Pertempuran Tenaru

Pertempuran Tenaru (atau Pertempuran Sungai Ilu) adalah pertempuran yang terjadi pada tanggal 21 Agustus 1942 di pulau Guadalkanal, yang merupakan bagian dari teater Pasifik selama Perang Dunia II. Pertempuran ini terjadi antara Jepang melawan Sekutu (terutama Amerika Serikat). Pertempuran ini adalah serangan darat utama pertama Jepang selama kampanye Guadalkanal.

Dalam pertempuran itu, Marinir AS, dibawah komando Mayjen Alexander Vandegrift, dengan sukses memukul mundur serangan dari “Elemen Pertama” dari Resimen “Ichiki”, di bawah komando Kolonel Kiyonao Ichiki. Para Marinir sedang mempertahankan parameter Lunga, yang berfungsi untuk menjaga Lapangan Udara Henderson, yang direbut oleh Sekutu dalam pendaratan di Guadalkanal pada tanggal 7 Agustus. Unit Ichiki dikirim ke Guadalkanal sebagai tanggapan akan pendaratan Sekutu dengan misi untuk merebut kembali lapangan terbang tersebut dan mengusir pasukan Sekutu dari pulau itu. Dengan meremehkan kekuatan pasukan Sekutu di Guadalkanal, yang pada saat itu berjumlah sekitar 11,000 personel, unit Ichiki melakukan serangan frontal malam hari pada posisi-posisi Marinir di Alligator Creek di sisi timur parameter Lunga. Serangan Ichiki dipatahkan dengan kerugian besar bagi pasukan penyerangnya. Setelah fajar, unit-unit Marinir membalas serangan Ichiki dan menewaskan lebih banyak lagi anggotanya yang masih tersisa. Totalnya, semua kecuali 128 orang dari 917 orang anggota Elemen Pertama Resimen Ichiki tewas dalam pertempuran itu.

Pertempuran ini adalah yang pertama dari tiga ofensif darat besaran-besaran yang terpisah oleh Jepang pada kampanye Guadalkanal. Setelah Tenaru, Jepang menyadari bahwa pasukan Sekutu di Guadalkanal berjumlah lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya dan kemudian mengirim pasukan yang lebih besar ke pulau tersebut bagi usaha berikutnya untuk merebut kembali Lapangan Udara Henderson.

Latar Belakang

sunting

Pada tanggal 7 Agustus 1942, pasukan Amerika Serikat mendarat di Guadalkanal, Tulagi, dan Kepulauan Florida di Kepulauan Solomon. Pendaratan-pendaratan di pulau-pulau tersebut dimaksudkan untuk menghalangi Jepang untuk menggunakannya sebagai pangkalan untuk mengancam rute pasokan Antara Amerika Serikat dan Australia, dan mengamankan pulau-pulau tersebut sebagai titik mulai bagi kampanye yang bertujuan akhir untuk mengisolasi pangkalan utama Jepang di Rabaul sembari mendukung Kampanye Nugini. Pendaratan-pendaratan tersebut memulai kampanye Guadalkanal yang berlangsung selama enam bulan.[7]

Dengan mengejutkan pihak Jepang, pasukan pendarat Sekutu menyelesaikan misi awal mereka untuk mengamankan Tulagi dan pulau-pulau kecil di dekatnya, dan juga sebuah lapangan udara yang sedang dibangun di Lunga Point di Guadalkanal, pada malam hari tanggal 8 Agustus.[8] Malam itu, ketika kapal-kapal pengangkut sedang membongkar muatan, kapal-kapal perang Sekutu yang sedang melindungi kapal-kapal pengangkut dikejutkan dan dikalahkan oleh pasukan kapal perang Jepang yang terdiri dari tujuh kapal penjelajah dan satu kapal perusak, dipimpin oleh Vice Admiral Gunichi Mikawa. Tiga kapal penjelajah Amerika Serikat dan satu milik Australia karam dan satu kapal penjelajah Amerika Serikat lainnya dan dua kapal perusak mengalami kerusakan pada pertempuran Pulau Savo. Turner menarik mundur semua pasukan laut Sekutu yang tersisa pada malam hari tanggal 9 Agustus tanpa sempat menurunkan peralatan berat, perbekalan dan tentara dari kapal-kapal pengangkut, walaupun sebagian besar artileri divisi berhasil diturunkan, terdiri dari howitzer-howitzer 32, 75 mm dan 105 mm. Perbekalan yang berhasil diturunkan hanya cukup untuk lima hari.[9][10]

