Sejarah Kalimantan Selatan merupakan catatan historis dari sebuah kawasan yang semula dihuni manusia prasejarah hingga menjadi kawasan provinsial berpemerintahan, yakni provinsi Kalimantan Selatan.

Masa Sebelum Abad ke-9

Gedung Mahligai Pancasila salah satu bangunan dalam kompleks rumah jabatan Gubernur Kalimantan Selatan

Masa Kerajaan Negara Daha

  • 1025, migrasi suku Melayu dari Kerajaan Sriwijaya akibat serangan tentara Cola Mandala (India).
  • 1355, Empu Jatmika mendirikan pemukiman dan Candi Laras (Margasari) dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa daerah aliran sungai Amas dan menobatkan dirinya sebagai raja Kerajaan Negara Dipa sebagai bawahan Raja Kuripan yang tidak memiliki keturunan. Kemudian Empu Jatmika menaklukan penduduk asli batang Tabalong, Balangan, Pitap, Alai, Labuan Amas, Amandit serta daerah perbukitan yang dihuni suku Bukit, selanjutnya mendirikan Candi Agung (Amuntai) sebagai ibukota yang baru, tetapi pelabuhan perdagangan tetap di Muara Rampiau. Ia menjadi penguasa Candi Agung, Candi Laras dan Kuripan.
  • 1360, Lambung Mangkurat, Patih Kerajaan Negara Dipa berangkat ke Majapahit untuk melamar Raden Putra, sebagai calon suami Putri Junjung Buih.
  • 1362, Wilayah Barito, Tabalong dan Sawuku menjadi daerah taklukan Kerajaan Majapahit. Hancurnya Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit berhasil menjadi raja Negara Dipa.
  • 1362–1448, berdirinya Kerajaan Negara Dipa dibawah Maharaja Suryanata.
  • 1385–1421, masa pemerintahan Pangeran Surya Gangga Wangsa.
  • 1421–1436, masa pemerintah Raden Carang Lalean.
  • 1436–1448, masa pemerintahan Putri Kalungsu.
  • 1448-1526, masa Kerajaan Negara Daha, Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburungan menjadi Raja pertama.
  • 1448, Bandar Muara Bahan ditetapkan sebagai Bandar kerajaan menggantikan Bandar Muhara Rampiau, ditunjuk Patih Arya Taranggana putera Aria Magatsari memimpin di bandar itu.
  • 1448–1486, masa pemerintahan Raden Sekar Sungsang dengan gelar Maharaja Sari Kaburangan.
  • 1486–1515, masa pemerintahan Raden Paksa dengan gelar Maharaja Sukarama.
  • 1511, migrasi suku melayu akibat runtuhnya Kerajaan Malaka diserang Portugis, migrant ini mendiami sepanjang sungai Kuin.
  • 1515, Maharaja Sukarama wafat, diwasiatkan yang menjadi raja adalah Pangeran Samudera.
  • 1515-1519, masa pemerintahan Arya Mangkubumi yang kemudian dibunuh Sa’ban atas suruhan Pangeran Tumanggung. Pangeran Samudra melarikan diri ke hilir Barito.
  • 1518-1521, Pati Unus, Sultan Demak menaklukan kerajaan-kerajaan Kalimantan, seperti Tanjungpura/Sukadana, Lawai dan Sambas sebelum menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1521.
  • 1519–1526, masa pemerintahan Pangeran Tumanggung (Raden Panjang).

Masa Kesultanan Banjar

Tahun 1520-1668

  • 1520, penobatan Raden Samudera oleh Patih Masih sebagai raja di Muara Kuin dengan gelar Pangeran Samudera.
  • 6 September 1526, pertempuran antara Kerajaan Banjar dipimpin Pangeran Samudera dengan Kerajaan Negara Daha dipimpin Pangeran Tumenggung di Jingah Besar, Pangeran Samudra dibantu Kesultanan Demak.
  • 24 September 1526, kemenangan Pangeran Samudra dan pembentukan Kesultanan Banjar, dengan memasukkan Kerajaan Nagara Daha.
  • 1526-1545, masa pemerintahan Pangeran Samudera.
  • 24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H, Pangeran Samudera memeluk Islam dengan gelar di dalam khutbah Sultan Suryanullah/Sultan Suriansyah.
  • 1550-1570, masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
  • 1570-1620, masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
  • 1520-1620, masa pemerintahan Marhum Panembahan dengan gelar Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.
  • 1596, Belanda merampas 2 perahu lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
  • 14 Februari 1606, Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk Michaelszoon tewas terbunuh.
  • 1612, Belanda menembak hancur Istana Raja di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Kayu Tangi.[1]
  • 1620 – 1637, masa pemerintahan Ratu Agung dengan gelar Sultan Inayatullah (Raja V).
  • 1634, VOC-Belanda mengirim 6 kapal dibawah pimpinan Gijsbert van Londensteijn kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Batrentz.
  • 29 November 1635, VOC Belanda mendirikan kantor dagang di Banjarmasin di bawah pimpinan Wollebrandt Gelenysen de Jonge.
  • 1637 – 1642, masa pemerintahan Ratu Anom dengan gelar Sultan Saidulllah (Raja VI).
  • 1638, seorang Asisten Belanda terbunuh di Benua Anyar, pertempuran juga menewakan 64 orang bangsa Belanda, selanjutnya 27 orang Martapura terbunuh, dibalas 40 orang Belanda tewas.
  • 1642 – 1660, masa pemerintahan Pangeran Ratu dengan gelar Sultan Rakyat Allah (Raja VII).
  • 1660 – 1663, masa pemerintahan Raden Bagus (Suria Angsa) dengan gelar Sultan Amrullah Bagus Kasuma (Raja VIII).
  • 1660, diadakan perjanjian perdamaian antara Belanda dan Banjar; Pangeran Dipati Tuha (Suria Negara) bin Sultan Saidullah mengamankan wilayah Tanah Bumbu dari pendatang. [2]
  • 1663 – 1679, masa pemerintahan Pangeran Suryanata II degan gelar Sultan Agung.
  • 1664, perubahan nama Banjarmasih menjadi Banjarmassingh (dialek Belanda).
  • 1668, Portugis mendatangkan pendeta Katolik bernama Jentigmilia ke wilayah Kesultanan Banjarmasin.[3]

