | C | Jalan H. Moh. Soeharto №10, Petobo, Kec. Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94235 |
13. | 7271084 | RSIA Sitti Masyithah | RSIA | C | Jalan WR. Supratman №7, Lere, Kec. Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94221 |
14. | 7271116 | RSIA Tinatapura | RSIA | C | Jalan Raden Saleh №31, Besusu Barat, Kec. Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah 94111 |
Ekonomi
Kota Palu menjadi salah kawasan ekonomi khusus (KEK) di Indonesia bagian timur. Berbagai persiapan untuk ditetapkan Kota Palu sebagai kawasan ekonomi khusus telah dilakukan, penyiapan lahan seluas 1.520 hektare di Kecamatan Palu Utara, yang meliputi Kelurahan Pantoloan, Baiya, dan Lambara. Lahan seluas 1.520 hektare itu akan dibagi menjadi kawasan industri seluas 700 hektare, kawasan perumahan (500 hektare), kawasan pendidikan dan penelitian (100 hektare), kawasan komersial (100 hektare), daerah olahraga (50 hektare), kawasan pergudangan (50 hektare), kawasan perkebunan dan taman (20 hektare).[6]
Pariwisata
Tempat Wisata
Jembatan Ponulele
Jembatan Ponulele atau oleh warga kota Palu, dikenal dengan Jembatan Kuning atau Jembatan IV (empat) merupakan jembatan lengkung pertama yang dibangun di Indonesia. Jembatan Kuning menawarkan pemandangan pengunungan di sisi timur dan barat Kota Palu sekaligus Teluk Palu di sisi utara. Jembatan Kuning memiliki daya tarik tersendiri, terlebih pada sore dan malam hari. Jembatan Kuning terlihat megah dengan gemerlapnya lampu-lampu yang terpasang di sepanjang jembatan. Jembatan yang panjangnya kurang lebih 250 meter, berdiri di muara Sungai Palu dan menghubungkan Kelurahan Besusu Barat di Kecamatan Palu Timur dan Kelurahan Lere di Kecamatan Palu Barat. Namun, sayang pada tanggal 28 September 2018 sore hari pukul 18.02 WITA, gempa & tsunami yang melanda Kota Palu dan sekitarnya mengakibatkan jembatan ini hancur.
Danau Sibili
Danau Sibili merupakan danau alam yang terletak di Kelurahan Pantoloan, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu. Danau ini merupakan salah satu objek wisata kebanggaan masyarakat Tawaeli karena pemandangannya yang indah. Danau yang terletak 24 km di utara pusat Kota Palu ini awalnya merupakan danau yang dijadikan tempat pemancingan ikan oleh masyarakat sekitar. Tetapi, karena seringnya pengunjung yang datang dari luar Kecamatan Tawaeli untuk datang berwisata akhirnya danau ini dijadikan salah satu objek wisata andalan di kecamatan tersebut.
Danau Sibili yang indah telah menjadi tempat wisata bagi masyarakat sekitar maupun dari luar kota Palu. Wisata yang menjadi andalan di sini adalah wisata memancing dengan berbagai jenis ikan seperti mas, bawal, mujair, gabus, dll. Di pinggir danau, ada sarana yang dapat digunakan bagi Anda yang ingin menikmati keindahan danau, seperti perahu tradisional.
Banua Oge (Sou Raja)
Banua Oge atau Souraja adalah istana dari Kerajaan Palu pada masa sebelum kemerdekaan. Kata Souraja dapat diartikan rumah besar, merupakan rumah kediaman tidak resmi dari manggan atau raja beserta keluarga-keluarganya. Rumah orang biasa atau rakyat kebanyakan meskipun bentuk dan ukurannya sama dengan Souraja.
Bangunan Souraja berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah tiang kayu balok persegi empat dari kayu keras seperti kayu ulin, bayan, atau sejenisnya. Atapnya berbentuk piramida segitiga, bagian depan dan belakang atapnya ditutup dengan papan yang dihiasi dengan ukiran disebut panapiri dan pada ujung bubungan bagian depan dan belakang diletakkan mahkota berukir disebut bangko-bangko. Seluruh bahan bangunan mulai dari lantai, dinding balok-balok terbagi atas tiga ruangan, yaitu:
Ruang depan disebut lonta karawana yang dibiarkan kosong, berfungsi untuk menerima tamu. Dahulu sebelum ada meja kursi, di ruangan ini dibentangkan tikar atau onysa. Ruangan ini juga untuk tempat tidur tamu yang menginap.
