Danau Ayamaru
Danau Ayamaru terletak di Semenanjung Doberai, sekitar 170 kilometer dari selatan Kota Sorong. Danau-danau ini berada di hamparan karst (gamping atau kapur) yang dikenal sebagai Plato Ayamaru di ketinggian 280–385 meter di atas permukaan laut (mdpl).[1] Danau ini merupakan perluasan aliran Sungai Ayamaru yang membentuk sebuah rangkaian tiga danau, yang terdiri dari Danau Jow, Danau Semitu, dan Danau Yate.[2]
Danau Ayamaru | |
---|---|
Letak | Distrik Ayamaru, Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya |
Koordinat | 1°16′S 132°12′E / 1.267°S 132.200°E |
Aliran masuk utama | Sungai Framu |
Aliran keluar utama | Sungai Ayamaru dan Sungai Kais |
Terletak di negara | Indonesia |
Area permukaan | 8,9 km2 (3,4 sq mi) hingga 10,85 km2 (4,19 sq mi) tergantung musim |
Kedalaman rata-rata | 30 ft (9,1 m) |
Kedalaman maksimal | 40 ft (12 m) |
Ketinggian permukaan | 180 ft (55 m) |
Kepulauan | Pulau Kaymundan |
Etimologi
suntingNama danau ini merupakan perpaduan dua kata "aya" (air) dan "maru" (danau). Nama yang sama juga disandang oleh kota terbesar di semenanjung ini. Ibu Kota Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya, sejak pemekaran wilayah ini dari Kabupaten Sorong Selatan pada 2009. Kota Ayamaru dapat ditempuh sekitar 7 jam dari Kota Sorong melalui perjalanan darat yang berliku dengan turunan serta tanjakan terjal.[1]
Kawasan danau
suntingDanau Ayamaru terdiri dari: Danau Jow dengan panjang 7 km dan lebar 2 km, Danau Semitu dengan panjang 2 km dan lebar 1,5 km, dan Danau Yate dengan panjang 3 km dan lebar tak sampai 1,5 km;[2] yang bersinambung membentuk kaskade di satu daerah aliran sungai (DAS) Ayamaru. Ketiga danau ini bertipe Paternoster atau dalam istilah limnologi merupakan rangkaian danau serupa tasbih di elevasi yang menurun secara bertahap. Limnologi yaitu ilmu yang mempelajari ekosistem perairan-perairan daratan.[1]
Pembentukan Danau Ayamaru mengikuti pembentukan daratan Papua yang cukup kompleks dan didesain oleh aktivitas tumbukan antara dua lempeng besar bumi, yaitu lempeng Pasifik di sebelah utara yang bergerak relatif ke arah barat dan lempeng Australia yang relatif bergerak ke utara. Aktivitas ini mendorong terjadinya pelipatan dan pengangkatan yang dikenal sebagai Orogenesa Melanesia pada zaman Miosen awal yang membentuk kawasan karst Ayamaru.[1]
Danau-danau ini bukanlah danau purba (ancient lake), karena yang termuda berumur sekitar 10.000 tahun (Holosen pertengahan). Danau ini berada di geomorfologi karst yang relatif masih alami dan dikelilingi bukit-bukit. Intinya, merupakan terumbu karang yang terangkatkan. Kawasan karst umumnya tidak mampu menahan limpahan air selama musim hujan secara langgeng, sehingga saat kemarau tiba hanya tersisa sedikit air.[1]
Suatu kawasan karst akan memiliki sifat hidrologi bersifat khusus, mengikuti fungsi derajat kartifikasi, luas, kedalaman, dan kerumitan dari kawasan tersebut. Hidrologi karst, selain berkaitan dengan sungai di atas permukaan bumi, juga sungai di bawah permukaan bumi dengan batas-batas yang tidak jelas. Kondisi karst inilah yang menciptakan sifat fisik Danau Ayamaru yang mengalami periode pasang surut secara musiman.[1]
Danau seluas 980 hektare ini memiliki kedalaman maksimum 6 meter. Hamparan perairan selagi musim hujan berubah menjadi kolam-kolam kecil dangkal saat kemarau.[1]
Belum diketahui secara pasti penyebab penyusutan perairan. Apakah ini suatu fenomena yang berlangsung secara periodik, atau apakah kawasan karst sudah menunjukkan kepekaannya terhadap perubahan iklim global menyangkut daya tahan yang rendah untuk menyimpan air.[1]
Flora dan Fauna
suntingHamparan daratan yang terbentuk di sebagian wilayah perairannya ditumbuhi flora semi-akuatik. Kondisi ini mirip danau-danau paparan banjir (floodplain lakes) di Pulau Kalimantan yang mengalami fluktuasi muka air sejalan pola banjiran sungai-sungai yang mempengaruhinya.[1]
Danau Ayamaru adalah habitat ikan-ikan pelangi irian berupa: spesies Melanotaenia boosemani, M. ajamaruensis dan M. fasinensis, yang keberadaannya bersifat endemik dan langka. Pada awal 1990-an, ikan-ikan ini dieksploitasi secara besar-besaran untuk komoditas ikan hias ekspor. Hingga saat ini, populasinya diindikasikan sudah sangat menurun selain dengan ancaman spesies invasif. Melanotaenia boosemani, merupakan ikan cantik pelangi irian yang diminati sebagai ikan hias komoditas ekspor.[1]
Letak Danau Ayamaru di Pulau Papua mengingat lokasinya yang terbilang berdekatan dengan wilayah Australia: setiap periode musim kering danau ini menjadi tempat singgah burung-burung migran terutama dari Australia. Tercatat empat jenis burung migran yang singgah di danau ini, Ephippiorhynchus asiaticus, Himantopus leucocephalus, Platalea regia, Threskiornis aethiopicus.[1]
Terdapat suatu kepentingan internasional seiring keberadaan burung-burung migran tersebut, terkait Konvensi Ramsar yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia. Sehingga perlu ditetapkan adanya perlindungan kawasan lahan basah sebagai habitat burung migran. Kekhawatiran akan ancaman lingkingan juga dirasakan oleh warga lokal yang dahulu biasa mencuci, mandi, dan berenang di tepian danau.[1]