Sapi, jawi atau lembu adalah hewan ternak anggota famili Bovidae dan subfamili Bovinae. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia. Hasil sampingannya seperti kulit, jeroan, tanduk, dan kotorannya juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Di sejumlah tempat sapi juga dipakai sebagai penggerak alat transportasi, pengolahan lahan tanam (bajak), dan alat industri lain (seperti peremas tebu). Karena banyak kegunaan ini, sapi telah menjadi bagian dari berbagai kebudayaan manusia sejak lama. Bahkan, kegiatan kebudayaan yang menggunakan sapi pun masih banyak.

Sapi
Seekor sapi senepo, salah satu ras sapi yang berasal dari Amerika Serikat
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Artiodactyla
Famili: Bovidae
Subfamili: Bovinae
Genus: Bos
Spesies:
B. taurus
Nama binomial
Bos taurus
Subspesies
Peta distribusi sapi
Sinonim

Bos primigenius, yang terdiri atas subspesies:

Kebanyakan sapi merupakan keturunan dari jenis liar yang dikenal sebagai aurochs (dalam bahasa Jerman berarti "Sapi Kuno", nama ilmiah: Bos primigenius[a]), yang sudah punah di Eropa sejak 1627. Namun, terdapat beberapa spesies sapi liar lain yang keturunannya didomestikasi, termasuk sapi bali yang juga diternakkan di Indonesia.

Etimologi

sunting

Kata lembu diduga kuat berasal dari dari Proto-Mon-Khmer *lnboʔ (“sapi”). serumpun dengan bahasa Jawa ꦊꦩ꧀ꦧꦸ (lembu), bahasa Jawa Kuno lĕmbu, lambu, lamwu (“sapi”), kognat dengan Terkait dengan leumo Aceh, lemou Cham Barat dan Jarai rơmo . Perkiraan asal kata ini didukung kuat mengingat bahwa sapi bukanlah hewan asli yang didomestikasi oleh masyarakat Austronesia. Asal usul kata sapi dan Jawi sendiri masih belum terpecahkan.

Taksonomi

sunting

Awalnya, sapi diidentifikasi sebagai tiga spesies terpisah: Bos taurus (sapi eropa),[1] Bos indicus[1] (zebu), dan Bos primigenius[2] (aurochs) yang telah punah. Seiring berjalannya waktu, ilmuwan mengalami perbedaan pendapat. Mereka menganggap Bos taurus dan Bos indicus (keduanya adalah sapi domestik yang ada saat ini) merupakan subspesies dalam spesies yang sama. Beberapa ilmuwan kemudian berpendapat bahwa aurochs dan sapi domestik masih tergolong satu spesies. Sistem Informasi Taksonomi Terpadu (ITIS) mengklasifikasikan sapi dalam spesies Bos taurus yang terdiri atas tiga subspesies: Bos taurus primigenius, Bos taurus taurus, dan Bos taurus indicus.[3]

Terminologi

sunting

Ada berbagai istilah yang digunakan di seluruh dunia untuk mengklasifikasikan sapi. Sebagian istilah tersebut, terutama yang berkaitan dengan industri peternakan sapi, berasal dari bahasa Inggris.[4]

  • Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga usia penyapihan (sekitar delapan bulan).
  • Sapi bibit adalah sapi yang mempunyai sifat unggul yang dapat diwariskan.
  • Sapi pejantan adalah sapi jantan dewasa yang semennya digunakan untuk menghasilkan keturunan, baik sebagai sapi pemacek dalam kawin alami maupun sumber semen beku untuk inseminasi buatan.[5]
  • Sapi indukan adalah sapi betina dewasa yang berperan sebagai induk untuk menghasilkan keturunan.
  • Sapi bakalan adalah sapi yang dipelihara selama kurun waktu tertentu untuk mencapai bobot badan maksimal pada umur optimal untuk dipotong. Sapi bakalan biasanya dipelihara di feedlot.
  • Sapi potong atau sapi pedaging adalah sapi yang dipelihara dengan tujuan dipotong untuk diambil daging dan produk-produk lainnya.
  • Sapi perah adalah sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk dimanfaatkan susunya.

Anatomi dan fisiologi

sunting
Anatomi sapi

Sapi adalah artiodaktila berukuran besar , mamalia kuku belah, artinya mereka berjalan dengan dua jari kaki, jari ketiga dan keempat. Seperti semua spesies sapi, mereka dapat memiliki tanduk yang tidak bercabang dan tidak rontok setiap tahunnya. Warna bervariasi menurut ras; warna umum adalah hitam, putih, dan merah/coklat, dan beberapa ras berbintik atau memiliki warna campuran. Sapi jantan lebih besar dari sapi dari jenis yang sama hingga beberapa ratus kilogram. Sapi British Hereford, misalnya, memiliki berat 600–800 kg (1.300–1.800 lb), sedangkan sapi jantan memiliki berat 1.000–1.200 kg (2.200–2.600 lb). Sebelum tahun 1790, berat sapi potong rata-rata hanya 160 kg (350 lb) bersih. Setelah itu, beban terus meningkat. Ukuran ras sapi sangat bervariasi; yang tertinggi dan terberat adalah Chianina , dengan banteng dewasa yang bahunya bisa mencapai 1,8 m (5 kaki 11 inci), dan beratnya bisa mencapai 1.280 kg (2.820 lb). Kehidupan alami ternak domestik adalah sekitar 25–30 tahun. Sapi potong akan disembelih pada usia sekitar 18 bulan, dan sapi perah pada usia sekitar lima tahun.

Sistem pencernaan

sunting
 
Ilustrasi lambung sapi

Sapi adalah hewan ruminansia , artinya sistem pencernaan mereka sangat terspesialisasi untuk mengolah bahan tanaman seperti rumput yang kaya akan selulosa , polimer karbohidrat keras yang tidak dapat dicerna oleh banyak hewan. Mereka melakukan hal ini melalui simbiosis dengan mikroorganismebakteri , jamur , dan protozoa– yang memiliki selulase enzim yang memecah selulosa menjadi gula penyusunnya . Di antara sekian banyak bakteri yang berkontribusi adalah Fibrobacter succinogenes , Ruminococcus flavefaciens , dan Ruminococcus albus . Jamur selulolitik mencakup beberapa spesies Neocallimastix , sedangkan protozoanya meliputi siliata Eudiplodinium maggie dan Ostracodinium album . Jika pakan hewan berubah seiring waktu, komposisi mikrobioma ini akan berubah sebagai responsnya.

Sebagai hewan ruminansia, sapi memakan dan mencerna tumbuhan melalui fermentasi dalam sistem pencernaannya. Sapi memiliki satu lambung yang terdiri atas empat ruangan, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Rumen merupakan ruangan terbesar, retikulum atau perut jala merupakan ruangan terkecil, omasum adalah tempat penyerapan air dan nutrien dari pakan tercerna, sedangkan abomasum bertindak seperti lambung manusia sehingga disebut sebagai "lambung sejati" pada sapi.

Saat sapi makan, makanan dari mulut langsung ditelan tanpa dikunyah dengan baik dan disimpan dalam rumen sampai hewan tersebut menemukan tempat yang tenang untuk melanjutkan proses pencernaan. Pakan yang telah difermentasi dalam rumen kemudian diregurgitasi (dikembalikan ke mulut) untuk dikunyah lagi oleh gigi geraham hingga menjadi partikel kecil yang disebut mamahan. Proses pengunyahan kembali inilah yang disebut ruminasi. Mamahan kemudian ditelan kembali dan dicerna lebih lanjut oleh mikroorganisme khusus dalam rumen, yang terutama bertanggung jawab untuk menguraikan selulosa dan karbohidrat lainnya menjadi asam lemak yang mudah menguap yang digunakan sapi sebagai bahan bakar metabolisme utama mereka. Mikrob di dalam rumen juga menyintesis asam amino dari sumber nitrogen nonprotein, seperti urea dan amonia. Saat mikroba ini berkembang biak di rumen, generasi yang lebih tua mati dan sel-sel mereka terbawa melalui saluran pencernaan dan dicerna sebagian di usus kecil. Hal ini memungkinkan sapi mendapatkan sumber protein berkualitas tinggi.

Perkembangbiakan

sunting
 
Anatomi sapi betina. 1-rektum, 2- vulva, 3-klitoris, 4-vagina, 5-tulang (bagian dari pelvis), 6-kelenjar susu, 7-puting, 8-serviks, 9-kandung kemih, 10-corong oviduk, 11-ovarium, 12-tanduk rahim, 13-oviduk, 14-ambing

Masa kehamilan seekor sapi adalah sekitar sembilan bulan. Rasio keturunan pejantan dan betina saat lahir kira-kira 52:48. Ambing sapi memiliki dua pasang kelenjar susu atau puting susu.

Sapi mencari daerah terpencil untuk melahirkan. Sapi dataran tinggi semi-liar pertama kali melahirkan pada usia 2 atau 3 tahun, dan waktu kelahirannya disesuaikan dengan peningkatan kualitas pakan alami. Rata-rata kelahiran anak sapi interval adalah 391 hari, dan angka kematian anak sapi pada tahun pertama kehidupannya adalah 5%. Anak sapi potong menyusu rata-rata 5 kali sehari, menghabiskan waktu sekitar 46 menit untuk menyusu. Ada ritme diurnal dalam menyusu, yang mencapai puncaknya sekitar pukul 06.00, 11.30, dan 19.00. Dalam kondisi alami, anak sapi tinggal bersama induknya sampai disapih pada usia 8 hingga 11 bulan. Sapi betina dan sapi jantan sama-sama melekat pada induknya pada beberapa bulan pertama kehidupannya

Selain kawin secara alami, pada sapi juga dilakukan inseminasi buatan (IB) untuk pemuliaan hewan. Teknik IB dilakukan dengan menempatkan semen dari sapi jantan ke dalam rahim sapi betina pada masa estrus. Estrus juga dapat diinduksi secara artifisial untuk memfasilitasi proses tersebut. Kopulasi berlangsung beberapa detik dan terdiri dari satu dorongan panggul. Sapi yang mengalami kesulitan untuk melahirkan disebut gejala distokia. Di beberapa daerah di Indonesia, anak sapi yang baru lahir disebut pedet. Secara alami, pedet akan menyusu selama 7 hingga 8 bulan sebelum disapih.[6] Namun, pedet sudah bisa disapih sejak berumur dua bulan, misalnya ketika induknya digunakan sebagai sapi perah.[7] Ambing sapi memiliki dua pasang kelenjar susu sehingga terdapat empat kuarter.

Sapi jantan memiliki penis fibroelastis. Karena hanya ada sedikit jaringan erektil, tidak ada pembesaran yang signifikan ketika seekor sapi ereksi. Penis mereka cukup kaku saat tidak ereksi dan menjadi lebih kaku saat ereksi. Penonjolan tidak banyak dipengaruhi oleh ereksi, tetapi lebih karena relaksasi otot retraktor penis dan pelurusan fleksura sigmoid.[8]

Kognisi

sunting

Sapi memiliki beragam kemampuan kognitif. Mereka dapat mengingat lokasi berbagai sumber makanan, dan dapat menyimpan ingatan setidaknya selama 48 hari. Sapi muda belajar lebih cepat dibandingkan sapi dewasa, dan anak sapi mampu belajar membedakan, membedakan hewan yang dikenal dan tidak dikenal, dan antara manusia, menggunakan wajah dan isyarat lainnya. Anak sapi lebih menyukai suara induknya dibandingkan suara sapi asing.

Vokalisasi memberikan informasi tentang usia, jenis kelamin, status dominasi dan status perkembangbiakan pemanggil, dan mungkin menunjukkan siklus estrus pada sapi dan tampilan kompetitif pada sapi jantan. Sapi dapat menggolongkan gambar menjadi individu yang familiar dan asing. Anak sapi hasil kloning dari donor yang sama membentuk subkelompok, menunjukkan bahwa diskriminasi kerabat mungkin menjadi dasar perilaku pengelompokan. Sapi menggunakan lateralisasi visual/otak saat memindai rangsangan baru dan yang sudah dikenal. Mereka lebih suka melihat rangsangan baru dengan mata kiri (menggunakan belahan otak kanan), namun mata kanan untuk rangsangan yang familiar. Sapi individu juga diamati menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang berbeda, seperti rasa takut dan mudah bersosialisasi.

Penglihatan adalah indra yang dominan; ternak memperoleh hampir separuh informasinya secara visual. Sebagai hewan mangsa, sapi berevolusi untuk selalu waspada terhadap pemangsa, dengan mata yang terletak di sisi kepala, bukan di depan. Hal ini memberi mereka bidang pandang 330°, namun membatasi penglihatan binokular hingga sekitar 30° hingga 50°, dibandingkan dengan 140° pada manusia. Mereka dikromatik, seperti kebanyakan mamalia. Sapi menghindari makanan yang rasanya pahit, memilih makanan manis untuk energi. Kepekaan mereka terhadap makanan yang rasanya asam membantu mereka mempertahankan pH rumen yang optimal .Mereka mencari makanan asin berdasarkan rasa dan baunya untuk menjaga keseimbangan elektrolitnya .Pendengaran mereka lebih baik dibandingkan kuda namun lebih buruk dalam melokalisasi suara dibandingkan kambing, dan jauh lebih buruk dibandingkan anjing atau manusia. Mereka dapat membedakan antara ucapan manusia yang hidup dan yang direkam. Penciuman mungkin memainkan peran besar dalam kehidupan sosial mereka, yang menunjukkan status sosial dan reproduksi. Sapi dapat mengetahui kapan hewan lain mengalami stres dengan mencium zat kimia yang ada dalam urinnya. Sapi dapat dilatih untuk mengenali individu sejenis hanya dengan menggunakan penciuman.

Rumpun

sunting

Sebagaimana hewan lainnya, sapi juga terdiri atas berbagai macam rumpun. Di antara ratusan rumpun, sapi friesian-holstein merupakan rumpun sapi yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, yaitu di 128 negara.[9] Suatu rumpun dapat terbentuk secara alami maupun campur tangan manusia sehingga terbentuk rumpun campuran. Teknologi seperti inseminasi buatan dan fertilisasi in vitro memungkinkan manusia untuk memperoleh kombinasi rumpun sapi sesuai dengan yang diinginkan. Transfer embrio pada sapi dilakukan dengan memindahkan sel telur yang telah dibuahi dari sapi dengan karakter unggul kepada sapi betina lain untuk dirawat dalam kandungan dan dilahirkan.[10] Metode ini membuat rumpun sapi tertentu dapat dihasilkan dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat.[11]

Nilai ekonomi

sunting

Manusia memelihara sapi untuk mengambil produknya dan menggunakan tenaganya. Berdasarkan manfaat yang diambil, sapi peliharaan dapat digolongkan menjadi sapi potong, sapi perah, dan sapi pekerja. Biasanya, rumpun sapi tertentu cenderung dimanfaatkan untuk hal tertentu, misalnya sapi limousin merupakan sapi pedaging sedangkan sapi holstein merupakan sapi perah. Selain daging dan susu, bagian tubuh sapi yang bernilai ekonomis yaitu kulit, tanduk, dan tinjanya.

Peternakan sapi dapat dilakukan secara ekstensif (di luar) maupun intensif (di kandang). Pada peternakan ekstensif, sapi dibiarkan berkeliaran di lahan penggembalaan; sedangkan pada peternakan intensif, sapi dipelihara dalam kandang dan semua kebutuhannya disediakan oleh manusia. Peternakan intensif yang dilakukan untuk kebutuhan industri disebut peternakan pabrik. Sistem pemeliharaan ekstensif dan intensif dapat dikombinasikan, misalnya pada peternakan keluarga yang sapi-sapinya kadang dibiarkan mencari makan sendiri dan kadang diberikan pakan yang telah disiapkan. Sistem campuran ini disebut peternakan semi-intensif.

Galeri

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ B. primigenius dinyatakan tidak valid oleh ITIS, tetapi pada tahun 2003 Komisi Internasional Tatanama Zoologi mempertahankan 17 nama spesies hewan primitif liar yang dianggap moyang bentuk domestik, termasuk sapi. Nama B. primigenius taurus tetap dapat dipakai untuk sapi ternak, bersama-sama dengan B. taurus.

Referensi

sunting
  1. ^ a b Linné, Carl von; Salvius, Lars (1758). Caroli Linnaei...Systema naturae per regna tria naturae: secundum classes, ordines, genera, species, cum characteribus, differentiis, synonymis, locis. Holmiae: Impensis Direct. Laurentii Salvii,. doi:10.5962/bhl.title.542. 
  2. ^ Bojanus, L.H. (1827). "De Uro nostrate ejusque sceleto Commentatio: Scripsit et bovis primigenii sceleto auxit". Nova Acta Academiae Caesareae Leopoldino Carolinae Germanicae Naturae Curiosorum. 13 (2): 413–478. 
  3. ^ "ITIS Standard Report Page: Bos taurus". Itis. Diakses tanggal 14 Desember 2019. 
  4. ^ "Cattle Terminology". experiencefestival.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2008. 
  5. ^ "Exercise Sapi Pejantan di BPPIBT Sapi Potong Ciamis". Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. 10 Februari 2020. Diakses tanggal 26 Desember 2021. 
  6. ^ "Beef cattle: weaning of calves". nda.agric.za. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-15. Diakses tanggal 15 Desember 2019. 
  7. ^ "Manajemen Pemeliharaan Dan Pakan Pembesaran Sapi Perah". Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. 4 Desember 2019. Diakses tanggal 13 Januari 2022. 
  8. ^ Reece, William O. (2009). Functional anatomy and physiology of domestic animals (edisi ke-4). Ames, Iowa. ISBN 978-0-8138-1451-3. OCLC 254528491. 
  9. ^ Organisasi Pangan dan Pertanian (2007). The State of the World's Animal Genetic Resources for Food and Agriculture-in brief (PDF). Roma: Organisasi Pangan dan Pertanian. hlm. 12. 
  10. ^ Yunan (22 Agustus 2012). Yunan, ed. "Transfer Embrio Bantu Perbanyak Keturunan Sapi". Kompas.com. Diakses tanggal 16 Desember 2019. 
  11. ^ "Transfer Embrio". LIPI. Diakses tanggal 16 Desember 2019. 

Pranala luar

sunting