Ruangan kedua adalah ruang tengah, disebut lonta tata ugana diperuntukkan bagi tamu keluarga serta lonta rorana yaitu ruang belakang, berfungsi sebagai ruang makan, tetapi kadang-kadang ruang makan berada di lonta tatangana. Antara dinding dan dibuat kamar-kamar tidur. Khusus untuk kamar tidur perempuan atau anak-anak gadis biasanya ditempatkan di pojok belakang lonta rarana, maksudnya agar mudah diawasi oleh orang tua. Untuk tamu perempuan dan para kenalan dekat diterima di ruang makan.
Ruang dapur, sumur dan jamban dibuatkan bangunan tambahan atau ruangan lain di bagian belakang rumah induk. Untuk menghubungkan rumah induk dengan dapur atau urang avu dibuatkan jembatan beratap disebut hambate atau bahasa bugis Jongke. Di bagian ini kadang-kadang dibuatkan pekuntu yakni ruangan terbuka untuk berangin-angin anggota keluarga. Di kolong dapur diberi pagar sekeliling, sedangkan di bawah rumah induk dibiarkan terbuka dan kadang-kadang menjadi ruang kerja untuk pertukangan, atau keperluan-keperluan lainnya. Sedangkan loteng rumah dipergunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka dan lain-lain.
Secara keseluruhan, bangunan Souraja cukup unik dan artistik, lebih-lebih bila dilihat dari hiasannya yang berupa kaligrafi huruf Arab tertampang pada jelusi-jelusi pintu atau jendela, atau ukiran pada dinding, loteng, di bagian lonta-karavana, pinggira cucuran atap, papanini, bangko-bangko dengan motif bunga-bungaan dan daun-daunan. Semua hiasan tersebut melambangkan kesuburan, kemuliaan, keramah-tamahan dan kesejahteraan bagi penghuninya.
Jembatan Lalove
Jembatan Palu V atau disebut lalove merupakan jembatan penghubung dua kelurahan di Kecamatan Tatanga dan Kecamatan Palu selatan yang terpisah oleh sungai Palu. pembangunan Jembatan ini dibangun pada sejak Juni 2019 lalu dan diresmikan oleh bapak walikota Drs. Hidayat, M.Si pada tanggal 26 Agustus 2020.
Keunikan dari jembatan ini adalah berdirinya dua tiang duplikat seruling berwana kuning atau warga Palu menyebutnya Lalove, merupakan alat musik tiup tradisional Suku Kaili yang mendiami lembah Palu, Sulawesi Tengah.
Masjid 'Apung' Argam Bab Al Rahman
Masjid ini memiliki luas 121 meter persegi dan mampu menampung sebanyak 150 orang. Masjid ini berlantai satu dengan empat menara di ke empat sudutnya. Masjid ini sering disebut masjid apung karena posisinya menjorok 30 meter ke laut yang seakan-akan mengapung. Panorama bentang pegunungan dan Teluk Palu menambah keindahan bagi para jamaah maupun wisatawan yang ingin menikmati wisata religi di Kota Palu.[7]
Kawasan Wisata Religi Sis Al Jufrie
Kawasan ini terletak di sepanjang Jalan Sis Aljufrie, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga dan Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat. Dijalan ini terdapat berbagai macam objek wisata belanja dan objek wisata Religi. Objek wisata perbelanjaan yang ada disini adalah Pertokoan Palu Plaza. Di sini masyarakat kota Palu menjual berbagai macam kuliner, pakaian dan oleh - oleh. Objek wisata Religi di kawasan ini terletak di depan pertokoan Palu Plaza, yaitu Yayasan AL Khairaat Pusat yang merupakan Organisasi Islam Terbesar di Indonesia Timur. Di sana terdapat makam Idrus Bin Salim Al Jufrie (SIS AL JUFRIE) Pendiri AL Khairaat, Masjid AL Khairaat, Masjid Nurul Khairaat, dan Masjid Nur Sa'adah, juga beberapa sekolah berbasis Islam.