Para Marinir yang mendarat di Guadalkanal pada awalnya berkonsentrasi untuk membentuk parameter pertahanan di ekitar lapangan udara, memindahkan perbekalan yang sudah didaratkan ke dalam parameter, dan menyelesaikan pembangunan lapangan udara. Vandegrift menempatkan 11,000 serdadu di Guadalkanal dalam sebuah parameter longgar di sekitar wilayah Lunga Point. Dengan kerja keras selama empat hari, perbekalan dipindahkan dari pantai pendaratan ke dump–dump yang tersebar di dalam parameter. Pekerjaan pembangunan lapangan udara segera dimulai, terutama dengan menggunakan peralatan rampasan dari Jepang. Pada tanggal 12 Agustus, lapangan udara tersebut dinamai "Henderson Field" karena diambil dari nama Mayor Lofton Henderson, penerbang Marinir yang gugur dalam Pertempuran Midway. Stok perbekalan Jepang yang berhasil direbut menambah jumlah persediaan makanan sampai 14 hari Untuk menghemat persediaan makanan yang terbatas, pasukan Sekutu dibatasi jatah makannya menjadi dua kali sehari.[11][12]

 
Kolonel Kiyonao Ichiki, komandan dari Resimen Infantri 28.

Sebagai tanggapan atas pendaratan Sekutu di Guadalcanal, Mabes Umum Kekaisaran Jepang menugaskan Pasukan ke 17 AD Kekaisaran Jepang, pasukan setingkat korps yang berpangkalan di Rabaul dan di bawah pimpinan Letjen Harukichi Hyakutake, dengan tugas untuk merebut kembali Guadalcanal dari tangan pasukan Sekutu. Pasukan ke 17, yang saat itu sedang disibukkan oleh kampanye di New Guinea, hanya memiliki beberapa unit yang tersedia untuk dikirim ke wilayah Solomon selatan. Dari unit-unit ini, Brigade Infantri 35 pimpinan Mayjen Kiyotake Kawaguchi sedang berada di Palau, Resimen infantri 4 (Aoba) sedang di Filipina, dan Resimen Infantri 28 (Ichiki), di bawah komando Kolonel Kiyonao Ichiki, sedang berada dalam perjalanan laut ke Jepang dari Guam. Unit-unit yang berbeda tersbut mulai bergerak menuju Guadalcanal dengan segera, tapi resimen Ichiki, yang berada paling dekat, tiba lebih dulu.

Pengintaian posisi Marinir Amerika Serikat dari udara di Guadalcanal pada tanggal 12 Agustus oleh salah satu dari perwira staf senior Jepang dari Rabaul yang melihat beberapa prajurit Amerika Serikat di lapangan terbuka dan tak ada kapal-kapal besar di perairan dekat situ, meyakinkan Mabes Kekaisaran bahwa Sekutu telah menarik mundur sebagian besar tentara mereka. Pada kenyataannya, tak satu pun tentara Sekutu yang ditarik mundur. Hyakutake mengeluarkan perintah untuk unit aju yang terdiri dari 900 tentara dari resimen Ichiki agar didaratkan di Guadalcanal dengan menggunakan kapal perang cepat untuk segera menyerang posisi Sekutu dan menduduki kembali wilayah lapangan terbang di Lunga Point. Sisa personel di resimen Ichiki akan diantarkan ke Guadalcanal dengan kapal pengangkut yang lebih lambat setelahnya. Di Pangkalan Besar AL Jepang di Truk, yang merupakan tempat persiapan untuk pengiriman resimen Ichiki ke Guadalcanal, Kolonel Ichiki diberitahu bahwa sekitar 2,000–10,000 tentara Amerika Serikat mempertahankan pantai pendaratan Guadalcanal dan beliau sebaiknya, “menghindari untuk melakukan serangan frontal.”

