Gagak Item ([ɡaˈɡaʔ iˈtəm]; juga dikenal dengan judul Belanda De Zwarte Raaf) adalah film Hindia Belanda (sekarang Indonesia) tahun 1939 yang disutradarai Joshua dan Othniel Wong untuk Tan's Film. Film ini dibintangi Rd Mochtar, Roekiah, dan Eddy T. Effendi, dan mengisahkan seorang pria bertopeng berjulukan "Gagak Item". Film yang memakai kembali pemeran dan kru Terang Boelan tahun 1937 ini mendapatkan sambutan hangat setelah penayangannya. Film ini diperkirakan hilang dari peredaran.

Gagak Item
Iklan koran untuk penayangan perdana
Sutradara
ProduserTan Khoen Yauw
SkenarioSaeroen
Pemeran
Penata musikH. Dumas
SinematograferWong Bersaudara
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
  • 19 Desember 1939 (1939-12-19) (Hindia Belanda)
NegaraHindia Belanda
BahasaIndonesia

Premis

Film ini bercerita tentang kisah cinta antara seorang gadis dan pria bertopeng yang dijuluki "Gagak Item".[1]

Produksi

Gagak Item direkam menggunakan kamera hitam putih dan disutradarai Joshua dan Othniel Wong. Mereka juga mengarahkan suaranya. Film ini diproduseri Tan Khoen Yauw dari Tan's Film dan dibintangi Rd Mochtar, Roekiah, Eddy T. Effendi, dan Kartolo.[2][3] Wong Bersaudara dan para pemeran sempat terlibat dalam film Terang Boelan karya Albert Balink tahun 1937 sebelum bergabung dengan Tan's untuk film Fatima tahun 1938.[1] Film ini diiringi enam lagu yang dinyanyikan grup musik Lief Java pimpinan Hugo Dumas;[3][4] grup musik tersebut dikenal karena pertunjukan keroncong-nya, yang mencampurkan musik tradisional tersebut dengan pengaruh Portugis.[5] Lagu dalam Gagak Item dinyanyikan oleh penyanyi keroncong Annie Landouw.[3]

Saeroen, mantan jurnalis yang menjadi penulis naskah Terang Boelan dan Fatima, dikontrak sebagai penulis naskah Gagak Item. Meski judul "Gagak Item" mirip dengan Zorro, tokoh yang cukup populer di Hindia Belanda pada masa itu, bandit-bandit serupa sudah muncul di setiap pertunjukan teater awal 1930-an.[1] Saat menulis skenarionya, Saeroen menggunakan kembali formula yang ia pakai di Terang Boelan, termasuk aksi, pemandangan indah, dan komedi fisiknya.[1]

Rilis dan tanggapan

 
Rd Mochtar dan Roekiah dalam cuplikan promosi

Gagak Item tayang perdana di Cinema Palace, Batavia (sekarang Jakarta), ibu kota Hindia Belanda, pada tanggal 19 Desember 1939.[4] Film ini tayang di Surabaya, Jawa Timur, pada Maret 1940.[6] Novelisasi film baru dilaksanakan kemudian.[7] Gagak Item juga diiklankan dengan judul Belanda De Zwarte Raaf.[a][4] Setelah itu, film tersebut dinovelisasikan dan diterbitkan oleh penerbit yang bermarkas di Yogyakarta yang bernama Kolff-Buning.[7] Gagak Item adalah salah satu dari enam produksi domestik yang diluncurkan pada 1939

Ulasan anonim di Bataviaasch Nieuwsblad memuji film ini, terutama musiknya. Si kritikus beropini bahwa film ini akan sukses besar dan industri film Hindia Belanda memiliki masa depan yang menjanjikan.[3] Ulasan lain di koran yang sama menyebutkan bahwa meski "seseorang dapat menggoyang kepala orang lain, bertentangan dengan nilai budaya film-film pribumi",[b] film ini menandakan kemajuan industri perfilman. Ulasan tersebut memuji akting Roekiah yang "demure".[8]

Setelah kesuksesan Gagak Item, Wong bersaudara, Saeroen, Roekiah, dan Mochtar melanjutkan karyanya dengan Tan's Film. Produksi mereka selanjutnya, Siti Akbari (1940), mendapatkan kesuksesan yang sama, meskipun kembali tidak mendapatkan untungan seperti Terang Boelan atau Fatima.[7] Saeroen, Joshua Wong, dan Mochtar meninggalkan perusahaan tersebut pada 1940: Wong dan Mochtar karena sengketa upah, dan Saeroen kembali ke dunia jurnalisme.[9] Sampai 1941, Tan's Film memproduksi jumlah film yang lebih rendah ketimbang para saingannya, dan kemudian berhenti setelah pendudukan Jepang pada awal 1942.[10]

Gagak Item dibuat pada akhir Januari 1951.[11] Film ini bisa jadi tergolong film hilang. Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya.[12] Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.[13]

Catatan penjelas

  1. ^ Pada waktu itu, Hindia Belanda adalah koloni Belanda. Para penonton Belanda terkadang menonton film-film lokal.
  2. ^ Teks asli: "Al mag men dan het hoofd schudden over de cultureele waarde van de Inheemsche film op het huidige tijdstip, ..."

Referensi

Kutipan

Pranala luar

Templat:Link FA