Tahun 1680-1858

  • 1680–1700, masa pemerintahan Sultan Tahlilullah/Amrulllah Bagus Kasuma kembali.
  • 1714, Kapten Daniel Beeckman mengunjungi Banjar (Kuin).[4]
  • 1720-an Banjarmasin memiliki pelabuhan perdagangan yang setara dengan Makassar.[5]
  • 1700–1734, masa pemerintahan Sultan Ilhamidullah (Sultan Kuning).
  • 1733, panglima perang anak buah dari La maddukelleng gagal merebut Banjarmasin.[6]
  • 1734-1759, masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura.
  • 1734, VOC-Belanda membuat perjanjian monopoli lada dengan Sultan Banjar dan mendirikan benteng di Banjarmasin.[7]
  • 1734, Puana Dekke meminjam tanah di wilayah Tanah Kusan kepada Sultan Tamjidullah I yang dinamakan kampung Pagatan, kemudian Sultan Sulaiman menganugerahi gelar kapitan (panglima) kepada Hasan La Pangewa, yaitu Kapitan Laut Pulo sebagai raja pertama Kerajaan Pagatan.
  • 1759–1761, masa pemerintahan Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah dengan gelar Sultan Muhammadillah.
  • Tahun 1747, Belanda menduduki Banjarmasin.[8][9]
  • 1761–1801, masa pemerintahan Sultan Tahmidullah II/Sunan Nata Alam
  • 1780, Ratu Intan I menjabat Raja negeri Cantung dan Batulicin, sedangkan Pangeran Prabu menjadi raja negeri Sampanahan, Bangkalaan, Manunggul dan Cengal serta Pangeran Layah menjadi raja negeri Buntar Laut.[2]Kota Banjarmasin di bawah otoritas Pangeran Dupa, putera tertua Sultan Banjar[10]
  • 14 Mei 1787, Pangeran Amir (raja Kusan, kakek Pangeran Antasari) menyerang Martapura dengan tentara Bugis, namun ditangkap Belanda, selanjutnya diasingkan ke Srilangka.
  • 13 Agustus 1787, Sultan Tamjidullah I membuat kontrak perjanjian dengan VOC-Belanda.
  • 1792, VOC menempatkan administrasi sipil (onderkoopman) di Banjarmasin seperti sebelumnya.[11]
  • 1801–1825, masa pemerintahan Sultan Sulaiman Saidullah II.
  • 1815–1816, Inggris menguasai Maluka, Liang Anggang, Kurau dan Pulau Lamai dibawah Alexander Hare yang menjadi Resident-commissioner sejak 1812. Kelak dinamakan Distrik Maluka[12][13][14][15]
  • 1825–1857, masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiqu billah.
  • 1825, bulan Juli, Raja Tanah Bumbu Pangeran Aji Jawi membuat kontrak politik dengan Hindia Belanda.
  • 1826, Sultan Adam membuat kontrak perjanjian dengan Hindia Belanda.
  • 1832, Pangeran Haji Musa menjabar raja Batulicin (1832-1840), raja Bangkalaan (1838-1840).
  • 1835, 15 Muharam 1251 H, pemberlakuan Undang-Undang Sultan Adam (UUSA 1835).
  • 1835, Zending dari Jerman mulai bekerja di selatan Kalimantan.[16]
  • 1841, Pangeran Mangku Bumi (Gusti Ali) menjabat raja Sampanahan sebagai kerajaan mandiri setelah mangkatnya atasannya Raja Aji Jawi.
  • 1846, Daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo.[17]
  • 1849, Berdasarkan Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849 dibentuk wester-afdeeling van Borneo dan zuid-ooster-afdeeling van Borneo[18]
  • 1855, Pemekaran dan pembentukan beberapa afdeeling baru[19]
  • 1852, Sultan Muda Abdul Rahman mangkat karena diracun diduga atas perintah Pangeran Prabu Anom.[20]
  • 8 Agustus 1852, pengangkatan Pangeran Tamjidillah II sebagai Sultan Muda, merangkap Mangkubumi yang sudah dijabatnya sebelumnya menggantikan Ratu Anom Mangkubumi Kencana.
  • 30 April 1856, Belanda menerima konsesi tambang batu bara yang ditandatangani Sultan Adam.
  • 9 Oktober 1856, Pengangkatan Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi, sedangkan Sultan Muda tetap Pangeran Tamjidillah II.
  • 1 November 1857, Sultan Adam wafat.1 November 1857[21]
  • 3 November 1857 – 25 Juni 1859, masa pemerintahan Sultan Tamjidillah II yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar.
  • 3 November 1857, pertemuan rencana perang melawan Belanda di Martapura, antara Pangeran Hidayatullah, Pangeran Prabu Anom dan Nyai Ratu Kamala Sari (permaisuri Sultan Adam).
  • 23 Februari 1858, Pangeran Prabu Anom (anak Sultan Adam) dibuang ke Bandung.
  • September 1858, Tumenggung Jalil tidak mau lagi membayar pajak kepada Belanda.