Ichiki dan 916 orang dari total 2,300 anggota resimennya, dinamai “Elemen Pertama” dan membawa persediaan makanan untuk tujuh hari, dengan sukses diantarkan ke Taivu Point, sekitar 35 kilometer sebelah timur Lunga Point, oleh enam kapal perusak pada pukul 01:00 tanggal 19 Agustus. Meninggalkan sekitar 100 personel sebagai penjaga garis belakang, Ichiki berbaris kea rah barat dengan 800 orang dari kesatuannya dan berkemah sebelum fajar sekitar 14 kilometer di timur parameter Lunga. Marinir Amerika Serikat di Lunga Point menerima kabar intelijen bahwa Jepang telah mendarat dan mengambil langkah untuk mengetahui apa tepatnya yang sedang terjadi.

Pertempuran

sunting

Pendahuluan

sunting
 
Petugas distrik protektorat Inggris untuk Kepulauan Solomon dan pengamat pantai Martin Clemens (berdiri di tengah) bersama anggota kepolisian Kepulauan Solomon, yang bertugas sebagai pengintai dan pemandu bagi pasukan Sekutu selama kampanye Guadalkanal.

Laporan untuk pasukan Sekutu dari patroli penduduk asli Kepulauan Solomon, termasuk Sersan Mayor (purn.) Jacob C. Vouza dari Kepolisian Pribumi, dibawah pengarahan Martin Clemens, seorang pengamat pantai dan perwira di British Solomon Islands Protectorate Defence Force (BSIPDF), bersamaan dengan laporan intelijen dari sumber lainnya, mengindikasikan kalau pasukan Jepang berada di timur Lunga Point. Untuk menyelidiki lebih jauh, pada tanggal 19 Agustus, sebuah patrol Marinir yang terdiri dari 60 orang dan empat pengintai pribumi, dipimpin oleh Kapten Marinir Amerika Serikat Charles H. Brush, berbaris ke arah timur parameter Lunga.[13][14] Pada saat yang sama, Ichiki mengirim juga patrol yang terdiri dari 38 orang, dipimpin oleh perwira komunikasinya, untuk mengintai pergerakan tentara Sekutu dan mendirikan pangkalan komunikasi. Sekitar pukul 12:00 tanggal 19 Agustus di Koli Point, patroli Brush melihat dan menyergap patrol Jepang, menewaskan semua kecuali lima orang yang berhasil melarikan diri kembali ke Taivu. Tiga anggota Marinir Amerika Serikat gugur dan tiga lainnya terluka.[15] Dari kertas-kertas yang ditemukan di jenazah beberapa perwira Jepang di patroli itu diketahui bahwa mereka berasal dari kesatuan yang jauh lebih besar dan menunjukkan intelijen mendetail tentang posisi-posisi Marinir Amerika Serikat di sekitar Lunga Point. Bagaimanapun, kertas-kertas tersebut tidak merinci secara tepat seberapa besar pasukan Jepang atau apakah sebentar lagi akan ada serangan.[16] The papers did not, however, detail exactly how large the Japanese force was or whether an attack was imminent.[17]

Sekarang untuk mengantisipasi serangan dari timur, pasukan Marinir Amerika Serikat dibawah pengarahan Jenderal Vandegrift, menyiapkan pertahanan mereka di timur parameter Lunga. Beberapa catatan sejarah resmi Amerika Serikat mengidentifikasikan lokasi pertahanan sebelah timur parameter Lunga berada di Sungai Tenaru. Namun Sungai Tenaru sebenarnya terletak lebih jauh ke timur. Sungai yang membentuk batas timur parameter Lunga sebenarnya adalah Sungai Ilu, yang biasa disebut sebagai Alligator Creek (Kali Buaya) oleh penduduk lokal. Alligator Creek sebenarnya bukanlah sungai melainkan laguna pasang yang dipisahkan dari laut oleh sebuah gosong selebar 7 hingga 15 meter (23 hingga 49 ft) dan sepanjang 30 meter (98 kaki).[18] Di sepanjang sisi timur Alligator Creek, Kolonel Clifton B. Cates, komandan Resimen 1 Marinir, mengerahkan batalioan pertama dan keduanya. Agar pertahanan di gosong Alligator Creek lebih kuat lagi, Cates menurunkan 100 orang dari Batalyon Senjata Khusus 1 dengan dua meriam anti tank 37mm yang dilengkapi dengan peluru gotri. Artileri divisi Marinir, terdiri dari meriam-meriam 75mm dan 105mm, sudah menetapkan titik sasaran di sisi timur dan wilayah gosong Alligator Creek, dan pengamat artileri menempatkan diri mereka bersama para Marinir di garis depan. Para Marinir bekerja seharian pada tanggal 20 Agustus untuk menyiapkan pertahanan mereka sebanyak mungkin sebelum malam tiba.

