Kejawar, Banyumas, Banyumas

desa di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.


7°25′44″S 109°29′28″E / 7.42889°S 109.49111°E / -7.42889; 109.49111

Kejawar
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBanyumas
KecamatanBanyumas
Kode pos
53192
Kode Kemendagri33.02.11.2005 Edit nilai pada Wikidata
Luas- +- 10 km2
Jumlah penduduk- +- 10.000 Penduduk
Kepadatan-


Kejawar adalah sebuah desa di Kecamatan Banyumas, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini berbatasan dengan Desa Sudagaran dan Desa Kedunguter di sebelah utara, Desa Danaraja di sebelah timur, Desa Kedunggede di sebelah barat, dan Desa Karangrau di sebelah selatan.

Desa Kejawar siap menyongsong era globalisasi dengan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusianya.

Desa Kejawar merupakan salah satu desa tertua di Kabupaten Banyumas. Terletak pada koordinat 7’25’44 LU dan 109’29’29 BT. Tepatnya 2 Km kearah selatan dari Alun-alun Banyumas. Dahulu Desa Kejawar merupakan pusat pemerintah, di desa ini dahulu terdapat Kantor Karsidenan Banyumas tempat Residen Banyumas berkantor, setelah Kantor Karsidenan atau Kantor Pembantu Gubernur Wilayah Banyumas pindah ke Purwokerto, kantor ini beralih fungsi menjadi SMEA 1 / SMK 1 Banyumas. Namun sampai saat ini tepatnya daerah sekitar SMK 1 Banyumas dan daerah sekitar terminal Banyumas orang tetap menyebutnya daerah Karesidenan. Desa Kejawar meliputi Dusun Karangpucung, Dusun Kalikunir, Kejawar Kulon, Kejawar Wetan dan Beji.

Sebagai desa tertua Desa Kejawar telah mengalami beberapa pergantian pucuk pimpinan. Adapun yang telah atau sedang menjabat Kepala Desa Kejawar adalah sebagai berikut:

  1. Atmo Suwirjo
  2. Toto Kuswantoro
  3. Ir. Wahyudi (2001 – 2008)
  4. Muchasir, S.Pd (2008-2013)
  5. Toto Kuswantoro (2013 – 2019)
  6. Suardi (2019 - 2020)
  7. Suwarno, S.Sos., M.Si (2020- Sekarang)

Potensi, Sarana Prasarana dan Keunikan Desa Kejawar

Sarana Pendidikan: Terdapat Paud Tunas Bangsa, TK Aisyiyah, TK Kartika, TK Pertiwi, SDN 1 Kejawar, SDN 2 Kejawar, SDN 3 Kejawar, SMP N 3 Banyumas eks Sekolah Teknik Banyumas, SMEA / SMK N 1 Banyumas. Pondok Pesantren Miftahussalam Banyumas dengan pendidikan formalnya MTs dan MA. Balai Pendidikan PeLatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana Banyumas.

Sarana Kesehatan: Terdapat Badan Layanan Umum Daerah RSUD Banyumas, RS Amelia, Klinik Bersalin, Polindes, Apotek Karsidenan, Apotek Marem, Hapus Tatto

Sarana Militer: Terdapat Koramil Banyumas, Eks Batalyon 405, Asrama Denbekang Korem 071 Wijayakusuma

Sarana Pemakaman:

(1). Makam Bersejarah yaitu terdapat Makam Raja Jembrana Bali yaitu Raja Jembrana VI (1855-1866) I GUSTI NGURAH MADE PASEKAN Puri Agung Pacekan Jembrana Bali. Beliau merupakan keluarga dari ANAK AGUNG NGURAH DJEMBRANA Adalah pendiri dan sebagai Raja Djembrana I yang memerintah sejak tahun 1705. Dia berasal dari Puri Mengwi sebagai putera ketiga dari Anak Agung Nyoman Alangkadjeng (Raja Mengwi yang bergelar Cokorda Mengwi, memerintah kerajaan Mengwi sejak tahun 1682).

Makam Raja Jembrana VI ( I Gusti Ngurah Made Pasekan) beserta keluarganya dimakamkan di Desa Kejawar Kecamatan Banyumas dari Jalan Raya Banyumas-Buntu Km 1, setelah dari SPBU Kejawar belok kiri 150meter kemudian belok kanan 150 meter. Menurut informasi beliau mangkat pada tahun 1906.

(2). Makam bersejarah Makam Kyai Mranggi Semu beliau adalah orang tua angkat dari Raden DJoko Kahiman (R. Joko Kaiman ) Bupati Banyumas Pertama / Adipati Wargahutama II atau yang lebih dikenal sebagai Kyai Mrapat karena telah membagi Kadipaten Wirasaba menjadi empat. R. Joko Kaiman semasa kecil tinggal di Kejawar sampai beberapa tahun sampai akhirnya merantau ke Kadipaten Wirasaba.

