Hatawano

Revisi sejak 8 Mei 2024 03.47 oleh Mfikriansori (bicara | kontrib) (Daftar pustaka)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Hatawano adalah salah satu dari dua jazirah atau tanjung di Pulau Saparua.[1] Jazirah yang satunya dikenal dengan nama Jazirah Tenggara atau Hunimoa. Keduanya diakui sebagai dua bagian dari Pulau Saparua, dengan Pulau Saparua secara keseluruhan berfungsi sebagai bagian ketiga. Hatawano sering dideskripsikan sebagai daerah Saparua Utara atau Saparua Timur Laut.

Etimologi

sunting

Nama Hatawano secara umum dimaknai sebagai "daerah yang menghadap ke rimba raya".[2] Hata berarti menghadap atau bertengadah (tegenoverliggend dalam bahasa Belanda) dan wano berarti rimba raya atau alam liar (wildernis).[3] Rimba raya atau alam liar yang dimaksud adalah Pulau Seram.[2]

Sejarah

sunting

Menurut tradisi lisan, penduduk terawal di Saparua berasal dari Pulau Seram yang menyinggahi tanjung di utara pulau. Dari tempat pendaratan tersebut, guna memastikan keamanan, mereka naik ke perbukitan dan mendirikan kampung-kampung yang pertama. Nantinya salah satu kampung tersebut berkembang dan menjelma menjadi Negeri Iha, yang sedikit banyak sistem atau struktur pemerintahannya menyerupai kerajaan.

Geografi

sunting

Wilayah pesisir Hatawano di sebelah barat menghadap ke Teluk Tuhaha, sementara di sebelah timur dan utara menghadap ke Laut Banda. Tidak ada permukiman di pesisir timur. Semua permukiman berada di pesisir barat.

Administrasi

sunting

Hatawano saat ini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Saparua Timur, Kabupaten Maluku Tengah, dan terdiri dari lima negeri dan satu negeri administratif. Keenam negeri dan negeri administratif di Hatawano, berjejer dari selatan ke utara meliputi Tuhaha, Mahu, Ihamahu, Iha, Nolloth, dan Itawaka, dengan Tuhaha sebagai pintu masuk sekaligus permukiman utamannya.[4] Tuhaha pula merupakan lokasi dari ibu kota Kecamatan Saparua Timur.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Rosmin Tutupoho 1991, hlm. 20.
  2. ^ a b M. Sapija 1984, hlm. 28.
  3. ^ 1911, hlm. 473.
  4. ^ Rosmin Tutupoho 1991, hlm. 21.

Daftar pustaka

sunting
  • M. Sapija (1984). Kisah Perjuangan Pattimura. Jakarta: Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional. hlm. 28. 
  • Tutupoho, Rosmin (1991). Pengendalian sosial tradisional daerah Maluku. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 20, 21. 
  • "Beschrijving der Toenmalige Residentiën op Hitoe en de Oeliasers, benevens van Seram". Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde van Nederlandsch-Indië. 65 (3): 473. 1911. Diakses tanggal 8 Mei 2024.