Kiai Haji Achmad Chalwani (lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 19 Desember 1954; umur 67 tahun)[1] adalah Pengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi, Berjan, Gebang, Purworejo dan Mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah

KH. Achmad Chalwani

Keluarga

KH. Achamd Chalwani adalah putera ketiga dari pasangan KH. Muhammad Nawawi dan Nyai Saodah.[2] KH. Muhammad Nawawi adalah tokoh di balik berdirinya Jam'iyyah Ahli Tarekat Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyah.[3] Berikut silsilah lengkapnya: Pangeran Senopati (Panembahan Senopati), Prabu Hanyokrowati, Sultan Agung, Sinuwun Sayyid Tegalarum (Amangkurat I), Untung Suropati, Gusti Oro-oro Wunut, Kiai Dalujah, Jindi Amoh Plak Jurang, Kiai Suratman Pacalan, Kiai Burhan Joho, Kiai Nuriman Tempel, Kiai Asnawi Tempel, KH. Zarkasyi, KH. Muhammad Shiddiq, KH. Muhammad Nawawi, Achmad Chalwani. KH. Achmad Chalwani menikah dengan Siti Sa'adah, puteri dari KH. Ahmad Abdul Haq Dalhar (Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Watucongol, Gunungpring, Muntilan, Magelang) dan dikaruniai tiga orang anak: Ashfa, Fata dan Saliq.

Kiprah Pondok Pesantren

 
KH. Achmad Chalwani bersama Syekh Ali bin Abdul Wahab

Sejak sepeninggal KH. Muhammad Nawawi pada tahun 1981, kepemimpinan pondok pesantren dilanjutkan oleh KH. Achmad Chalwani. Sebagaimana ayahandanya, sebelum melanjutkan estafet kepemimpinan, ia juga dibesarkan dan dididik dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren lainnya, disamping itu juga mendapatkan bekal pendidikan formal. Pondok pesantrenpondok pesantren tersebut antara lain:

  1. Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta.
  2. Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo, Mojoroto, Kediri, dan
  3. Pondok PesantrenPondok Pesantren lainnya.

Dalam periode inilah Pondok Pesantren An-Nawawi berkembang, terbukti dengan semakin banyaknya santri yang datang untuk mondok yang berasal dari berbagai daerah, baik dari dalam pulau jawa maupun luar pulau jawa dan bahkan ada yang datang dari luar negeri, seperti Malaysia. Sebagai pemegang pimpinan di pondok pesantren, Achmad Chalwani menyadari bahwa tujuan luhur dan mulia yang dirintis oleh para pendahulunya, adalah merupakan amanat yang wajib dibina dan dikembangkan selaras dengan perkembangan zaman dengan tidak meninggalkan ciri khas pesantren salafiyahnya. Peristiwa penting yang terjadi pada periode ini adalah dirubahnya nama Pondok Pesantren Roudlotut Thullab menjadi Pondok Pesantren An-Nawawi pada tanggal 6 Januari 1996 M, yang bertepatan dengan tanggal 16 Syakban 1416 H.

Karir

Pranala Luar

Catatan Kaki

  1. ^ An-Nawawi, Tim PP: "Mengenal KH. Nawawi", halaman 167. Penerbit Khalista, 2008
  2. ^ An-Nawawi, Tim PP: "Mengenal KH. Nawawi", halaman 29. Penerbit Khalista, 2008
  3. ^ An-Nawawi, Tim PP: "Mengenal KH. Nawawi", halaman 96. Penerbit Khalista, 2008