Masa Perang Banjar

Tahun 1859

  • 2 Februari 1859, kedatangan bantuan tentara Belanda dengan Kapal Arjuna, namun 3 hari kemudian dipulangkan lagi ke Batavia.
  • Februari 1859, Ratu Kemala Sari dan anak-anaknya menyerahkan kerajaan dengan Pangeran Hidayatullah.
  • 28 April 1859, pecahnya Perang Banjar, Pasukan Antasari dengan 300 prajurit menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron. Serangan di Marabahan, Gunung Jabuk dan Tabanio, dipimpin Demang Lehman, Haji Buyasin dan Kiai Langlang. Serangan di Pulau Petak, Pulau Telo dan di sepanjang Sungai Barito, dipimpin Tumenggung Surapati dan Pambakal Sulil. Sweeping di Banua Lima, dipimpin Tumenggung Jalil, Pambakal Gafur, Duwahap, Dulahat dan Penghulu Abdul Gani serta serangan terhadap Kapal Cipanas di Martapura.
  • 29 April 1859, tambang batu bara Oranye Nassau diserbu.
  • 1 Mei 1859, pasukan Antasari menyerang tambang batu baru Juliana Hermina, serangan di Kalangan, Banyu Irang dan Bangkal dipimpin Pangeran Arya Ardi Kesuma.
  • Juni 1859, pertempuran di Sungai Basarah dipimpin Pambakal Sulil.
  • 8 Juni 1859, Belanda mengumumkan keadaan darurat perang.
  • 12 Juni 1859, bantuan tentara Belanda datang dengan Kapal Arjuna, Celebes, Montrado, Bone dan van Os.
  • 14 Juni 1859, pertemuan Pangeran Hidayat dengan Augustus Johannes Andresen, namun buntu.
  • 15 juni 1859, Sweeping oleh Belanda di Martapura.
  • 17 Juni 1859, pertempuran di Sungai Raya.
  • 25 Juni 1859, Sultan Tamjidillah II dimakhzulkan oleh Belanda, terjadi pertempuran di Cempaka.
  • 30 Juni 1859, serangan ke Martapura dipimpin Demang Lehman, 10 pejuang gugur.
  • Juli 1859, tenggelamnya Kapal Cipanas di Pulau Kanamit.
  • 16 Juli 1859, Sultan Tamjidillah II dan Pangeran Adipati Panoto Negoro Adiprojo di buang ke Jawa.
  • Agustus 1859, serangan ke Banjarmasin dipimpin Kiai Mangun Karsa, pertempuran di benteng Tabanio, dipimpin Demang Lehman dan Haji Buyasin.[22]
  • September 1859, pertemuan Pangeran Hidayat dengan panglima-panglima, Pangeran Hidayat dinobatkan menjadi Raja.
  • 27 September 1859, pertempuran di Gunung Lawak, dipimpin Demang Lehman, Aminullah, Antaludin dan Ali Akbar.
  • 28 September 1859, bantuan tentara Belanda dari Surabaya.
  • 13 November 1859, Gustave Verspijck, mengeluarkan ultimatum agar Pangeran Hidayatullah menyerah dalam 20 hari.
  • 14 November 1859, gugurnya Pambakal Sulil di Sungai Basarah.
  • 23 Desember 1859, pertempuran di Kuala Kapuas oleh suku Dayak.
  • 26 Desember 1859, tenggelamnya Kapal Onrust oleh Tumenggung Surapati di Lontontour.
  • Desember 1859, Tumenggung Antaluddin bersama dengan Demang Lehman, Pangeran Aminullah, Kusin dan Ali Akbar, mempertahankan Benteng Munggu Tayur.