Museum Sulawesi Tengah
Museum ini adalah museum terbesar di Sulawesi Tengah, terletak di Palu Barat. Di museum ini terdapat berbagai macam replika baju adat dari semua kabupaten dan kota yang ada di Sulawesi Tengah, sejarah mengenai Sulawesi Tengah dan lain lain. Yang menarik dari museum ini adalah batu megalith berbentuk manusia yang dibuat oleh nenek moyang suku Kaili yang berasal dari Lembah Napu yang bentuknya hampir mirip dengan batu megalith berbentuk manusia di Pulau Paskah, Samudera Pasifik.
Taman Ria
Taman Ria merupakan objek wisata yang terletak di Kelurahan Lere, Palu Barat. Taman Ria sangat terkenal dengan pemandangan matahari terbenamnya yang indah. Apabila anda ke Taman Ria belum lengkap rasanya jika belum mencicipi jagung bakar, pisang gepe, dan saraba yang dijual oleh pedagang setempat.
Taipa Beach
Pantai Taipa atau yang lebih di kenal dengan sebutan Taipa Beach letaknya ditengah Kota Palu ini, kini memang menjadi ikon baru wisata di Sulawesi Tengah. Selain letaknya strategis berada tidak jauh dari pusat kota, Taipa Beach ini relatif aman dari gempuran gelombang besar karena berada diteluk Palu
Taipa Beach memang cukup ideal sebagai tujuan wisata bahari. Pantainya yang bersih ditambah hangatnya sinar matahari, bisa menjadi tempat bersantai yang sangat mengasyikkan bagi anda dan keluarga. Anda juga sekaligus dapat melihat pemandangan nan elok Gunung Gawalise dari kejauhan. Pepohonan yang menghijau di pegunungan seakan membentuk gradasi warna antara birunya langit dengan jernihnya air laut. Semua ini bisa anda nikmati dari bibir pantai atau saung dan pendopo yang berdiri berjejer disepanjang kawasan pantai ini
Fasilitas disini lengkap terdapat cafe, villa, gazebo, cottage dan juga kolam permandian.
masuk pantai taipa ini tidak gratis alias berbayar.
Monumen Tugu Nosarara Nosabatutu ( Gong Perdamaian )
Sumber Artikel : Gong Perdamaian Nusantara Palu
Gong Perdamaian Nusantara atau Monumen Nosarara Nosabatutu yang dalam Bahasa Kaili (suku asli di Sulawesi Tengah) memiliki arti bersaudara dan bersatu. Di Kota Palu pembangunan monumen Gong Perdamaian Nusantara ini dilatar belakangi oleh keprihatinan atas terjadinya kekerasan sosial dan konflik di wilayah Sulawesi Tengah seperti Poso, Sigi, dan wilayah lainnya yang telah menimbulkan duka mendalam bagi masyarakat korban kekerasan sosial dan konflik di wilayah tersebut, sehingga dirasa perlu membangun simbol-simbol perdamaian di kota Palu dengan tujuan untuk mengingatkan kembali masyarakat dan generasi berikutnya agar tidak terulang lagi kekerasan sosial dan konflik di Sulawesi Tengah.
Simbol perdamaian berupa Gong Perdamaian atau Monumen Nosarara Nosabatutu ini, diresmikan pada tanggal 11 Maret 2014 oleh Brigadir Dewa Parsana Kapolda Sulawesi Tengah, selaku pencetus Ide pembuatan monumen sebagai simbol perdamaian bertujuan sebagai dasar dalam membangun kebersamaan, kerukunan, dan mengajak seluruh komponen bangsa untuk ikut berperan aktif dalam mewujudkan keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya di Sulawesi Tengah.
Monumen ini terletak di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu. Berada di atas bukit yang berjarak 2 km di belakang Mako Polda Sulawesi Tengah, tempat ini bisa dicapai melalui jalan Soekarno-Hatta dengan jalan mendaki sekitar 10 menit dengan menggunakan kendaraan.
Gong Perdamaian Nosarara Nosabatutu memiliki beberapa tulisan disetiap bagiannya. Pada bagian depan gong terdiri dari 3 bagian lingkaran dan 1 bagian yang menonjol keluar. Lingkaran yang paling luar terdapat 444 logo beserta nama Kota dan Kabupaten yang ada di Indonesia. Lingkaran tengah terdapat 33 logo beserta nama Provinsi yang ada di negeri tercinta Indonesia, dan juga tulisan “GONG PERDAMAIAN NUSANTARA, SARANA PERSAUDARAAN DAN PEMERSATU BANGSA”. Bagian dalamnya terdapat 5 logo agama yang ada di Indonesia, yaitu agama Islam, Buddha, Kristen, Katolik dan Hindu. Sedangkan pada bagian tengah gong yang menonjol keluar terdapat gambar pulau Indonesia dan di atas gong terdapat tulisan UUD 1945.