Setelah mengetahui nasib patrolinya, Ichiki segera mengirim sebuah kompi untuk mengubur jenazah-jenazah dan mengikuti sisa pasukannya, berbaris sepanjang malam pada tanggal 19 Agustus dan akhirnya berhenti pada pukul 04:30 tanggal 20 Agustus beberapa kilometer dari posisi Marinir Amerika Serikat di sisi timur Lunga Point. Di lokasi ini beliau mempersiapkan pasukannya untuk menyerang posisi Sekutu pada malam harinya.

 
Peta pertempuran tanggal 21 Agustus.

Tepat setelah tengah malam tanggal 21 Agustus, Pasukan utama Ichiki tiba di tepi timur Alligator Creek dan terkejut bertemu dengan posisi Marinir, karena mereka tidak menyangka akan bertemu dengan pasukan Amerika Serikat di tempat yang "sangat jauh dari lapangan terbang". Pos-pos pendengar Marinir di dekat situ mendengar bunyi “berdentang”, suara manusia, dan bunyi-bunyi lainnya sebelum bergerak mundur ke tepi barat kali. Pada pukul 01:30 pasukan Ichiki mulai menembak dengan senapan mesin dan mortir ke arah posisi Marinir di tepi barat kali, dan gelombang pertama yang terdiri dari sekitar 100 serdadu Jepang menyerbu menyeberangi gosong menuju para Marinir.[19] Tembakan senapan mesin dan peluru gotri dari meriam-meriam 37 mm menewaskan sebagian besar serdadu Jepang tersebut ketika mereka sedang menyeberangi gosong. Beberapa serdadu Jepang mencapai posisi Marinir, terlibat pertarungan jarak dekat dengan yang bertahan, dan menguasai beberapa tempat pertahanan garis depan Marinir. Tembakan senapan mesin dan senapan Jepang dari sisi timur kali juga menewaskan beberapa juru tembak senapan mesin Marinir.[20] Sebuah kompi Marinir, yang dicadangkan tepat di belakang garis depan, menyerang dan menewaskan sebagian besar, kalau tidak semua, serdadu Jepang yang tersisa yang telah mendobrak pertahanan garis depan, mengakhiri serangan pertama Ichiki sejam setelah dimulai.[21][22]

Pada pukul 02:30 gelombang kedua yang terdiri dari sekitar 150 sampai 200 tentara Jepang kembali menyerang sam bil menyeberangi gosong dan sekali lagi hampir dihabisi total. Paling tidak salah satu perwira Jepang yang selamat dari serangan ini menyarankan Ichiki untuk menarik mundur pasukannya yang tersisa, tapi Ichiki menolak untuk melakukannya.[23]

Keitka pasukan Ichiki berkumpul kembali di timur kali, mortar-mortir Jepang membombardir lini Marinir. Marinir membalasnya dengan hujan artileri mortar dan meriam 75 mm ke wilayah di timur kali. Sekita pukul 05:00, Gelombang tentara Jepang lainnya menyerang, kali ini mencoba untuk menyerang dari samping posisi Marinir dengan berjalan menembus ombak laut dan menyerang dari pantai ke wilayah barat dasar kali. Marinir menyambutnya dengan tembakan senapan mesin berat dan artileri di sepanjang area pantai, sekali lagi memakan korban besar di pihak Ichiki dan membuat mereka membatalkan serangan dan mundur ke tepi timur kali. Untuk beberapa jam kemudian, kedua pihak saling baku tembak jarak dekat di seoanjang gosong dan kali.

