Ketika Mas Gagah Pergi
Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) merupakan novellet legendaris karya Helvy Tiana Rosa, yang ditulis tahun 1992 dan diterbitkan pertama kali tahun 1997. Kini buku KMGP sudah cetak ulang 39 kali oleh 3 penerbit dan diperkirakan telah dibaca jutaan orang. KMGP bercerita tentang hubungan keluarga, hijrah dan keindahan Islam. Beragam tokoh muda yang muncul kerap menyerukan kebaikan dan kecerdasan pemuda-pemudi Islam. Kini, KMGP “dipinang” untuk dialihkan ke film layar lebar. Skenario di-percayakan kepada penulis skenario dan sutradara film dokumenter Fredy Aryanto. Untuk sutradara, Helvy Tiana Rosa, sang penulis, mempercayakannya kepada Firmansyah. Film yang akan diproduksi oleh PT Indobroadcast & Aksi Cepat Tanggap (ACT) ini akan diperankan oleh Hamas Syahid, Masaji Wijayanto, dan Izzatun Niswah Ajrina. Film KMGP sendiri mengambil syuting di Jakarta dan Maluku Utara.[1]
Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP) | |
---|---|
Berkas:Ketika Mas Gagah Pergi.jpg | |
Sutradara | Firmansyah |
Produser | Helvy Tiana Rosa |
Ditulis oleh | Fredy Aryanto |
Berdasarkan | Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa |
Pemeran | Hamas Syahid Aquino Umar Masaji Wijayanto Izzah Ajrina Wulan Guritno Mathias Muchus Epy Kusnandar Ali Syakieb Shireen Sungkar |
Penata musik | Rabbana – Indah Nevertari Cipt. Rizki Awan Arransemen. Dwiki Dharmawan |
Sinematografer | PT Indobroadcast & Aksi Cepat Tanggap (ACT) |
Distributor | PT Indobroadcast & Aksi Cepat Tanggap (ACT) |
Tanggal rilis | 21 Januari 2016 |
Negara | Indonesia |
Sinopsis
Gita penyuka puisi yang tomboy, selalu bangga pada Mas Gagah, abang yang menurutnya nyaris sempurna. Gagah tampan, cerdas, modern dan selalu menjalankan sholat tepat waktu. Sejak Ayah mereka meninggal, Gagah sembari kuliah, membantu Mama jadi tulang punggung keluarga. Untuk keperluan kuliahnya, Gagah pergi ke Maluku Utara, membantu dosen pembimbing skripsinya menyempurnakan konsep pembangunan menara pemancar di sana. Gagah sempat hilang kontak, saat ia masuk ke wilayah pedalaman dan mengalami kecelakaan. Gita dan Mama sempat panik, tapi reda setelah komunikasi dengan Gagah pulih kembali.
Akibat kecelakaan, Gagah dirawat oleh Kyai Ghufron, pemimpin pesantren yang bersahaja dan sangat dihormati di wilayah Maluku Utara. Gagah takjub dengan kehidupan yang dijalani Kyai Ghufron dan merasakan pancaran kharismatiknya Selama Gagah pergi, Gita beberapa kali bertemu sosok misterius di jalan, tepatnya di bus, kereta api dan tempat-tempat lainnya. Sosok ini masih muda. Ia gemar mengajak orang-orang pada kebaikan, mencerahkan dan menguatkan setiap orang yang ia temui, termasuk di area pemukiman warga yang terkena musibah dan selalu menjadi orang yang paling dulu membantu mereka yang membutuhkan.
Sosok yang kemudian dikenal sebagai Yudi ini melakukan aksinya dengan enerjik, kadang kocak menghibur, menyentuh dan membawa perenungan, namun selalu menolak pemberian uang. Gita penasaran tapi ia tak merasa perlu untuk tahu lebih lanjut tentang Yudi. Setelah dua bulan di Maluku Utara, akhirnya Gagah kembali ke rumah. Betapa terkejutnya Gita karena Gagah berubah sama sekali. Gagah kini terlihat sangat bersemangat menjalankan ajaran Islam, dan kerap menasihati Gita untuk menjalankan perintah-perintah agama. Gita sebal. Pada matanya, Gagah terlihat norak dan fanatik. Ia mulai “memusuhi” Gagah. Gagah pantang menyerah. Ia terus berusaha dekat dengan Gita dan juga Mama, untuk mengajak dua orang yang ia cintai itu untuk lebih mengenal keindahan Islam. “Islam itu indah. Islam itu cinta,” adalah hal yang selalu disampaikan Gagah pada Gita.
Gita juga bertambah syok karena sahabatnya Tika, kemudian memakai jilbab dan menasehatinya, persis seperti Mas Gagah. Tika memutuskan berjilbab karena salut dengan keteladanan kakak sepupunya; Nadia yang justru mengenakan jilbab saat kuliah di Amerika Serikat. Ceramah-ceramah Yudi yang sederhana dan mengena, keberadaan Tika serta Nadia, perlahan turut menggugah kesadaran Gita agar berbaikan kembali dengan abangnya. Gita mulai mau mendengarkan Gagah dan jalan bareng lagi. Gita juga senang diajak Gagah ke “Rumah Cinta”, rumah singgah penuh buku yang pelan-pelan dibangun Gagah untuk anak-anak dhuafa di pinggiran Jakarta. Di sana ia menikmati persahabatan Gagah dengan Urip, Asep dan Ucok, mantan preman yang insyaf dan mengelola tempat tersebut.
Saat kian dekat dengan Gagah, Gita memutuskan akan memberi kejutan pada abangnya tersebut dengan memakai jilbab di hari ulangtahunnya yang ke 18. Sayang, kerusuhan yang direkayasa oknum preman, menggagalkan niat baiknya itu.
Tokoh dan pemeran
- Hamas Syahid sebagai Gagah
- Aquino Umar sebagai Gita
- Masaji Wijayanto sebagai Yudi
- Izzah Ajrina sebagai Nadia
Referensi
- ^ Inilah Sinopsis Film Dakwah “Ketika Mas Gagah Pergi” Islam Pos. Diakses 29 Juni 2015