Selain simbol gong untuk menjaga perdamaian, di Bukit Tondo juga dibangun graha yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul dan bermusyawarah, menjadi alternatif tempat rekreasi dan hiburan masyarakat di Kota Palu. Salah satu manfaat lebih dari dibangunnya tempat tersebut, adalah adanya jalan yang membelah perbukitan dapat menghubungkan Kelurahan Tondo dengan Keluruhan Paboya, sekaligus dapat berfungsi sebagai jalan evakuasi bila ada bencana tsunami.
Beragam lokasi berswa foto (selfi) yang tersedia di area ini selain juga terdapat beberapa kafe jika kita haus dan ingin menikmati minuman hangat dan makanan kecil sambil memanjakan mata dengan memandangi pemandangan hijau berbagai tumbuhan dan pepohonan yang menghiasi taman serta Teluk Palu yang indah beratapkan awan putih dan alunan live music sebagai releksasi setelah seharian penat bekerja. Tempat ini juga dilengkapi dengan mushola kecil serta toilet untuk pengunjung muslim yang akan melaksanakan solat.
Untuk mencapai Gong Perdamaian, kita akan melewati taman dan Monumen Nusarara Nusabatutu yang indah, serta kita juga harus menaiki beberapa tangga. Pada lokasi tersebut setelah mengitari beberapa tangga kita dapat menaiki bangunan tugu perdamaian Palu yang terdiri dari 3 tingkat, yang menggambarkan untuk tetap menjaga 3 keseimbangan dalam hidup manusia didunia, yaitu: hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, hubungan antara manusia dengan manusia, dan hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lokasi ini menjadi spot paling favorit bagi pengunjung karena dari ketinggian pengunjung dapat berswa foto dengan latar belakang laut dan kota Palu.
Bukit Doda Indah
Bukit Doda terletak di gunung gawalise tepatnya di Kabupaten Sigi. Panorama alamnya cukup memanjakan mata. Puncak bukit Doda ini bisa juga disebut dengan bukit Bintang.
Sebab, dapat menyaksikan banyak sekali cahaya-cahaya yang memancar dari kota Palu dan kabupaten sigi serta cahaya dari bintang-bintang di langit.[8]
Lokasi Bukit Indah Doda kira-kira 15-20 menit dari Kota Palu, tergantung dari mana berangkatnya. Misalnya, berangkat dari Palu Selatan daerah Balaikota atau pusat kota menuju sekitar Jalan Gunung Gawalise, kemudian berbelok menuju arah SMK N 4 Palu (SMK N 4 Palu ini jadi patokannya), kemudian lurus saja, jalan menuju Villa Bukit Indah Doda ini menanjak kira- kira-kira 1 km. Lokasi villa berada di sebelah kiri jalan setelah masjid Al Askar. Karena tidak ada transportasi umum yang bisa digunakan, menurut pendapat lebih baik menggunakan kendaraan pribadi, baik motor ataupun mobil agar bisa lebih leluasa menikmati waktu di villa ini. Lokasi parkiran yang cukup luas, sehingga tidak perlu khawatir.
Di bukit Ini terdapat sebuah restoran & Villa di dalamnya. Ya, restoran itu bernama"The Hills Cafe Doda" Fasilitasnya cukup lengkap terdapat Kolam permandian, Penginapan/Villa, Ruang Gym, Panggung konser dan parkir yang cukup luas.[9]
Makanan Khas
Kaledo/Uvempoi
Kaledo/uvempoi merupakan olahan daging sapi. Kaledo berasal dari kata nakaa yang berarti keras, dan ledo yang berarti tidak dalam Bahasa Kaili dialek Ledo. Sedangkan uvempoi berasal dari kata uve yang berarti air, dan poi yang berarti asam. Kaledo/uvempoi berarti daging yang dimasak hingga empuk (tidak keras) dan memiliki kuah yang berasa asam. Makanan ini memiliki bumbu yang cukup sederhana, hanya asam jawa yang masih muda, garam, dan cabai rawit. Terdapat sedikit perbedaan antara kaledo dan uvempoi yaitu kaledo menggunakan bagian tulang kaki sapi yang masih memiliki sedikit daging yang menempel (di pasar tradisional sering disebut "tulang" saja), sedangkan uvempoi menggunakan bagian rusuk. Kadang masyarakat Palu memelesetkan kata kaledo menjadi "kaki lembu Donggala", walau sebenarnya kaledo bukan hanya berasal dari Donggala. Kaledo disajikan beserta dengan nasi putih atau singkong/ubi kayu rebus.