Walaupun menderita kerugian besar, pasukan Ichiki tetap bergeming di tepi timur kali, entah karena tidak mampu atau tidak mau mundur. Pada fajar tanggal 21 Agustus, para komandan kesatuan Marinir Amerika Serikat yang sedang menghadapi pasukan Ichiki berunding bagaimana sebaiknya untuk melanjutkan pertempuran, dan mereka memutuskan untuk membalas serangan. Batalyon 1 dari Resimen 1 Marinir,di bawah pimpinan Letkol Lenard B. Cresswell, menyeberangi Alligator Creek ke arah hulu dari wilayah pertempuran, mengurung pasukan Ichiki dari selatan dan timur, menutup semua jalur untuk mundur,dan mulai menekan pasukan Ichiki ke dalam wilayah kecil di sebuah kebun kelapa di tepi timur kali. Pesawat dari Lapangan Udara Henderson memberondong serdadu Jepang yang mencoba melarikan diri ke arah pantai dan siang harinya, lima tank ringan Marinir menyerang melalui gosong menuju ke kebun kelapa. Tank-tank tersebut menyapu kebun kelapa itu dengan tembakan senapan mesin dan peluru gotri, dan juga melindas tubuh-tubuh serdadu Jepang, yang masih hidup maupun yang sudah mati, yang tidak mampu atau tidak mau menyingkir. Ketika serangan tank berakhir, Vandegrift menulis bahwa, "bagian belakang tank-tank itu terlihat seperti penggiling daging".[24]

 
Tentara Jepang yang tewas ketika menyerang Korps Marinir Amerika Serikat, terbujur kaku di kebun kelapa di Guadalkanal setelah pertempuran berakhir pada 21 Agustus 1942. 2 buah tank M3 Stuart yang berpartisipasi dalam pertempuran ini terlihat di latar belakang.

Sebelum pukul 17:00 pada tanggal 21 Agustus, perlawanan Jepang telah berakhir. Kolonel Ichiki entah tewas dalam pertempuran, atau melakukan ritual bunuh diri setelahnya, tergantung dari kisahnya. Ketika para Marinir yang penasaran mulai berjalan-jalan melihat medan pertempuran, beberapa tentara Jepang yang terluka menembaki mereka, menewaskan atau melukai beberapa Marinir. Maka dari itu, para Marinir menembak atau menikam semua tubuh tentara Jepang yang mereka temui, walaupun sekitar 15 serdadu Jepang yang terluka dan pingsan tetap ditawan.[25][26] Sekitar 30 tentara Jepang melarikan diri untuk bergabung kembali dengan barisan belakang resimen mereka di Taivu Point.[27]

Buntut kejadian

sunting
 
Serdadu-serdadu pasukan Ichiki yang tewas terbaring separuh terkubur di gosong Alligator creek setelah pertempuran.

Bagi Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, kemenangan di pertempuran Tenaru adalah penting secara psikologis dalam hal bahwa serdau-serdadu Sekutu, setelah kekalahan beruntun terhadap kesatuan-kesatuan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang di seluruh Pasifik dan Asia Timur, sekarang tahu bahwa mereka bisa mengalahkan pasukan Jepang dalam pertempuran darat.[28] Pertempuran ini juga menetapkan preseden lain yang akan berlangsung sepanjang perang di Pasifik, yaitu keengganan serdadu Jepang yang kalah untuk menyerah dan upaya mereka untuk terus menghabisi serdadu-serdadu Sekutu, bahkan ketika mereka sedang terbaring sekarat di medan tempur. Pada pokok bahasan ini Vandegrift menyatakan, "Saya belum pernah mendengar atau membaca pertarungan sejenis ini. Orang-orang ini menolak untuk menyerah. Yang terluka menunggu sampai anak buahku datang untuk memeriksa mereka … dan meledakkan diri mereka dan kawan-kawannya berkeping-keping dengan granat tangan".[29]

