Kabupaten Karanganyar (Kebumen)

Revisi sejak 9 Mei 2024 04.35 oleh Aditya Trihatmanto (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kabupaten Karanganyar atau Kadipaten Roma (bahasa Jawa: ꦏꦧꦸꦥꦠꦺꦤꦏꦫꦔꦚꦂ, translit. Kabupatén Karanganyar) adalah sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang telah dihapuskan sejak tahun 1936 dan digabungkan ke Kabupaten Kebumen. Dasar hukum penghapusan dari Kabupaten Karanganyar adalah Staatblad No 629 Tahun 1935 yang ditandatangani oleh De Jonge selaku Gubernur Jendral Hindia Belanda (1931-1936).[1] Asal usul berdirinya Kabupaten Karanganyar ialah pada tahun 1543 yaitu peristiwa penggabungan antara Pucang dan Kaleng menjadi Remo atau Roma yang kemudian dikenal Karanganyar. Kabupaten ini sempat mengalami beberapa kali pergantian nama, mulai dari Jatinegara, Roma hingga Karanganyar. Ibukota Kabupaten Karanganyar terletak di Kecamatan Karanganyar, Kebumen.[2]

Peta Kabupaten Karanganyar, Kebumen sebelum dilebur dengan Kabupaten Kebumen tahun 1936.

Banyak tokoh terkenal yang berasal dari Kabupaten Karanganyar seperti Pangeran Kertanegara atau Banyakwide (leluhur dari Prabowo Subianto, Ki Sawunggalih (Tokoh syiar di Bagelen yang diabadikan menjadi nama kereta api), dan R.A.A. Tirtokoesomo (Ketua pertama Boedi Oetomo).

Alun-alun Besar Karanganyar Kebumen peninggalan eks Kabupaten Karanganyar, merupakan Alun-alun terbesar se Kebumen saat ini dengan luas 4 ha.

Sejarah

sunting
 
Buku WETAN KALI KULON KALI membahas sejarah Peleburan Kabupaten Karanganyar ke Kabupaten Kebumen karya Teguh Hindarto, S.Sos., M.Th.

Sejarah berdirinya Kabupaten Karanganyar tercatat dalam buku ”De Orloog Op Java van 1825 Tot 1830, 1850” yang ditulis oleh AWP Weitzel. Dimana munculnya daerah atau Kadipaten Roma (Karanganyar) yang dibentuk dari penggabungan antara Pucang dan Kaleng pada tahun 1543 pada masa Kesultanan Demak.[3]

Karanganyar yang dahulunya bernama Roma atau Remo pernah masuk bagian dari Karesidenan Bagelen bersama kabupaten baru lainnya yaitu, Purworejo, Kutoarjo, Kebumen, dan Ledok (Wonosobo). Semua kabupaten baru ini menggantikan administrasi lama sekitar 1831/1832 pasca Perang Jawa berakhir (1825-1830). Semawung berganti menjadi Kutoarjo, Brengkelan berganti menjadi Purworejo, Panjer berganti menjadi Kebumen, Remo atau Roma berganti menjadi Karanganyar.[4]

Karanganyar, bersama Purworejo, Kutoarjo, Kebumen, Karanganyar, Ledok (Wonosobo) menjadi sebuah kabupaten di bawah Karesidenan Bagelen dariu tahun 1831-1900. Kemudian karesidenan Bagelen dihapus dan digantikan menjadi Karesidenan Kedu dari tahun 1901-1945. Karanganyar, selain pernah berada di bawah Karesidenan Bagelen dan Kedu juga pernah menjadi bagian dari Karesidenan Banyumas Selatan dari tahun 1928-1933.

Dan pada 1 Januari 1936, Kabupaten Karanganyar yang muncul kembali itu bergabung dengan Kebumen dengan nama Kebumen pada masa Arungbinang VIII. Tanggal itu kemudian dijadikan dasar Hari Jadi Kebumen yang diperingati hingga sekarang.

Geografi

sunting

Wilayah dari Kabupaten Karanganyar berdasarkan laporan koran De Locomotief bertanggal 21 Maret 1874, meliputi 5 (lima) Kawedanan (Distrik) antara lain, Kawedanan Kuta Karanganyar, Kawedanan Pejagoan, Kawedanan Gombong, Kawedanan Puring dan Kawedanan Rowokele/Ayah. Jika saat ini maka Kabupaten Karanganyar meliputi: Karanganyar, Gombong, Sruweng, Pejagoan, Karanggayam, Klirong, Adimulyo, Petanahan, Kuwarasan, Buayan, Puring, Sempor, Ayah, Rowokele dan sebagian Tambak (Banyumas).

Pembubaran

sunting

Tanggal 31 Desember 1935 merupakan bulan kelabu bagi Kabupaten Karanganyar. Nasibnya sebagai sebuah kabupaten yang berdiri pasca berakhirnya Perang Jawa harus berakhir. Karanganyar harus menerima sebuah kenyataan zaman di mana bersama dua kabupaten lainnya yaitu Batang dan Purwokerto harus mengalami nasib yang sama yaitu dihapuskan statusnya sebagai sebuah kabupaten. Tahun sebelumnya (1934) Kutoarjo telah lebih dahulu mengalami nasib dihapus statusnya sebagai sebuah kabupaten (Regenten Wisseling, De Locomotief, 21 Januari 1936).[5] Alasan pembubaran ini adalah faktor krisis besar yang sedang melanda dunia pada kala itu, Pemerintah Hindia Belanda menghadapinya dengan melakukan penghematan besar-besaran salah satunya dengan menghapus lalu menggabungkan beberapa kabupaten.