Uta Kelo/Sayur Kelor
Uta Kelo merupakan sayur yang berbahan dasar daun kelor. Kuahnya gurih terbuat dari campuran santan kelapa dan biasanya dicampur dengan berbagai bahan seperti palola ngura/terong muda, loka ngura/pisang muda, pusu/jantung Pisang, kasubi/ubi, dan lamale/udang rebon. Pendatang di Kota Palu mungkin kurang familiar dengan olahan kelor, terutama yang berasal dari Jawa di mana daun kelor sering dikaitkan dengan ritual mistis dan bukan untuk dimakan. Sebenarnya kelor yang tumbuh di Palu sedikit berbeda dengan kelor yang tumbuh di Jawa. Daun pohon kelor di Palu biasanya lebih kecil dan tipis dibandingkan kelor di Jawa yang lebih lebar dan tebal, sehingga daun kelor di Palu lebih nikmat jika dibuat sayur, apalagi masyarakat Palu khususnya Suku Kaili akan memilih daun kelor yang dekat dengan pucuknya saja untuk dibuat sayur. Daun kelor sudah terbukti memiliki nilai gizi yang tinggi, dan kini juga diolah menjadi teh herbal.
Putu
Berbeda dengan kue putu yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, putu khas Kota Palu memiliki cita rasa yang jauh berbeda. Putu khas Palu terbuat dari ketan/pulut putih atau hitam yang dikukus, berbeda dengan kue putu yang terbuat dari tepung beras dan diwarnai dengan daun suji. Pulut yang sudah matang kemudian dicetak meggunakan bambu dan dibaluri kelapa yang dikukur. Putu sering disantap sebagai sarapan. Putu mudah dijumpai di sekitar Pantai Talise/Kampung Nelayan, pasar tradisional, bahkan di pinggir jalan.
Duo Sole
Duo sole adalah makanan khas masyarakat Kota Palu. Duo sole memiliki cita rasa asin, gurih, dan pedas. Ikan duo atau dikenal juga dengan penja atau ikan nike sering disamakan dengan ikan teri, namun sebenarnya berbeda. Ikan duo adalah larva dari ikan yang memiliki nama latin Awaous melanocephalus, yang masih berkerabat dengan ikan guppies. Duo sole sering disantap dengan putu, atau uta kelo.
Pallumara
Pallumara merupakan makanan yang berbahan dasar ikan, kunyit, asam jawa dan cabai untuk rasa pedas. Pallumara juga merupakan makanan khas Makassar. Namun terdapat sedikit perbedaan di mana pallumara di Makassar memiliki kuah cenderung kuning dan rasa yang lebih segar, sedangkan pallumara di Palu seringkali berkuah merah dan lebih pedas.
Bau Ngau/Ikan Kering
Bau ngau atau ikan kering adalah salah satu makanan khas Kota Palu. Bau Ngau biasa diolah dengan cara digoreng atau dibakar dan disajikan dengan irisan cabai, bawang merah, tomat juga perasan jeruk nipis.
Uta Dada/Sayur Santan
Uta dada [10]merupakan kuliner khas Kota Palu yang tidak hanya digemari masyarakat asli daerah ini, tetapi juga menu kesukaan masyarakat pendatang. Uta dada merupakan jenis kuliner bersantan, agak pedas, dengan aroma dan rasa khas ayam bakar/asap. Terdapat dua jenis Uta dada, yakni Uta dada ayam dan ikan, yang keduanya sama-sama dibakar/diasap. Kekuatan rasa Uta dada adalah dari proses pembakaran/pengasapan. Oleh karena itu Uta dada tidak membutuhkan bawang putih dalam campuran bumbunya karena bawang putih dapat menenggelamkan aroma asap tersebut. Bahkan, masakan khas Kaili pada umumnya juga tidak menggunakan bawang putih.
