An Dehai
An Dehai (Hanzi: 安德海; Pinyin: Ān Déhǎi; Wade–Giles: An Te-hai, 1844 – 12 September 1869) adalah seorang kasim di istana Dinasti Qing yang menjadi orang kepercayaan Ibusuri Cixi pada dasawarsa 1860-an. Ia pada akhirnya dihukum mati di tengah perebutan kekuasaan antara sang ibu suri dengan Pangeran Gong.
An Dehai | |
---|---|
Lahir | 1844 |
Meninggal | 12 September 1869 (umur 24 atau 25) Jinan, Dinasti Qing |
Pekerjaan | Kasim istana |
Dikenal atas | Orang kepercayaan Ibusuri Cixi |
Sebelum menjadi kasim, An tinggal di Benteng Wanping di dekat Beijing.[1] Ia menjadi kasim kesayangan Ibusuri Cixi dan diberi julukan "An Kecil" (小安子). Jung Chang menulis dalam Empress Dowager Cixi (2013) bahwa "perasaan Cixi terhadapnya jauh melebihi kesayangan terhadap seorang hamba yang berbakti", dan ia "jelas-jelas jatuh cinta" kepada An.[1] Pada tahun 1869, Cixi mengutus An untuk mendatangi Pabrik Tekstil Kekaisaran di Nanjing,[2][3] untuk "mengawasi pengadaan" gaun untuk acara pernikahan Kaisar Tongzhi. Untuk mencapai tempat tersebut, An Dehai menaiki kapal yang mengarungi Terusan Besar Tiongkok.[2] Namun, hal ini berlawanan dengan aturan istana yang melarang kasim keluar dari ibu kota tanpa izin. Jika melanggar, hukuman yang akan diganjar adalah hukuman mati. Aturan ini ada untuk memastikan agar kasim tidak menjadi terlalu berkuasa.[3]
Setibanya An di Shandong, Gubernur Ding Baozhen melaporkan hal ini kepada pemerintah pusat di Kota Terlarang.[2][3] Di bawah kepemimpinan Pangeran Gong yang tidak menyukai An, Dewan Agung memerintahkan penghukuman mati sang kasim.[3] Ibusuri Ci'an tampaknya mendukung keputusan ini, dan Cixi tampaknya tidak melakukan campur tangan untuk menyelamatkan An.[3] Terdapat kemungkinan bahwa Cixi sedang menyaksikan opera Beijing pada saat keputusan tersebut diambil dan ia telah meminta agar tidak diganggu.[3] Akibatnya, An dan enam kasim lainnya yang ikut dengannya dipenggal[2] di dekat Mata Air Ximizhi di Kuil Guandi, Jinan. Orang-orang lain yang ikut dengan An (termasuk kerabat perempuannya dan beberapa pemusik)[1] diperbudak dan diasingkan ke Heilongjiang di ujung timur laut kekaisaran.[2] Setelah An dihukum mati, Cixi yang berduka memerintahkan agar semua barang milik An dikumpulkan, dan barang-barang tersebut kemudian dipercayakan kepada salah satu saudara lelaki Cixi.[1] Salah satu sahabat An yang juga adalah seorang kasim menyalahkan Cixi atas kematian An, dan ia kemudian dihukum mati dengan cara dicekik.[1] Menurut sejarawan seperti Stephen Haw[3] dan Jung Chang,[1] penghukuman mati An merupakan bagian dari perebutan kekuasaan antara Cixi dengan Pangeran Gong, dan peristiwa ini juga semakin memperparah perseteruan tersebut.
Referensi
sunting- ^ a b c d e f Chang, Jung. Empress Dowager Cixi: The Concubine Who Launched Modern China. Random House. hlm. 84–86. ISBN 9781448191420.
- ^ a b c d e Rawski, Evelyn S. (February 5, 2001). Last Emperors: A Social History of Qing Imperial Institutions. University of California Press. hlm. 466. ISBN 0520228375.
- ^ a b c d e f g Haw, Stephen G. (November 30, 2006). Beijing: A Concise History. Routledge Studies in the Modern History of Asia. Routledge. hlm. 224. ISBN 0415399068.