Tahun 1860

  • 2 Januari 1860, serangan terhadap Kapal van Os di Pulau Petak
  • 9 Februari 1860, serangan terhadap Kapal Suriname di Lontontour hingga mengalami kerusakan dan pertempuran Masjid Amuntai.
  • 22 Februari 1860, serangan terhadap Kapal Montrado di Lontontour.
  • 31 Maret 1860, penyerbuan Benteng Amawang, dipimpin Demang Lehman.
  • 18 Maret 1860, pertempuran di Pamangkih, Walangku, Kasarangan, Pantai Hambawang, Barabai dan Aluan.
  • 15 Mei 1860, pertempuran di Tanjung, dipimpin Tumenggung Jalil.
  • 11 Juni 1860, Kesultanan Banjar dihapuskan secara sepihak oleh Belanda dengan proklamasi yang ditandatangani Residen Surakarta Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen yang merangkap Komisaris Pemerintah Belanda untuk Daerah Afdeeling Borneo Selatan-Timur.
  • 9 Agustus 1860, serangan terhadap Benteng Kelua, dipimpin Pangeran Antasari.
  • 17 Agustus 1860, Pangeran Antasari mendirikan Benteng Tabalong.
  • 27 Agustus 1860, serangan di Martapura dipimpin Pangeran Muda.
  • September 1860, pertempuran di Rumpanang dan Tambarangan, dipimpin Singa Jaya.
  • 3 September 1860, Pertempuran Benteng Madang pertama, dipimpin Demang Lehman dan Tumenggung Antaludin.
  • 4 September 1860, pertempuran Benteng Madang kedua.
  • 13 September 1860, pertempuran Benteng Madang ketiga.
  • 15 September 1860, pertempuran di Sungai Malang, Amuntai, dipimpin H. Abdullah.
  • 18 September 1860, pertempuran Benteng Madang keempat.
  • 22 September 1860, pertempuran Benteng Madang kelima.
  • 13 Oktober 1860, pertempuran Benteng Batu Mandi, dipimpin Tumenggung Jalil.
  • 17 Oktober 1860, pertempuran di Jati, dipimpin Kyai Jayapati.
  • 25 Oktober 1860, pertempuran di Bulanin, dipimpin Demang Lehman.
  • 27 Oktober 1860, pertempuran di Jati lagi, dipimpin Kyai Jayapati dan Demang Jaya Negara Seman.
  • November 1860, pertempuran di masjid Jati, dipimpin Tumenggung Diparaksa.
  • 1 November 1860, Belanda mendinamit bangkai Kapal Onrust di Lontontour.

Tahun 1861

  • 24 Februari 1861, pertempuran di Amalang dan Maleno, dipimpin Demang Lehman dan Guna Wijaya.
  • 3 Maret 1861, pertempuran di Rantau, dipimpin Jaya Warna.
  • 19 Maret 1861, pertempuran di Karang Intan, dipimpin Tumenggung Gamar.
  • 21 April 1861, Pertempuran benteng Amawang, 2 tahun Perang Banjar, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Demang Lehman, tewasnya Von Ende.
  • 23 April 1861, serangan di Bincau.
  • April 1861, penangkapan dan hukuman mati untuk Pangeran Kasuma Ningrat (paman Pangeran Hidayat), Kyai Nakut dan Pambakal Mataminserta pertempuran di Binuang, Tumpakan Mati, Karang Jawa, Kandangan dan Nagara.
  • 4 Mei 1861, pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda.
  • 13 Mei 1861, pertempuran di Gunung Wowong, Karau, Dayu dan Sihong.
  • 16 Mei 1861, serangan di Paringin, dipimpin H. Dulgani.
  • 18 Mei 1861, pertempuran di Pagat.
  • 27 Mei 1861, pertempuran di Barabai, dipimpin Gusti Wahid.
  • Mei 1861, pertempuran di Martapura, Tanah Laut, Rantau, Kandangan, Barabai, Amuntai, Paringin, Tabalong dan daerah Barito.
  • 10 Juni 1861, pertempuran di Gunung Kupang, Awang Bangkal dan Batu Mahalon.
  • 18 Juni 1861, serangan awal di Martapura.
  • 19 Juni 1861, pertempuran di Gunung Pamaton, dipimpin Pangeran Hidayatullah.
  • 20 Juni 1861, pertempuran di Kuala Tambangan, dipimpin Tumenggung Gamar.
  • 22 Juni 1861, serangan di Mataraman dan Suwatu, dipimpin Pambakal Mail dan Tumenggung Buko.
  • 3 Juli 1861, serangan di benteng Barabai, dipimpin Raksa Yuda.
  • 18, 22, 24 Juli 1861, pertempuran di Buntok.
  • Agustus 1861, pertempuran di Gunung Pamaton dan Gunung Halau-halau, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Kiai Cakrawati (Galuh Sarinah).
  • 1 Agustus 1861, pertempuran di benteng Limpasu, tewasnya Letnan Hoyyel.
  • 10 Agustus 1861, pertempuran di benteng Pagger, dipimpin Pangeran Singa Terbang.
  • 2 September 1861, pertempuran di benteng Batu Putih, gugurnya Pangeran Singa Anum dan Gusti Matali.
  • 24 September 1861, gugurnya Tumenggung Jalil pada pertempuran Benteng Tundakan.
  • 2 Oktober 1861, Demang Lehman masuk Martapura menemui Regent Martapura.
  • 6 oktober 1861, Demang Lehman ke Banjarmasin berunding dengan Resident Verpyck, perundingan secara empat mata, selesai perundingan rombongan kembali ke Martapura.
  • 8 Oktober 1861, pertempuran di Habang dan Kriniang, dipimpin H. Badur.
  • 18 Oktober 1861, pertempuran di Banua Lawas dipimpin H. Badur.
  • Oktober 1861, pertempuran di Banua Lawas dan Teluk Pelaeng, gugur 18 orang.
  • 6 November 1861, pertempuran di Pelari, dipimpin Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati.
  • 8 November 1861, pertempuran di Gunung Tungka dipimpin Pangeran Antasari, Tumenggung Surapati dan Gusti Umar, tewasnya Kapten Van Vloten.
  • 9 November 1861, serangan di Teluk Selasih, tewasnya Regent Amuntai.
  • 25 Nopember 1861, pertemuan Pangeran Hidayatullah dengan Demang Lehman dan diputuskan Pangeran Hidayatullah menemui Ibu Ratu Siti di Martapura.
  • November 1861, pertempuran di Gunung Marta Niti Biru dan Kria Wijaya Bepintu, dipimpin Kyai Karta Nagara.
  • 5 Desember 1861, pertempuran di Jatuh dipimpin Penghulu Muda, tewasnya Opsir Koch.
  • 15 Desember 1861, pertempuran di Banua Lawas, tewasnya Letnan Ajudan I Cateau van Rosevelt.
  • 16 Desember 1861, terbunuhnya Kontrolir Fujick di Margasari dan Letnan Croes juga tewas di Sungai Jaya, oleh Tagab Obang.