Padahal pada saat itu Kabupaten Karanganyar secara wilayah lebih luas dari Kabupaten Kebumen, selain itu Kabupaten Karanganyar juga lebih kaya secara ekonomi karena memiliki potensi unggulan seperti pertanian, peternakan, industri rumahan, industri bata - genteng dan masih banyak lainnya. Akibatnya, kebijakan pembubaran tersebut mendapatkan tentangan keras khususnya dari Dewan Kabupaten. Banyak pihak yang menilai bahwa pembubaran Kabupaten Karanganyar tidak terlepas dari politik anti perjuangan yang dilakukan Belanda, hal tersebut didukung oleh banyaknya tokoh penting perjuangan Hindia Belanda yang menjabat di Kabupaten Karanganyar.

Peninggalan

sunting

Kabupaten Karanganyar banyak meninggalkan jejak sejarahnya meskipun telah lama dibubarkan, khususnya di Kecamatan Karanganyar, Kebumen yang dahulunya merupakan bekas ibukota kabupaten tersebut. Peninggalannya antara lain Alun - alun Besar Karanganyar Kebumen, Masjid Agung Al Mujahidin, Komplek Kantor Bupati Karanganyar (sekarang menjadi Kantor Kecamatan Karanganyar, SMP Negeri 1 Karanganyar, SMP Negeri 2 Karanganyar, SD Negeri 1 Karanganyar, SMK Bina Karya dan SMK Taman Siswa), Rumah Sakit (RS) Panti Nirmolo (sekarang menjadi Puskesmas Karanganyar) dan masih banyak lainnya disekitar Kota Karanganyar.

 
Kantor Kecamatan Karanganyar dan sekolah-sekolah disekitarnya dengan luas total 5,71 ha dahulunya Komplek Kantor Bupati Karanganyar.
 
Masjid Agung Al Mujahidin Karanganyar Kebumen peninggalan eks Kabupaten Karanganyar

Pemerintahan

sunting

Kabupaten Karanganyar sejak tahun 1831 telah mengadopsi sistem pemerintahan yang modern ala Hindia Belanda yaitu Regenschap (konsep daerah TK. II ala Belanda). Berikut Bupati yang pernah memimpin di Karanganyar sejak 1831 yaitu :

  1. Raden Tumenggung Djaja Diningrat (1831 -1864) kemudian pindah menjadi Bupati Wonosobo Tahun 1864;
  2. Kanjeng Raden Tumenggung Kertanegara I (1864-1885) yang merupakan leluhur dari Presiden Ke - 8 Indonesia, Prabowo Subianto.
  3. Kanjeng Raden Tumenggung Soekadis Kertanegara II (1885-1902). Beliau wafat dan tidak berputra sehingga tidak ada pengganti.
  4. Kanjeng Raden Tumenggung Tirtokoesoemo I (1902-1912). Sebelumnya menjadi Patih di Magelang. Selain gelar “Ario” juga memperoleh gelar Officer Oranje Nassau dari pemerintahan Belanda dan mendapatkan julukan merkwaardigen man (pria yang luar biasa) yang telah mengabdikan dirinya demi kepentingan pemerintah dan rakyat wafat tahun 1924. Pengaruh Bupati Karanganyar ini sangat kuat dikalangan nasionalis sehingga pada kongres I Boedi Oetomo di Yogyakarta berhasil menetapkan nama Tirtoekoesoemo Bupati Karanganyar, menjadi Ketua Boedi Oetomo. Bupati Tirtoekoesoemo juga berhasil di bidang pertanian beliau juga memelopori lumbung desa dan mendirikan koperasi “Sedyo Madjoe” yang menampung kelapa rakyat sampai berdirinya pabrik minyak kelapa. Peran lainnya adalah mendirikan Javaansche Meijesschool te Karang – Anjar (Sekolah Perempuan Jawa di Karnganyar)
  5. R. Iskandar Tirtokoesoemo ( 12 April 1912 sd 31 Desember 1935) beliau lahir 31 Januari 1884 pada masa pemerintahannya Karanganyar disebut sebagai kabupaten yang mandiri sehingga menerima Songsong kuning sebuah penghargaan atas prestasi daerah yang maju. Bukan sekedar piawai dalam ilmu pemerintahan karena latar belakang pendidikan Belandanya namun beliau juga memiliki kepedulian dalam kesehatan warga Karanganyar. Pada 1 Januari tahun 1919 berdirilah sebuah rumah sakit pribumi bernama Nirmolo yang menggunakan metode pengobatan Eropa.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ Hindarto, Teguh (2021). Wetan Kali Kulon Kali Mengenang Kabupaten Karanganyar Hingga Penggabungan Dengan Kabupaten Kebumen 1936. ISBN 9786230230011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-04-21. Diakses tanggal 2012-08-18. 
  2. ^ "Sejarah Kabupaten Karanganyar Kebumen". www.inikebumen.net. 2021. Diakses tanggal 2022-09-25. 
  3. ^ Wietzel, AWP (1853). De oorlog op Java van 1825 tot 1830. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-04-21. Diakses tanggal 2012-08-18. 
  4. ^ Hindarto, Teguh (2021). Wetan Kali Kulon Kali Mengenang Kabupaten Karanganyar Hingga Penggabungan Dengan Kabupaten Kebumen 1936. ISBN 9786230230011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-04-21. Diakses tanggal 2012-08-18. 
  5. ^ Hindarto, Teguh. "Perspektif Sosiologis Penghapusan Kabupaten Karanganyar Sebagai Dampak Depresi Ekonomi 1930-an". Jurnal Simulacra (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-04-20. 
  6. ^ Kebumen, Kabupaten. "HARI DAN TANGGAL BERDIRINYA KABUPATEN KARANGANYAR". kebumenkab.go.id. Diakses tanggal 2024-04-20.