Kolonoskopi virtual

Revisi sejak 12 November 2023 10.39 oleh JumadilM (bicara | kontrib) (membetulkan ejaan)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kolonoskopi virtual adalah kolonoskopi tanpa menggunakan alat kolonoskop, tetapi menggunakan alat pencitraan seperti pemindai tomografi terkomputasi dan pencitraan resonansi magnetik.[1] Kolonoskopi virtual disebut juga kolonoskopi maya. Pemindai tomografi terkomputasi menggunakan radioaktif, sedangkan pencitraan resonansi magnetik tidak menggunakan radioaktif. Namun keduamya dapat menghasilkan gambar 3D dengan resolusi yang tinggi (tergantung alatnya).

Kolonoskopi virtual
Intervensi
MeSHD023881
MedlinePlus007253

Prosedur

sunting
Video ini memeperlihatkan kolonoskopi virtual dari rectosigmoid colon. Ada 10-mm polip di sigmoid colon terlihat pada bagian atas frame pada pertengahan tayang ini.

Persiapan untuk kolonoskopi virtual bermacam-macam, pasien biasanya diberikan obat urus-urus (laxative) atau obat minum lainnya sehari (malam) sebelumnya untuk membersihkan usus besar dari kotoran. Kapsul besar bulat (suppository) juga digunakan untuk membersihkan bagian pelepasan (rektum) dari kotoran yang tersisa. Prosedur ini masih sama dengan kolonoskopi biasa. Bisa juga pasien menerima 'faecal tagging' untuk menutupi kotoran denagn zat tertentu yang masih tersisa dari pemakaian obat urus-urus. Hal ini memungkinkan seorang radiologist melihat gambar 3D di atas kotoran yang tertutupi itu tanpa menghasilkan positip palsu.

Penelitian ini memebutuhkan waktu hanya 10 menit, karena hasil gambar dapat ditayang ulangkan untuk diteliti lebih lanjut kemudian, sedangkan kolonoskopi biasanya memerlukan waktu lebih lama. Kolonoskopi virtual juga tidak memerlukan obat penenang saraf (sedative), sedangkan kolonoskopi biasa memakainya, karena ada selang fleksibel yang dimasukkan melalui dubur (invasif) yang biasanya tidak disukai pasien.

Prosedurnya:

  • Pasien hadap miring pada meja pemeriksaan.
  • Pasien mungkin diberikan Butylscopolamine melalui vena untuk meminimalkan aktivitas otot di area tersebut.
  • Selang kecil dimasukkan ke dubur, sehingga udara dapat dipompakan melaluinya untuk menggelembungkan usus besar untuk memperjelas tampilan gambar.
  • Meja dipindahkan ke alat pencitraan untuk menghasilkan serangkaian gambar penampang sepanjang usus besar dalam 2D. Program komputer membuat rangkaian gambar tersebut menjadi 3D secara langsung (instan).
  • Pasien diharapkan menahan nafas selama proses pencitraan berlangsung, agar gambar yang dihasilkan tidak terganggu.
  • Pencitraan diulangi dengan pasien hadap miring berbalikan dengan hadap miring sebelumnya.

Pasien dapat segera melakukan aktivitas biasa sesudah prosedur ini dilakukan, tetapi jika ada ketidakabnormalan, maka pasien harus melanjutkan dengan kolonoskopi biasa/konvensional hari itu juga untuk pengambilan sampel biopsi dan pembersihan polip.[2]

Keuntungan

sunting

Kolonoskopi virtual lebih nyaman daripada kolonoskopi biasa. Tidak menggunakan obat penenang saraf (sedatif), maka pasien dapat segera melakukan aktivitas normal dan tak perlu dipapah/bantuan orang lain. Tanpa sedatif, maka risiko berkurang selama prosedur berlangsung, karena beberapa pasien memberikan reaksi penolakan terhadap sedatif pada kolonoskopi biasa.[3] Membutuhkan waktu yang lebih sedikit daripada kolononoskopi biasa.[4]

Kolonoskopi virtual memberikan keuntungan kedua, yakni menyembuhkan penyakit atau ketidaknormalan dari luar usus besar.[5]

Kerugian

sunting

Menurut article Diarsipkan 2011-05-14 di Wayback Machine. pada niddk.nih.gov, kerugian yang utama dari kolonoskopi virtual adalah tidak dapat mengambil sampel untuk biopsi atau menghilangkan polip, jadi kolonoskopi biasa harus dilakukan, jika ketidaknormalan ditemukan. Juga kolonoskopi virtual tidak dapat mencitrakan polip dengan diameter kecil antara 2-10mm, dimana koloskopi biasa dapat lebih mendetail.[6] Kolonoskopi virtual menggunakan CT Scan juga meradiasi pasien beberapa milligray.[7] Sejumlah peneliti telah mendemostrasikan bahwa penggunaan radiasi sangat rendah efektif dalam mendeteksi usus besar, karena serapan x-ray yang berbeda antara udara dan jaringan lunak pada dinding dalam usus besar.