Jenis ayam yang digunakan untuk memasak Uta dada biasanya ayam kampung, dan jenis ikan yang biasa digunakan adalah ikan cakalang asap atau ikan teri medan yang telah diasapi (rono tapa dalam Bahasa Kaili). Antara Uta dada ayam dan ikan hanya terdapat sedikit perbedaan bumbu. Uta dada ayam menggunakan sereh dan sedikit air asam jawa, Sedangkan uta dada ikan tidak menggunakan sereh tetapi menggunakan tomat, bukan air asam jawa.
Tabaro Dange
Dange terbuat dari sagu (tabaro, dalam Bahasa Kaili berarti sagu, dan dange yaitu panggang) sehingga tabaro dange berarti sagu panggang. Sagu dicampur dengan kelapa parut, kemudian dipanggang di atas kayu bakar menggunakan wajan khusus yang terbuat dari tanah liat yang bentuknya lebih ceper seperti piring. Proses pembakarannya unik, di mana campuran sagu dipanggang di antara dua wajan tanah yang panas sehingga matang merata. Tabaro dange dapat dinikmati dengan ikan, atau gula merah/gula aren jika ingin rasa manis. Makanan serupa juga dikenal dengan nama ambal di Kabupaten Buol, jepa oleh Suku Mandar di Sulawesi Barat, dan juga dange di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan. Bedanya, dange di Palu dan ambal terbuat dari sagu, dange di Pangkep terbuat dari beras ketan, sedangkan jepa terbuat dari parutan singkong.
Tetu
Tetu merupakan kue basah yang berbahan dasar terigu, tepung beras, santan, dan gula aren atau gula putih. Tetu dicetak dengan wadah yang terbuat dari daun pandan besar yang telah dibentuk seperti perahu/mangkuk. Gula aren yang telah disisir atau gula putih dimasukkan ke dalam cetakan daun pandan, lalu dituangi adonan dan dikukus hingga matang. Ada petuah yang mengatakan untuk tidak membuka kukusan sebelum tetu benar-benar matang, karena akan memengaruhi hasilnya. Tetu memiliki tekstur lembut, adonan yang tawar, manis gula yang meleleh di bagian bawah, serta wangi pandan. Tetu sangat mudah dijumpai di bulan Ramadan dan dijadikan sebagai takjil. Tetu juga dikenal oleh masyarakat Suku Mandar di Sulawesi Barat. Tetu disebut juga sebagai kue perahu atau kue lampu-lampu di Sulawesi Utara dan Gorontalo.
Nasi Kuning
Kota Palu juga memiliki jenis nasi kuning yang khas. Nasi kuning di Palu biasanya disajikan dengan ikan saus (dimasak dengan cabai, tomat bawang, dll), ayam saus, telur rebus, atau gore-gore (daging yang direbus, digoreng, dan ditumis dengan bumbu dengan cita rasa manis pedas berempah, dengan tambahan ubi kayu goreng), serta sambal. Nasi kuning menjadi pilihan sarapan dan makan malam bagi masyarakat Palu.
Bawang Goreng
Meski tidak untuk dimakan begitu saja, bawang goreng menjadi pelengkap di berbagai hidangan dan merupakan salahsatu buah tangan yang cukup populer di Kota Palu. Bawang goreng Palu terbuat dari bawang varietas lokal, bukan bawang merah biasa. Bentuknya mirip seperti bawang merah, namun dengan warna yang lebih pucat nyaris putih dan sedikit kehijauan. Jenis bawang seperti ini konon kurang enak untuk digunakan sebagai bumbu masakan, dan lebih cocok untuk dijadikan bawang goreng. Bawang goreng khas Palu memiliki tekstur yang lebih padat, renyah, dan warna yang kuning keemasan dibandingkan bawang goreng dari bawang merah biasa yang biasanya lebih kecoklatan. Bawang goreng dapat dengan mudah ditemukan di toko oleh-oleh, dan di pasar tradisional. Bahkan di beberapa pasar ada yang menjual bawang goreng mentahan yang sudah diiris dan siap digoreng.
Transportasi
Transportasi Udara
Kota Palu mempunyai sebuah bandara nasional yang berada di dalam kota, yaitu Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie, terletak di Kecamatan Palu Selatan, Kelurahan Birobuli Utara.
Transportasi Laut
Kota Palu juga mempunyai sebuah Pelabuhan Nasional yang juga berada di dalam wilayah kota, yaitu Pelabuhan Pantoloan, terletak di Palu Utara, Kecamatan Tawaeli, Kelurahan Pantoloan.