(3). Tempat Pemakaman Umum (TPU) merupakan makam masyarakat Desa Kejawar (Amongsari, Sipoh, dll)

(4). Pemakaman Gelandangan merupakan pemakaman orang tidak dikenal, dimakam ini terdapat makam terpidana mati Rio Alek Bulo yang dieksekusi oleh Kejaksaan Negeri Purwokerto di Curug Cipendok, setelah di sana sini ditolak untuk dimakamkan akhirnya dimakamkan di Kejawar.

Sarana Irigasi: Terdapat Bendungan Kali Unthul Uwuk yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda Tahun 1930 yang masih berfungsi sampai saat ini dan mampu mengairi sawah seluas 1455 Ha

Sarana Kesenian: Group Ebeg Seyang, Kalikunir dan Karangpucung. Group Begalan Pak Muchasan atau yang lebih dikenal Wa Jenggot /Wa Kajudan,

Sarana Perdagangan dan Wisata Kuliner: Terdapat KUD ARIS Unit Swalayan, Sabar Jadi Barat, Sabar Jadi Timur, Fotocopy, Warnet, Wartel Celluler Travel WIDODO, Toko Cake and Bakery,Toko Sembako ZARIN CELL,Toko Bangunan Bangun Setia, SPBU Kejawar, Cucian mobil, Toko Pakan Burung, Ayam potong dan cabut bulu Pak Supriyadi dan Pak Ardi, Toko buah-buahan segar, Kios oleh-oleh sedia getuk goreng Sokaraja, mino, nopia, kripik, RM Nduwur Kali, RM Berkah, Mie ayam kendhil, RM Pak Gito, RM Bu Tuti. Tempat Kulakan Jengkol Pak Sakim, Penjualan bibit tanaman hias, bibit tanaman keras dan bibit buah-buahan. Pemancingan ikan, Ternak Sapi, Kambing dan Bebek. Penggergajian Kayu, Bengkel Motor, Bengkel Las dan lain lain.

Sarana Umum dan Peribadatan: Unit Pengelolaan Air PDAM, Balai Desa Kejawar, Gedung Serba Guna, Gedung PKK, Balai RT di masing-masing RT. Masjid Al-Barokah, Mushola Baiuil Hasan, Mushola Al-Ichlas, Mushola Al-Iksan dll.

Sarana Transportasi: Terdapat terminal Banyumas atau yang dikenal Terminal Karsidenan. Dimana disini terletak titik Nol Kilometer. Titik ini merupakan pusat pengukuran jarak dari titik ini kesuatu tempat atau kota yang lain. Dahulu dari Titik Nol Km ini sampai Banjarnegara adalah jalur yang sangat strategis dimana jalur ini menghubungkan Kadipaten Banyumas, Kadipaten Gumelem, Kadipaten Wirasaba, Kadipaten Merden dan Kadipaten Banjar Watulembu/Banjarpetambakan atau Kabupaten Banjarnegara sekarang.

Berbicara Kabupaten Banyumas pasti tidak lepas dari Desa Kejawar yang merupakan cikal bakal kabupaten dan karsidenan Banyumas. Karena di Desa Kejawar R. Joko Kahiman dibesarkan oleh paman dan bibinya (Kyai Mranggi Semu dan Nyai Mranggi Semu / Rara Ngaisah). Hal ini karena ayahanda R. Joko Kahiman (R. Banyaksosro) meninggal pada usia muda, sedangkan R. Joko Kahiman masih kecil. Terkait masa kecil dan dididiknya R. Joko Kahiman di Kejawar ini, maka tidak berlebihan kalau dikatakan Kyai dan Nyai Mranggi Semu sangat besar jasanya dalam menggembleng seorang Satria Banyumas yang nantinya akan dikenal karena kebesaran hatinya membagi empat Kadipaten Wirasaba sehingga disebut Adipati Mrapat / Adipati Wirasaba II / Adipati Warga Utama I / Bupati Banyumas Pertama.

Kyai Mranggi Semu Wafat dimakamkan di Desa Kejawar sedangkan Nyai Mranggi (Rara Ngaisah) di Desa Binangun terletak 10 km ke arah barat Alun-alun Kecamatan Banyumas, atau 5 km ke arah barat Kompleks Makam Bupati Banyumas di Dawuhan. Makam Nyai Mranggi (Rara Ngaisah) ini terletak di Dusun Wanasepi, Binangun, di atas bukit, di tengah rerindangan pohon (dahulu di tengah hutan, sehingga ada yang mengatakan Karangtengah, karena berada di atas bukit yang dikelilingi hutan). Rara Ngaisah, atau lebih dikenal sebagai Nyai Mranggi, adalah adik kandung R. Banyaksosro (ayahanda R. Joko Kahiman). Menurut cerita, setelah Kyai Mranggi Semu di Kejawar meninggal dunia, maka Nyai Mranggi mengembara di berbagai daerah sekitar Kecamatan Banyumas (kini), sampai tiba di Dusun Wanasepi, Desa Binangun, di mana dia meninggal dunia dan dimakamkan.