Kolonoskopi virtual adalah "standar emas" untuk penapis tumor/kanker usus besar yang dilakukan oleh banyak komunitas medis dan penelitian. Bagaimanapun, sejumlah radiologist hanya merekomendasikan kolonoskopi virtual untuk penapisan kanker usus besar saja. Kolonoskopi virtual menjadi favorit sejumlah profesional, karena memungkinkan penglihatan pada seluruh usus besar, yang mana memberikan kesempatan lebih untuk mendeteksi polip pra-kanker dan kankernya, dan segera dapat melakukan biopsi untuk penetapan diagnostik dan penghilangan ketidakabnormalan tersebut.

Kolonoskopi virtual menggunakan MRI melakuakan pencitraan tanpa radiasi x-ray. Dapat mendeteksi adenoma yang lebih besar dan dan neoplasia dengan tingkat spsifisitas yang tinggi, tetapi kurang sensitif daripada kolonoskopi biasa.[8]

Alternatif

sunting

Kolonoskopi biasa paling murah, kolonoskopi virtual dengan CT Scan lebih mahal, dan menggunakan MRI lebih mahal lagi. Sekarang telah ada Penapis tumor M2-PK yang jauh lebih murah daripada kolonoskopi biasa, bisa hanya seperlimanya. Penapisan tumor M2-PK tidak perlu prosedur macam-macam seperti semua metode di atas, cukup menggunakan sampel kotoran pasien saja dan pengambilan beberapa gram kotoran tersebut bisa dilakukan di rumah oleh pasien sendiri demi kenyamanan dan mengantarkannya kemudian (tidak perlu steril, karena tidak dikultur) ke Laboratorium Klinik RS Kanker. Dapat mendeteksi polip dengan diameter minimal 10mm (di bawah 10mm biasanya tidak akan menjadi kanker atau masih mengalami proses yang panjang untuk menjadi kanker), sama dengan menggunakan kolonoskopi virtual menggunakan CT Scan. Tidak memiliki negatip palsu, berarti kalau negatip pasti negatip. Spesifisitasnya mencapai 90 persen lebih untuk mendeteksi polip atau kanker usus besar, sedangkan sensitivitasnya juga tinggi, dan positip palsunya minimal.

Referensi

sunting
  1. ^ Bielen DJ; Bosmans HT; De Wever LL; et al. (September 2005). "Clinical validation of high-resolution fast spin-echo MR colonography after colon distention with air". J Magn Reson Imaging. 22 (3): 400–5. doi:10.1002/jmri.20397. PMID 16106357. 
  2. ^ "Virtual Colonoscopy" Diarsipkan 2014-10-09 di Wayback Machine. - National Digestive Diseases Information Clearinghouse - NIH
  3. ^ Menardo G (December 2004). "Sensitivity of diagnostic examinations for colorectal polyps". Tech Coloproctol. 8 Suppl 2: s273–5. doi:10.1007/s10151-004-0175-0. PMID 15666105. 
  4. ^ Virtual Colonoscopy - Mayo Clinic. "Virtual colonoscopy is typically faster than traditional colonoscopy. A scan of your colon takes about 10 minutes. Expect the entire virtual colonoscopy procedure to take 20 to 30 minutes."
  5. ^ Yee J; Kumar NN; Godara S; et al. (August 2005). "Extracolonic abnormalities discovered incidentally at CT colonography in a male population". Radiology. 236 (2): 519–26. doi:10.1148/radiol.2362040166. PMID 16040909. Diakses tanggal 2008-12-22. 
  6. ^ Findings presented at the American College of Gastroenterology annual scientific meeting in Las Vegas, Nev. An abstract of the study was printed in the September 2006 issue of The American Journal of Gastroenterology.
  7. ^ "Does the amount of tagged stool and fluid significantly affect the radiation exposure in low-dose CT colonography performed with an automatic exposure control?". Feb 2011. PMID 20700594. 
  8. ^ "Magnetic resonance colonography for the detection of colorectal neoplasia in asymptomatic adults". Gastroenterology. Apr 2013. PMID 23415805.