Transportasi Darat
Transportasi darat di kota Palu meliputi transportasi tradisional dan modern.
Di kota Palu sedikitnya telah beroperasi 800 minibus angkutan kota (angkot) yang menjadi komuter utama di kota ini. Jumlah angkot di kota ini sering kali dianggap terlalu banyak, mengingat kota ini hanya membutuhkan sekitar 500 angkot. Hal ini berarti terdapat 2 angkot untuk seorang komuter. Biaya Rp. 4.000,- untuk orang dewasa dan Rp. 3.000,- untuk pelajar. Uniknya, meskipun trayek angkot telah ditetapkan, setiap angkot dapat saja mengantar penumpang ke mana saja sepanjang sopir angkot berkenan. Satu hal lagi yang unik adalah angkot tersebut disebut sebagai "Taksi" oleh penduduk setempat. Warna angkot ini juga hanya 1, yaitu warna biru tua.
Moda bus hanya digunakan untuk transportasi dalam skala besar dan tidak bersifat publik di dalam kota. Moda ini digunakan untuk mengangkut penumpang antar kota dalam maupun lintas provinsi.
Taksi adalah komuter paling eksklusif di kota ini. Untuk menunjukkan perbedaan dengan 'taksi' angkot, maka penduduk setempat menggunakan kata "argo" (taksi argo) untuk menyebut komuter ini yang mengacu pada argometer yang melengkapi setiap taksi.
Ojek adalah moda transportasi alternatif di kota ini. Sama seperti di kota-kota lainnya, ojek merupakan 'taksi motor' yang selalu siap mengantar penumpang langsung ke tujuannya dengan tarif yang sesuai dengan jarak tempuh tujuannya. Bila di kota-kota lain para tukang ojek menggunakan seragam, maka di kota ini Anda mungkin akan kesulitan untuk menemukannya karena tidak adanya baju seragam bagi para tukang ojek. Namun, Anda bisa menemukannya di sudut-sudut perempatan jalan atau mereka akan menawarkan jasanya langsung jika melewati Anda yang terlihat sedang menunggu di tepi jalan. Pertengahan tahun 2017 komunitas ojek palu diramaikan dengan kedatangan aplikasi ojek daring yaitu Grab
Moda transportasi tradisional ini masih dapat dijumpai di beberapa wilayah kota ini. Namun, wilayah peredarannya dibatasi agar tidak memasuki pusat kota dan hanya terbatas untuk mengangkut penumpang dan barang di sekitar lokasi pasar-pasar tradisional.
Media
Peristiwa
Gempa 2005
Pada tanggal 24 Januari 2005 pukul 04.10 WITA, gempa berkekuatan 6,2 pada Skala Richter mengguncang Palu. Pusat gempa terjadi di Desa Bora Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, 16 km arah tenggara Kota Palu tepatnya, di kedalaman 30 km. Gempa itu berada pada 1°03′ LS - 119°99′ BT. Warga panik dan langsung mengungsi karena takut kemungkinan adanya tsunami seperti yang terjadi di Aceh. Sebagian dari mereka melarikan diri ke perbukitan dan pegunungan. Akibatnya, satu orang meninggal, empat orang cedera dan 177 bangunan rusak. Warga sekitar Biromaru Malah Mengungsi didekat tempat pusat gempa.
Gempa 2018
Pada tanggal 28 September 2018 pukul 18.02 WITA, gempa berkekuatan 7,4 Mw mengguncang daerah Donggala, Palu, Sigi dan sekitarnya. Selain korban jiwa, gempa dan tsunami menyebabkan sarana dan prasarana rusak. Salah satunya Jembatan Kuning yang menjadi ikon Kota Palu ambruk. Berikut informasi terkini terkait bangunan yang rusak:
- Bangunan dan utilitas kota sepanjang Teluk Palu yang tersapu tsunami dengan radius pencapaian gelombang rata-rata 300 meter dari bibir pantai.
- Hotel Roa-Roa berlantai 8 di Jalan Pattimura rata dengan tanah. Di hotel terdapat 76 kamar dari 80 kamar yang terisi oleh tamu.
- Permukiman padat Perumahan Nasional Perumnas Balaroa, Palu Barat yang terdampak likuifaksi, setidaknya lebih dari 1800 bangunan amblas 4 meter dan 550 korban meninggal dunia tertimbun tanah dan reruntuhan. Kawasan terdampak likuifaksi di zonasi sebagai kawasan dilarang membangun (red zone).