Dikompleks Makam Kyai Mranggi Semu juga terdapat Makam GRPH Tengku Putih

Riwayat singkat Raden Djoko Kahiman ( Bupati Banyumas ke I )

Djoko Kahiman atau Raden Djoko Semangoen adalah putra Raden Harjo Banjaksosro Adipati Pasir Luhur yang sejak kecil diasuh dan diambil anak angkat oleh Kjai dan Njai Mranggi Semoe di Kejawar. Kjai Mranggi sebenarnya namanya adalah Kjai Sambarta dan Njai Mranggi adalah Njai Ngaisah. Setelah Raden Djoko Kahiman dewasa lalu mengabdikan dirinya pada Kjai Adipati Wirasaba yang bernama Adipati Wargo Oetomo I dan akhirnya Raden Djoko Kahiman menjadi menantu Wargo Oetomo I, dinikahkan dengan putri sulungnya yang bernama Rara Kartimah.

Suatu ketika Adipati Wirasaba mendapat titah Sultan agar mempersembahkan salah seorang putrinya untuk dijadikan garwa ampean. Oleh Sang Adipati dipersembahkan putri bungsunya yang bernama Rara Soekartijah, yang pada masa kecilnya pernah dijodohkan dengan putra saudaranya yaitu Ki Ageng Tojareka, tetapi setelah dewasa Rara Soekartijah menolak untuk berumah tangga dan bercerai sebelum berkumpul. Sakit hati Ki Ageng Toyareka kemudian membuat fitnah yang menyebabkan murka Sultan Pajang dan menyuruh Gandek supaya membunuh Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang tanpa penelitian terlebih dahulu. Tetapi sesudah diteliti menyesallah Sultan Pajang, kemudian menyuruh Gandek untuk menyusul Gandek terdahulu supaya membatalkan rencana membunuh Adipati Wargo Oetomo I, tetapi sudah terlambat. Tempat terjadinya di Desa Bener, maka Adipati Wargo Oetomo I juga terkenal dengan sebutan Adipati Sedo Bener, sedangkan makam dia di pasarehan Pakiringan, sebelah timur kota Banyumas, sekarang masuk wilayah Purworejo Klampok.

Penyesalan Sultan Pajang kemudian menitahkan memanggil putra Adipati Wirasaba supaya menghadap ke Kesultanan Pajang, tetapi semua putra Wargo Oetomo I tidak ada yang berani menghadap, akhirnya dengan jiwa heroik dan patriotis karena anggapannya akan dibunuh juga, berangkatlah Raden Djoko Kahiman menghadap Sultan Pajang. Di luar dugaan Raden Djoko Kahiman malah diangkat menjadi Adipati Wirasaba II dengan gelar Adipati Wargo Oetomo II untuk menggantikan Adipati Wargo Oetomo I yang telah wafat karena kesalah pahaman. Sultan Pajang memberikan segala kebijaksanaan Kadipaten Wirasaba kepada Wargo Oetomo II.

Dengan kebesaran jiwanya Adipati Wargo Oetomo II tidak ingin mementingkan dirinya sendiri (mukti sendiri), karena dia adalah anak mantu, maka mohon restu agar diperkenankan untuk membagi daerah kekuasaan Wirasaba menjadi 4 daerah. Menurut penelitian dan hasil seminar, hari, tanggal, bulan, tahun diangkatnya Raden Djoko Kahiman menjadi Adipati Wirasaba II yang bergelar Adipati Wargo Oetomo II adalah: Jumat Kliwon, tanggal 12 Rabiul awal 990 H bertepatan dengan tanggal 6 April 1582 M. Sekembalinya dari Pajang maka Raden Djoko Kahiman yang telah diangkat menjadi Adipati Wirasaba II, dia membagi daerah kekuasaannya menjadi empat, yaitu:

1. Banjar Pertambakan diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirojoedo

2. Merden diberikan kepada Kjai Ngabehi Wirokoesoemo

3. Wirasaba diberikan kepada Kjai Ngabehi Wargowidjojo

4. Sedangkan dia R. Djoko Kahiman/Kjai Adipati Wargo Oetomo II/Warga Hutama II, merelakan kembali ke Kejawar dengan maksud mulai membangun pusat pemerintahn yang baru. Selanjutnya R. Djoko Kahiman sebagai Bupati Banyumas ke I. Ketiga saudaranya berterimakasih dan tetap tunduk kepada Adipati Wargo Oetomo II yang diangkat sah oleh Sultan Pajang.