Tahun 1862-1905

  • 28 Januari 1862, Pangeran Hidayatullah dan Ratu Siti masuk Martapura, berdiam di rumah Residen Martapura.
  • 30-31 Januari 1862, perundingan antara Pangeran Hidayatullah dengan Regent Letnan Kolonel Verpyck di pendopo rumah Asisten Resident, Pangeran Hidayatullah tertipu oleh janji Belanda.
  • 3 Februari 1862, Pangeran Hidayatullah menuju ke Pasayangan.
  • 4 Februari 1862, Pangeran Hidayatullah meninggalkan Pasayangan menuju Pamaton serta Masjid Pasayangan yang berumur 140 tahun dibakar Belanda.
  • 22 Februari 1862, tertangkapnya Ratu Siti serta dibawanya Pangeran Wira Kasuma ke Banjarmasin.
  • 28 februari 1862, Pangeran Hidayatullah masuk Martapura menemui Ratu Siti di pendopo Regent Martapura.
  • 3 Maret 1862, Pangeran Hidayatullah dibawa dengan Kapal Bali menuju Batavia, dikawal Kontrolir Kuin Letnan Verstege.
  • 14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H), Pangeran Antasari di dinobatkan sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, sebagai kepala pemerintahan, pemimpin agama, dan panglima tertinggi pengganti Sultan Banjar.
  • 11 Oktober 1862, wafatnya Pangeran Antasari di Tanah Kampung Bayan Begok Sampirang, Murung Raya.
  • 1862 – 1905, masa pemerintahan Sultan Muhammad Seman.
  • 19 Oktober 1863, tertangkapnya Sultan Kuning.
  • 1864, serangan Tumenggung Surapati di Muara Teweh dan Montalat.
  • 27 Februari 1864, Demang Lehman dihukum gantung di lapangan Martapura, ketika tertangkap ia memegang pusaka Keris Singkir dan Tombak Kalibelah.
  • 1865, Penghulu Rasyid gugur di Kelua, Tumenggung Naro gugur di Gunung Kayu, Balangan.
  • 26 Januari 1866, H. Buyasin gugur.
  • 1867, serangan Tagap Kurdi di Amuntai.
  • 1870, serangan Panglima Wangkang di Marabahan dan Banjarmasin.
  • 1875, wafatnya Tumenggung Surapati karena sakit.
  • 1883, serangan Sultan Muhammad Seman di Tanjung, Amuntai dan Balangan.
  • 1 Juli 1883, serangan di Lampihong.
  • 1885, ditangkapnya Pangeran Perbatasari di Pahu, Kutai, kemudian ia dibuang ke Kampung Jawa Tondano, Minahasa.
  • 1886, serangan Tumenggung Gamar di Tanah Bumbu.
  • 1898, perubahan susunan pembagian administratif di Kalimantan menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178
  • 1899, Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo.
  • 1899, peristiwa Amuk Hantarukung dipimpin Bukhari
  • 1903, Banjarmasin dan Amuntai sudah mendapatkan jalur telegraf.[23]
  • 1904, wafatnya Pangeran Hidayatullah di Cianjur serta dibuangnya Gt. Muhammad Arsyad ke Bogor.
  • 24 Januari 1905, Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda di benteng Baras Kuning.
  • 24 Agustus 1905, Panglima Batur ditangkap di Muara Teweh.
  • 1906, dibuangnya Ratu Zaleha ke Bogor, berkumpul bersama suaminya (Gt. Muhammad Arsyad).