- Permukiman beserta lahan pertanian di Kelurahan Petobo yang terdampak likuifaksi.
- Desa Jono Oge dan Desa Sibalaya Kabupaten Sigi dan lahan pertanian sekitar terdampak likuifaksi.
- Bandar udara Mutiara SIS Al-jufri mengalami kerusakan pada landasan pacu sepanjang 400 meter dari panjang utama 2400 meter, menara pemantau (ATC) roboh dengan 1 korban meninggal dunia, dan bangunan utama bandar udara yang rusak dan retak.
- Pusat perbelanjaan atau salah satu mal terbesar di kota Palu, Mall Tatura Jalan Emmy Saelan ambruk.
- Pusat perbelanjaan Palu Grand Mall terletak di jalan Diponegoro terhempas tsunami terletak persis berhadapan dengan Teluk Palu.
- Hotel Mercure terletak di jalan Cumi-cumi dan Hotel Palu Golden terletak di jalan Raden Saleh rusak dan terhempas tsunami.
- Arena Festival Pesona Palu Nomoni merupakan kawasan sepanjang teluk sebagai tempat acara utama Hari jadi Kota Palu dimana terdapat ratusan hingga ribuan orang pengisi acara.
- Gedung Anutapura Medical Centre (AMC) di Rumah Sakit Anutapura yang berlantai empat di Jalan Kangkung, Palu roboh
- Jembatan Kuning Ponulele roboh diguncang gempa dan diterjang tsunami.
- Jalur trans Sulawesi Palu dari Polo-Poso-Makassar tertutup longsor, jalur trans Sulawesi Palu-Mamuju-Makassar, dan jalur trans Sulawesi Palu-Donggala-Toli-toli tertutup material tsunami.
- Garis patahan sesar Palu-Koro terlihat mengalami pergeseran tanah mendatar kurang lebih hingga 5,5 meter membentuk garis lurus membelah kota yang ditandai dengan bengkoknya jalan-jalan strategis kota di antaranya Jalan Cumi-cumi, jalan Diponegoro, jalan Lasoso, jalan Asam, jalan Kedondong, jalan Pipa air, jalan Cemara, jalan Manggis, jalan Kamboja (Perumnas Balaroa), hingga jalan Padanjakaya, semuanya membentuk garis dengan perpindahan yang sama.
Lihat pula
Referensi
- ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Palu 2014-2019
- ^ "Perolehan Kursi DPRD Kota Palu 2019-2024". Diarsipkan dari versi asli Periksa nilai
|url=
(bantuan) tanggal 2013-07-11. Diakses tanggal 2022-01-24. - ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
- ^ palukota.bps.go.id Pertumbuhan dan Total Penduduk Diarsipkan 2020-04-27 di Wayback Machine.. Diakses pada 23 Januari 2012.
- ^ Kompas.com. (27 Februari 2012). Palu Bisa Menjadi Pusat Budaya Sulawesi. Diakses pada 4 Juni 2014 11:21 dari http://oase.kompas.com/read/2012/02/27/16481582/Palu.Bisa.Menjadi.Pusat.Budaya.Sulawesi[pranala nonaktif permanen]
- ^ Kompas.com. (19 Januari 2011). Palu Bakal Punya Masjid Terapung. Diakses pada 4 Juni 2014 11:47 dari http://regional.kompas.com/read/2011/01/19/20054943/Palu.Bakal.Punya.Masjid.Terapung Diarsipkan 2013-10-19 di Wayback Machine.
- ^ Kompasiana.com. "Memanjakan Mata di Vila Bukit Indah Doda". KOMPASIANA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-31. Diakses tanggal 2022-05-23.
- ^ "Review Villa Bukit Indah Doda | Ruang Cindi" (dalam bahasa Inggris). 2022-02-13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-30. Diakses tanggal 2022-05-23.
- ^ "Uta Dada, Kuliner Khas Palu dan Rahasia Memasaknya | aginamo". aginamo.blogspot.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-30. Diakses tanggal 2022-05-23.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi Diarsipkan 2006-03-15 di Wayback Machine.
- (Inggris) "Six killed in Indonesian blast", Sydney Morning Herald, 31 Desember 2005
- (Indonesia) Kota Palu Diarsipkan 2017-07-23 di Wayback Machine.