Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.

Dharmakirti atau Serlingpa Dharmakirti atau yang dikenal juga dengan sebutan Suvarnadvipi Dharmakirti adalah seorang mahaguru budha dari Sriwijaya yang masih termasuk dalam silsilah Dinasti Syailendra. Dia juga dikenal sebagai guru besar Buddhis di Sumatra pada abad ke-10. Dalam sejarahnya, Serlingpa Dharmakirti pernah menjadi guru dari Atisha, seorang yang nantinya berperan penting dalam membangun gelombang kedua Buddhisme di Tibet. Salah satu hasil karya penting yang dia hasilkan adalah ’Wheel of Sharp Weapons’(Tib. blo-sbyong mtshon-cha 'khor-lo), yang merupakan catatan penting bagi aliran Mahayana.

Infobox orangDharmakirti

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran7 abad Edit nilai pada Wikidata
Kematian660 (Kalender Masehi Gregorius) Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
AgamaBuddhisme Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanfilsuf, penulis, commentator (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Murid dariLobpön Wangchuk Dé (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
MuridLhawang Lodrö (en) Terjemahkan dan Prajnakaramati (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata

Atisha (Murid Serlingpa Dharmakirti)

Atisha lahir sekitar 980 M sebagai seorang pangeran di Bengali Timur. Dia mempelajari semua jenis kitab suci, baik kitab suci aliran Mahayana maupun Hinayana, di bawah bimbingan Guru Besar bernama Rahula. Setelah menjadi seorang Guru Besar, dia masih ragu akan jalan terbaik mana yang dapat membawanya dengan cepat menuju Pencerahan Agung. Hingga akhirnya, ketika dia bepradaksina di Bodh Gaya, ia tersadarkan dari keraguannya. Dia menyadari bahwa Bodhicitta adalah jalan terbaik yang selama ini dia cari. Kemudian, dia pun mencari Guru Besar terbaik pada masa itu, yaitu Y.M. Serlingpa Dharmakirti di Sriwijaya, Sumatra, Indonesia. Selama kurang lebih 12 tahun dia belajar di bawah bimbingan Y.M. Serlingpa, hingga dia mendapat Lojong, suatu metode untuk mengembangkan Bodhicitta dengan cara melatih pikiran menyamakan dan menukar diri sendiri dengan makhluk yang lain; juga menerima dan memberi Tong-Len, yaitu berlatih secara sukarela menerima beban kesengsaraan dan penderitaan dari makhluk lain dan memberikan kepada yang lain segala kesehatan dan kebahagiaan. Dia merupakan pandita Buddhis terbesar pada abad ke-11 Masehi, juga Pemimpin Universitas Vikramasila ( Pusat pendidikan Buddhis besar terakhir di India). Setelahnya, dia menghabiskan 12 tahun terakhirnya, untuk mengajar dan menyebarkan Buddha Dharma di Tibet.

Dagpo Rinpoche Lobsang Jhampel Jhampo Gyatso (Reinkarnasi Serlingpa Dharmakirti)

 
Dagpo Rinpoche, juga dikenal dengan nama Bamchoe Rinpoche, lahir pada tahun 1932 di wilayah bagian KOngpo, di tenggara Tibet.

Dia lahir di Tibet pada tahun 1932, diyakini dan dikukuhkan oleh H.H Dalai Lama ke-13 sebagai reinkarnasi dari Suvarnadvipi Dharmakirti. Dia tumbuh dalam tradisi keviharaan yang ketat, di bawah bimbingan Guru-guru Besar seperti Kyabje Trijang Rinpoche, Kyabje Ling Rinpoche, H.H Dalai Lama ke-14. Dia menyelesaikan pelajaran lima teks besar, yaitu Pramana, Paramita, Madyamika, Abhi dharma, Vinaya, serta Tantra dan Lamrim. Saat ini di Tibet, Dagpo Rinpoche dikenal dengan nama Lama Serlingpa dan merupakan pemegang tunggal silsilah ajaran Bodhicitta yang otentik terutama tentang Tujuh instruksi menukar diri dengan makhluk lain. Dia mengunjungi Indonesia pada tahun 1988, dan sejak saat itu dia datang ke Indonesia setiap tahunnya untuk mengajarkan Dharma.

Referensi