Masa Perang Kemerdekaan

Tahun 1913-1944

Tahun 1945

  • 17 April 1945, rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang, baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
  • 6 Mei 1945, pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN adalah singkatan dari Mohamad Noor).
  • 23 Agustus 1945, berdirinya organisasi kelaskaran GEMIRI (Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia) di Kandangan.
  • Agustus 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Badan Pemberontak Rakyat Kalimantan di Kandangan.
  • 2 September 1945, pemerintahan Sukarno-Hatta menunjuk Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernur Kalimantan berkedudukan di Jakarta/Yogyakarta.
  • 23 September 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Pasukan Berani Mati di Alabio.
  • November 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Laskar Syaifullah di Haruyan.
  • 9 November 1945, pertempuran di Banjarmasin melawan Sekutu.
  • 20 November 1945, berdirinya organisasi kelaskaran Gerakan Rakyat Pengajar/Pembela Indonesia Merdeka di Amuntai, Hulu Sungai Utara.
  • 1945, berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka) di Birayang, Barisan Pelopor Pemberontakan (BPPKL) di Martapura dan Banteng Borneo di Rantau, serta Laskar Hasbullah di Martapura, Pelaihari, Rantau dan Hulu Sungai.
  • 30 Oktober 1945, penyusupan Hasan Basry dan kawan-kawan dari Surabaya dengan kapal Bintang Tulen.
  • 5 - 7 Desember 1945, Pertempuran Marabahan.

Tahun 1946-1949

  • 24 September 1946, penangkapan laskar Saifullah oleh Belanda di Kandangan pada saat pasar malam.
  • 18 November 1946, pembentukan Batalyon TNI AL RI DIVISI IV (A) oleh Hasan Basry dengan melebur Banteng Indonesia dan organisasi kemiliteran lainnya.
  • Mei 1947, pertempuran di Hambawang Pulasan, Barabai, dipimpin H. Aberanie Sulaiman, 48 serdadu Belanda tewas sedangkan 1 orang pejuang gugur, yaitu Made Kawis.[27]
  • 3 Juli 1948, Belanda melantik Dewan Banjar. [28]
  • 18 Juli 1948, peristiwa pertempuran di Wawai, 16 orang pejuang gugur.
  • Agustus 1948, pertempuran di Hambawang Pulasan, dekat Barabai dipimpin Aliansyah.
  • 21 Desember 1948, pertempuran Hawang, Hulu Sungai Tengah.
  • 2 Januari 1949, pertempuran di Negara di Hulu Sungai Selatan, (Palagan Nagara).
  • 7 Januari 1949, pembentukan Panitia Persiapan Proklamasi Kalimantan, dengan ketua H. Aberanie Sulaiman.
  • 6 Februari, pertempuran Pagatan di Tanah Bumbu.
  • 14 Februari 1949, pertempuran di Batu Tangga, 2 orang pejuang gugur.
  • 15 April 1949, Pertempuran Batakan di Tanah Laut.
  • 15 Mei 1949, perumusan teks proklamasi di Telaga Langsat, dipimpin H. Aberanie Sulaiman.
  • 16 Mei 1949, penandatanganan teks proklamasi Kalimantan di Ni'ih oleh Hasan Basry.
  • 17 Mei 1949, Proklamasi Gubernur Tentara AL RI DIVISI IV (A) Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).
  • 3 Juni 1949, Pertempuran Serangan Umum Kota Tanjung di Tabalong.
  • 8 Agustus 1949, Pertempuran Garis Demarkasi di Karang Jawa.
  • 2 September 1949, perundingan antara TNI AL RI DIVISI (A), yaitu Hasan Basry dengan Belanda diwakili Mayor Jenderal Suharjo dan UNCI sebagai penengah di Munggu Raya, Kandangan.
  • 2 September 1949, pengakuan Angkatan Perang Republik Indonesia terhadap TNI AL RI DIVISI (A) sebagai bagian dari angkatan perang dan mengangkat Hasan Basry sebagai Komandan Batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.
  • 1 November 1949, peleburan TNI AL RI DIVISI (A) ke dalam TNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat dengan panglima Letkol Hasan Basry dan Kepala Staf Mayor H. Aberani Sulaiman.

Masa Pembangunan

Tahun 1950-1965

  • 4 April 1950, penghapusan daerah Banjar, Dayak Besar dan Kalimantan Tenggara dari Republik Indonesia Serikat, kemudian dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Yogyakarta.
  • 01 Juni 1950, pembentukan Kabupaten Kotabaru.
  • 29 Juni 1950, Kepmendagri No. C/17/15/3 wilayah Kalimantan dibagi menjadi 6 Kabupaten Administratif dan 3 Swapraja. Salah satunya Afdeeling Van Hoeloe Soengai dibentuk menjadi Kabupaten Hulu Sungai dangan ibukota Kandangan.
  • 14 Agustus 1950, pembentukan Propinsi Kalimantan serta pembentukan Kabupaten Banjar.
  • 14 Agustus 1950 – 1953, masa Gubernur dr. Moerdjani.
  • 2 Desember 1950, pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan Bupati Syarkawi.
  • 2 Mei 1952, berdirinya Kabupaten Amuntai.
  • 1953–1955, masa Gubernur Mas Subardjo.
  • 14 Januari 1953, perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadi Kabupaten Hulu Sungai Utara.
  • 2-3 September 1953, musyawarah tokoh-tokoh untuk pembentukan Kabupaten Barabai.
  • 24 September 1953, wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, sebelumnya diasingkan ke Cianjur.
  • 11 Januari 1954, turun gunungnya Bulan Jihad (sahabat Ratu Zaleha) dari pedalaman Kalimantan.
  • 4 April 1954, pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Barabai di rumah Asisten Wedana Abdul Muis Ridhani, ditunjuk sebagai ketua adalah A. Zaini.
  • 1955–1957, masa Gubernur Raden Tumenggung Arya Milono.
  • 7 Desember 1956, terbentuknya Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu gabungan dari Kotawaringin, Dayak Besar, Daerah Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara.
  • 1957–1959, masa Gubernur Syarkawi.
  • 23 Mei 1957, wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar membentuk provinsi Kalimantan Tengah.
  • 1958, musyawarah masyarakat Tapin di Balai Rakyat menghasilkan Badan Musyawarah Penuntut Kabupaten Tapin, yang diketuai H Isbat
  • 15 Maret 1958, pembentukan Panitia Penuntutan Kabupaten Tabalong dengan ketua Juhri.
  • 11 November 1958, pengangkatan kerangka Pangeran Antasari di Bayan Begak, Puruk Cahu untuk dimakamkan di Kompleks Makam Pahlawan Perang Banjar di Banjarmasin.
  • 1959 – 1963, masa Gubernur Maksid.
  • 24 Desember 1959, pembentukan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
  • 4 Januari 1960, pembentukan Kabupaten Barito Kuala.
  • 22 Agustus 1960, pembekuan kegiatan PKI dan ormasnya oleh Kepala Penguasa Perang Daerah Kalimantan Selatan, Brigjen Hasan Basry.
  • 3 Juni 1961, pembentukan Panitia Penuntutan Kabuapaten Tanah Laut (Panitia 17) dengan ketua Soeparjan.
  • 1-2 Juli 1961, musyawarah besar Tanah Laut menghasilkan pembentukan Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Tuntutan Daswati II Tanah Laut yang diketuai H.M.N. Manuar.
  • 1963–1963, masa Gubernur Abu Jahid Bustami.
  • 1963–1968, masa Gubernur Aberani Sulaiman.
  • 30 November 1965, pembentukan Kabupaten Tapin.
  • 1 Desember 1965, pembentukan Kabupaten Tabalong.
  • 2 Desember 1965, pembentukan Kabupaten Tanah Laut.

Tahun 1968-2010

  • 1968–1970, masa Gubernur Jasmani.
  • 23 Maret 1968, pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Pangeran Antasari.
  • 1970–1980, masa gubernur Subarjo Sosroroyo.
  • 10 November 1974 - Oktober 1979, pembangunan Masjid Raya Sabilal Muhtadin.
  • 15 Januari 1979, wafatnya Ir. Pangeran M. Noor, Gubernur Kalimantan pertama dimakamkan di Jakarta.
  • 1980–1984, masa Gubernur Mistar Cokrokusumo.
  • 1984–1995, masa Gubernur Ir. H.M. Said.
  • 15 Juli 1984, wafatnya Brigjen Hasan Basry, dimakamkan di Liang Anggang, Banjarbaru.
  • 10 November 1991, peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur Kalimantan Selatan Ir. H. Muhammad Said.
  • 23 April 1997, peresemian Jembatan Barito oleh Presiden Soeharto.
  • 23 Mei 1997, peristiwa Jum'at Kelabu di Banjarmasin, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA/partai.
  • 1995–2000, masa Gubernur Gusti Hasan Aman.
  • 2000–2005, masa Gubernur Syahriel Darham.
  • 20 April 2000, pembentukan Kota Banjarbaru.
  • 3 November 2001, pemberian gelar Pahlawan kemerdekaan untuk Brigjen Hasan Basry.
  • 15 Desember 2004, banjir besar di Amuntai, korban mencapai 200 jiwa.
  • 8 April 2006, pembentukan Kabupaten Balangan dan Tanah Bumbu.
  • 21 Desember 2006, peresmian Taman Siring di sempadan Sungai Martapura dengan panjang 320 meter.
  • 2005-2010, masa Gubernur Rudy Ariffin - H.M. Rosehan NB.
  • 25 April 2008, peresmian Jembatan Rumpiang oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono di Barito Kuala.
  • Oktober 2008, dimulainya pembangunan runway Bandara Syamsudin Noor menuju Bandara Internasional.
  • 11 Februari 2009, pemancangan tiang pembangunan Kantor Gubernur di Banjarbaru.
  • 26 Februari 2009, dimulainya pembangunan PLTU di Asam-asam dengan kekuatan 2 x 65 megawatt.
  • 27 Mei 2009, pembukaan alur Sungai Barito bebas dari lumpur untuk jalur pelayaran dan pelabuhan.
  • 2010-2015, masa Gubernur Rudy Ariffin - Rudy Resnawan.
  • 1 Januari 2010, pemberlakuan Perda Pendidikan Al Qur'an bagi seluruh jenjang sekolah di Kalimantan Selatan.
  • 24 Juli 2010, pemberian gelar Pangeran kepada Ir. Gt. Khairul Saleh sebagai keputusan Musyawarah Tinggi Adat Banjar.
  • 12 Desember 2010, penobatan Ir. Gt. Khairul Saleh sebagai Raja Muda Kesultanan Banjar dengan gelar Pangeran Khairul Saleh.