Pertempuran ini juga signifikan secara psikologis dalam hal kepercayaan serdau Jepang akan keperkasaan dan semangat superioritas mereka. Pada tanggal 25 Agustus, sebagian besar penyintas Ichiki mencapai Taivu Point dan mengabari Rabaul lewat radio untuk memberitahu mabes Angkatan Darat ke-17 bahwa detasemen Ichiki telah "hampir dimusnahkan di sebuah titik dekat lapangan terbang". Bereaksi dengan rasa tidak percaya kepada kabar itu, perwira-perwira mabes Angkatan Darat Jepang lanjut dengan rencana untuk mengirimkan pasukan tambahan ke Guadalkanal untuk mencoba kembali merebut Lapangan Udara Henderson.[30] Serangan besar Jepang berikutnya terhadap parameter Lunga terjadi di Pertempuran Punggung Bukit Edson sekitar tiga minggu kemudian, kali ini mengerahkan pasukan yang jauh lebih besar daripada yang telah diturunkan di Pertempuran Tenaru.[31]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Smith, Bloody Ridge, p. 14–15. Although other Marine units participated to some degree in the battle (such Amerika Serikat the divisional artillery), this was the approximate number that were directly engaged.
  2. ^ Frank, Guadalkanal, p. 147 & 681.
  3. ^ Smith, Bloody Ridge, p. 71. Smith says 38 were tewas in the battle in addition to the three tewas in the Brush patrol.
  4. ^ Frank, Guadalkanal, p. 156 & 681. Frank says 41 were tewas in the battle in addition to the three tewas in the Brush patrol.
  5. ^ Smith, Bloody Ridge, p. 73. Smith says 128 of the original 917 total complement of the 1st echelon survived, meaning 774 were tewas after subtracting the 15 captured from the total lost in the battle.
  6. ^ Frank, Guadalkanal, p. 156 & 681. Frank says 777 were tewas.
  7. ^ Hogue, Pearl Harbor to Guadalcanal, pp. 235–236.
  8. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, pp. 14–15.
  9. ^ Zimmerman, The Guadalcanal Campaign, pp. 49–56.
  10. ^ Smith, Bloody Ridge, p. 11 & 16.
  11. ^ Shaw, First Offensive, p. 13.
  12. ^ Smith, Bloody Ridge, pp. 16–17.
  13. ^ Frank, Guadalcanal, p. 148, Jersey, Hell's Islands, p. 205.
  14. ^ Zimmerman, The Guadalcanal Campaign, p. 62.
  15. ^ Griffith, Battle for Guadalcanal, p. 100, Jersey, Hell's Islands, p. 205, and Smith, Bloody Ridge, p.47. The U.S. and Japanese soldiers killed in this engagement are included in the total casualty figures for the Tenaru battle. Captain Yoshimi Shibuya was the leader of the Japanese patrol. One of the five Japanese survivors later died of his wounds at Taivu Point.
  16. ^ Zimmerman, The Guadalcanal Campaign, p. 62
  17. ^ Frank, Guadalcanal, p. 149.
  18. ^ Frank, Guadalcanal, p. 150.
  19. ^ Griffith, Battle for Guadalcanal, p. 102, Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, p. 290, and Smith, Bloody Ridge, pp. 58–59.
  20. ^ Jersey, Hell's Islands, p. 210, Hammel, Carrier Clash, p. 137.
  21. ^ Zimmerman, The Guadalcanal Campaign, p. 68.
  22. ^ Frank, Guadalcanal, p. 153.
  23. ^ Smith, Bloody Ridge, pp. 62–63.
  24. ^ Gilbert, Marine Tank Battles, p. 42–43, Griffith, Battle for Guadalcanal, p. 106, Jersey, Hell's Islands, p. 212, and Smith, Bloody Ridge, p. 66. Some sources state that only four tanks were involved.
  25. ^ Smith, Bloody Ridge, p. 71–72. Smith states that most Japanese survivors of the battle insist that Ichiki was killed in action, not by suicide. After the battle, a wounded Japanese officer, apparently feigning death, shot and seriously wounded an inspecting Marine with a small pistol before being killed by another Marine, Andy Poliny. Poliny believes that this was Ichiki.
  26. ^ Frank, Guadalcanal, p. 156. Frank states that the official Japanese Defense Agency history of the battle (Senshi Sōshō) says that Ichiki committed suicide in the seppuku manner. However, one Japanese survivor's account states that Ichiki was last seen advancing towards the U.S. Marine lines.
  27. ^ Hough, Pearl Harbor to Guadalcanal, p. 291 and Smith, Bloody Ridge, p. 43 and 73. Since 100 troops were left behind as a rear guard and 128 of the unit survived the battle, that means that about 30 escaped from the engagement back to the rear guard area.
  28. ^ Frank, Guadalcanal, p. 157.
  29. ^ Leckie, Helmet For My Pillow, pp. 84–85
  30. ^ Frank, Guadalcanal, p. 158 and Smith, Bloody Ridge, p. 74.
  31. ^ Frank, Guadalcanal, p. 245

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting