Festival Film Indonesia
Festival Film Indonesia (FFI) merupakan ajang penghargaan tertinggi bagi dunia perfilman di Indonesia. FFI pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955 dan berlanjut pada tahun 1960 dan 1967 (dengan nama Pekan Apresiasi Film Nasional), sebelum akhirnya mulai diselenggarakan secara teratur pada tahun 1973.
Festival Film Indonesia | |
---|---|
Penghargaan terkini: Festival Film Indonesia 2015 | |
Deskripsi | Prestasi dalam perfilman Indonesia |
Negara | Indonesia |
Dipersembahkan oleh | Badan Perfilman Indonesia |
Diberikan perdana | 1955 (Piala Citra) 1986 (Piala Vidia)[1] |
Situs web | http://www.kkffi.or.id/, https://festivalfilm.id/ |
Mulai penyelenggaraan tahun 1979, sistem Unggulan (Nominasi) mulai dipergunakan. FFI sempat terhenti pada tahun 1992, dan baru diselenggarakan kembali tahun 2004. Pada perkembangannya, diberikan juga penghargaan Piala Vidia untuk film televisi.
Piala
Pada tahun 1966 mulai diberikan Piala Citra kepada pemenang penghargaan. Piala Citra yang dipergunakan hingga FFI 2007 ini merupakan hasil rancangan dari seniman patung (Alm) Sidharta. Ketika FFI yang semula diselenggarakan Yayasan Film Indonesia (YFI) diambil alih oleh pemerintah, tahun 1979, Piala Citra pun disahkan oleh Menteri Penerangan masa itu, yaitu Ali Murtopo.
Citra sendiri yang berarti 'bayangan' atau 'image' awalnya adalah sebuah sajak karya Usmar Ismail. Sajak ini kemudian dijadikan sebagai karya lagu oleh Cornel Simanjuntak. Berikutnya Usmar Ismail menjadikannya sebagai sebuah film. Dalam tradisi FFI, Citra kemudian dijadikan nama piala sebagai simbol supremasi prestasi tertinggi untuk bidang perfilman.[2] Sebelumnya ada beberapa nama yang diusulkan untuk Piala ini yaitu:
- Citra (Bayangan Wajah)
- Mayarupa (Bayangan yang Terwujudkan)
- Kumara (Cahaya Badan)
- Wijayandaru (Cahaya Kemenangan)
- Wijacipta (Kreasi Besar)
- Prabangkara (Nama Ahli Sungging Majapahit)
- Mpu Kanwa (Nama Sastrawan Majapahit)
Pada FFI 2008 mulai digunakan Piala Citra bentuk baru. Sejumlah seniman seni rupa dan seni patung bekerja membuat rancangan Piala Citra dengan mengubah desain Piala Citra yang terwujud selama ini yaitu yaitu Heru Sudjarwo, S.Sn., M.A., (Kordinator), Prof. Drs. Yusuf Affendi MA, Drs. H. Dan Hisman Kartakusumah, Indros Sungkowo, dan Bambang Noorcahyo, S.Sn.[3] Rancangan menjadi simbol bagi semangat baru penyelenggaraan FFI.[4]
Namun pada penyelenggaraan FFI 2014, piala citra kembali diubah kembali ke bentuk awalnya yakni rancangan Gregorius Sidharta dengan sedikit modifikasi ulang oleh Dolorosa Sinaga. Hal ini sebagai simbol kembalinya penyelenggaraan FFI kepada semangat awal.
Penghargaan
Pada setiap penyelenggaraan FFI, dibagikan Piala Citra untuk 16 kategori, yaitu:
- Film Bioskop Terbaik (Piala Citra Utama)
- Penyutradaraan Terbaik
- Pemeran Utama Pria Terbaik
- Pemeran Utama Wanita Terbaik
- Pemeran Pendukung Pria Terbaik
- Pemeran Pendukung Wanita Terbaik
- Pemeran Anak Terbaik
- Skenario Asli Terbaik
- Skenario Adaptasi Terbaik
- Tata Sinematografi Terbaik
- Penyuntingan Terbaik
- Tata Artistik Terbaik
- Tata Suara Terbaik
- Tata Musik Terbaik
- Tata Efek Visual Terbaik
- Tata Busana Terbaik
Kategori lain yang pernah ada:
- Skenario Terbaik (sampai tahun 2013)
- Cerita Asli Terbaik (sampai tahun 2013)
Selain itu diberikan juga penghargaan untuk Film Dokumenter Terbaik dan Film Pendek Terbaik. FFI juga sering memberikan penghargaan khusus untuk kategori yang berbeda-beda dalam setiap penyelenggaraannya.
Sejauh ini, belum ada satupun film yang memenangkan keenam piala utama dipenghargaan ini (Film Terbaik, Penyutradaraan Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, Pemeran Utama Wanita Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik, dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik). Rekor terjauh masih dipegang oleh 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta pada tahun 2010 yang memenangkan 5 piala dari 6 puala utama yaitu Film Terbaik, Penyutradaraan Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, Pemeran Utama Wanita Terbaik, dan Pemeran Pendukung Pria Terbaik disusul dengan Ibunda pada tahun 1986 dan Arisan! pada tahun 2004, masing-masing memenangkan 4 piala dari 6 piala utama. Ibunda menang dikategori Film Terbaik, Penyutradaraan Terbaik, Pemeran Utama Wanita Terbaik, dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik. Arisan! menang Film Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik, dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik.
Perayaan Penghargaan
Berikut ini adalah daftar perayaan penghargaan Festival Film Indonesia dalam kurun 5 tahun terakhir hingga saat ini.
Piala Citra FFI
Piala Vidia FFI
Catatan
Kontroversi
Pada tahun 2006 FFI menyatakan Ekskul sebagai film terbaik dengan menyabet tiga piala Citra dalam ajang Festival Film Indonesia 2006. Hal ini menimbulkan protes dari seluruh sineas film yang pernah menerima penghargaan Piala Citra sebelumnya. Sebagai bentuk protes mereka mengembalikan seluruh penghargaan mereka, karena menganggap bahwa film Ekskul tidak layak sebagai film terbaik, di antaranya karena adanya unsur plagiat, dan melanggar hak cipta sebab menggunakan ilustrasi musik dari film-film luar negeri yakni Taegukgi, Gladiator, dan Munich. Mereka secara tegas menolak keputusan juri FFI 2006. [6]
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bernomor 06/KEP/BP2N/2007, tentang Pembatalan Piala Citra Utama untuk Film Terbaik yang ditandatangani oleh ketua BP2N, Deddy Mizwar, Piala Citra untuk Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia 2006 itu secara resmi dibatalkan. [7]
Mulai tahun 2014, FFI dilaksanakan oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI). Dan sejak 2014 itu, sistem penjurian FFI diubah. Kemala Atmojo, yang membawahi bidang Festival Film Dalam negeri (SekarangKetua BPI), mengubah total sistem penjurian FFI. Sejak 1955, FFI selalu dinilai oleh panel Dewan Juri antara 7 sampai 9 orang. Namun, mulai 2014 diubah menjadi 100 orang. Sistem penjuriannya dilakukan dalam dua tahap dan melibatkan akuntan publik.
Pada tahap awal (pertama), dibentuk kelompok dewan juri sesuai dengan kehalian masing-masing bidang. Dewan Juri Tahap I ini hanya menilai bidang tertentu saja, misalnya, editing atau musik. Hasil peniliana juri tahap awal ini dikirim langsung ke akuntan publik, yang kemudian melakukan rekapitulasi. Hasil rekapitulasi dari tiap-tiap kelompok dewan juri ini menghasilkan nominasi.
Lalu, nominasi masing-masing kategori dikirim ke semua dewan juri lagi. Pada tahap ini seluruh dewan juri menilai semua kategori (namun yang sudah masuk dalam nominasi). Hasil penilaian Tahap II ini juga dikirim langsung ke akuntan publik. Kemudian akuntan publik merekapitulasi kembali dan hasilnya diserahkan kepada pembaca pemenang pada saat Malam Puncak. Sistem penilaian model baru ini kemudian diteruskan dalam FFI 2015 yang juga dilaksanakan oleh BPI.
Referensi
- ^ Piala Vidia 1992, rolfilmblog.blogspot.com. Diterima 4 November 2013.
- ^ Piala Citra akan didesain baru
- ^ Dewan Juri FFI 2008 tersusun, acara puncak di Bandung
- ^ Festival Film Indonesia 2014 Lakukan Beberapa Terobosan Baru
- ^ FFI 2015, Piala Vidia Ditiadakan
- ^ Kontroversi Ekskul, Titik Tolak Perbaikan Film Indonesia, Liputan 6
- ^ BP2N Resmi Batalkan Kemenangan Film Ekskul, Okezone.com
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi Festival Film Indonesia