Referensi

  1. ^ (Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. PT Balai Pustaka. hlm. 86. ISBN 979-407-409-8. ISBN 9789794074091
  2. ^ a b (Belanda) Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia, Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Jilid 1, Lange & Co., 1853.
  3. ^ (Indonesia) J. U. Lontaan, Menjelajah Kalimantan, Penerbit Baru, 1985
  4. ^ (Inggris) Dalrymple, Alexander (1769). A plan for extending the commerce of this kingdom, and of the East India company. hlm. 49. 
  5. ^ (Inggris) G. J. Knaap, Heather Sutherland, Monsoon traders: ships, skippers and commodities in eighteenth-century Makassar, KITLV Press, 2004 ISBN 906718232X, 9789067182324
  6. ^ (Indonesia) Merle Calvin Ricklefs, Sejarah Indonesia modern 1200-2004, Penerbit Serambi, 2005 ISBN 9791600120, 9789791600125
  7. ^ (Indonesia) Gamal Komandoko, Ensiklopedia pelajar & umum: buku serba tahu tentang pengetahuan umum Indonesia dan dunia untuk pelajar, mahasiswa dan umum, Pustaka Widyatama, 2010 ISBN 9796103710, 9789796103713
  8. ^ (Indonesia) Edi Songo, Genius Senior, WahyuMedia ISBN 9797950921, 9789797950927
  9. ^ (Inggris) David Bulbeck, Southeast Asian exports since the 14th century: cloves, pepper, coffee, and sugar, Institute of Southeast Asian, 1998 ISBN 9813055677, 9789813055674
  10. ^ (Inggris) The New American encyclopaedia: a popular dictionary of general knowledge, Volume 2, D. Appleton, 1865
  11. ^ (Inggris) (2007)"VOC civil administration in Indonesia, 1792". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diakses tanggal 11 August 2011. 
  12. ^ (Indonesia) Anwar, Rosihan (2004). Sejarah kecil "petite histoire" Indonesia. 2. Penerbit Buku Kompas. hlm. 137. ISBN 979-709-141-4. ISBN 9789797091415
  13. ^ Alexander Hare en Maluka (II)
  14. ^ (Inggris) Far East and Australasia 2003. Routledge. 2002. hlm. 145. ISBN 1857431332. 
  15. ^ (Inggris) "John Clunies Ross (1786-1854)". ABC News. 16 November 2004. Diakses tanggal 1 August 2011. 
  16. ^ (Indonesia) Th. van den End, Ragi Carita 1, Jilid 1 dari Ragi carita: sejarah gereja di Indonesia, BPK Gunung Mulia, 1987, ISBN 979-415-188-2, 9789794151884
  17. ^ (Inggris) Townsend, George Henry (1867). A manual of dates: a dictionary of reference to the most important events in the history of mankind to be found in authentic records (edisi ke-2). Warne. hlm. 160. 
  18. ^ (Belanda) Nederlandisch Indië (1849). "Staatsblad van Nederlandisch Indië". s.n. 
  19. ^ (Belanda) J. B. J Van Doren (1860). Bydragen tot de kennis van verschillende overzeesche landen, volken, enz. 1. J. D. Sybrandi. hlm. 241. 
  20. ^ (Indonesia) Rachman, M. Fadjroel (2007). Bulan jingga dalam kepala: novel. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 41. ISBN 9792228764. ISBN 9789792228762
  21. ^ (Belanda) (1866)De gids. 30. G. J. A. Beijerinck. hlm. 47. 
  22. ^ (Belanda) R. L. de Haes, Eenige opmerkingen over het werk getiteld: de Bandjermasinsche Krijg van 1859 tot 1863, D. Noothoven Van Goor, 1866
  23. ^ (Inggris) (2007)"TTelegraph lines in the Netherlands Indies, 1903". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diakses tanggal 11 August 2011. 
  24. ^ (Inggris) (2007)"Military garrisons in the outer islands, 1913". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diakses tanggal 11 August 2011. 
  25. ^ (Inggris) (2007)"Towns with population greater than 10,000, rest of the Netherlands Indies, 1920". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diakses tanggal 11 August 2011. 
  26. ^ (Indonesia) Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman Kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda. PT Balai Pustaka. hlm. 38. ISBN 979407411X. ISBN 9789794074114
  27. ^ http://bumibanjar.blogspot.com/2010/05/pertempuran-hambawang-pulasan-1.html
  28. ^ (Indonesia) Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer, Ediati Kamil, Kronik revolusi Indonesia, Jilid 4, Kepustakaan Populer Gramedia, 1999, ISBN 979-9023-88-2, 9789799023889