Babad Tanah Jawi

sastra Jawa
Revisi sejak 8 Januari 2016 09.21 oleh Mmunarist (bicara | kontrib) (tambahan)

Babad Tanah Jawi (aksara Jawa: ꦧꦧꦢ꧀ꦠꦤꦃꦗꦮꦶ) merupakan karya sastra sejarah dalam berbentuk tembang Jawa. Sebagai babad/babon/buku besar dengan pusat kerajaan zaman Mataram, buku ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa.

Salah satu salinan Babad Tanah Jawi

Buku ini juga memuat silsilah raja-raja cikal bakal kerajaan Mataram, yang juga unik dalam buku ini sang penulis memberikan cantolan hingga nabi Adam dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja Hindu di tanah Jawa hingga Mataram Islam.

Silsilah raja-raja Pajajaran yang lebih dulu juga mendapat tempat. Berikutnya Majapahit, Demak, terus berurutan hingga sampai kerajaan Pajang dan Mataram pada pertengahan abad ke-18.

Buku ini telah dipakai sebagai salah satu babon rekonstruksi sejarah pulau Jawa[butuh rujukan]. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan pengkultusan, para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis.

Banyak versi

 
Versi lain (sekitar abad ke-19)

Babad Tanah Jawi ini punya banyak versi.

Menurut ahli sejarah Hoesein Djajadiningrat, kalau mau disederhanakan, keragaman versi itu dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama, babad yang ditulis oleh Carik Braja atas perintah Sunan Paku Buwono III. Tulisan Braja ini lah yang kemudian diedarkan untuk umum pada 1788. Sementara kelompok kedua adalah babad yang diterbitkan oleh P. Adilangu II dengan naskah tertua bertarikh 1722.

Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah Jawa Kuno sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan. Sementara kelompok kedua dilengkapi dengan kisah panjang lebar.

Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Antara lain ahli sejarah HJ de Graaf. Menurutnya apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya cerita tentang peristiwa tahun 1600 sampai zaman Kartasura pada abad 18. Demikian juga dengan peristiwa sejak tahun 1580 yang mengulas tentang kerajaan Pajang. Namun, untuk cerita selepas era itu, de Graaf tidak berani menyebutnya sebagai data sejarah: terlalu sarat campuran mitologi, kosmologi, dan dongeng.

Selain Graaf, Meinsma berada di daftar peminat Babad Tanah Jawi. Bahkan pada 1874 ia menerbitkan versi prosa yang dikerjakan oleh Kertapraja. Meinsma mendasarkan karyanya pada babad yang ditulis Carik Braja. Karya Meinsma ini lah yang banyak beredar hingga kini.

Balai Pustaka juga tak mau kalah. Menjelang Perang Dunia II mereka menerbitkan berpuluh-puluh jilid Babad Tanah Jawi dalam bentuk aslinya. Asli sesungguhnya karena dalam bentuk tembang dan tulisan Jawa.

Raja-Raja Mataram

I. Dinasti Syailendra

II. Dinasti Sanjaya

III. Dinasti Medang Kamulan

IV. DInasti Kahuripan

  • Airlangga (1019-1045), mendirikan kerajaan di reruntuhan Medang
(Airlangga kemudian memecah Kerajaan Kahuripan menjadi dua: Janggala dan Kadiri):
=== Janggala ===
(tidak diketahui silsilah raja-raja Janggala hingga tahun 1116)
=== Kadiri ===
(tidak diketahui silsilah raja-raja Kadiri hingga tahun 1116)

V. Dinasti Singhasari

VII. Kerajaan Demak

VIII. Kasultanan Pajang

  • Jaka Tingkir, bergelar Sultan Hadiwijoyo (1549 – 1582)
  • Arya Pangiri, bergelar Sultan Ngawantipuro (1583 – 1586)
  • Pangeran Benawa, bergelar Sultan Prabuwijoyo (1586 – 1587)
  • R.Aj.Sarakusuma , bergelar Sultan Sarakusuma (1587-1598)
  • R.M.Sarakusuma bergelar Sultan Sarakusuma (1598-1603)
  • R.M.Bardani bergelar Sultan Bardani (1603-1669)
  • R.M.Patranangga bergelar Sultan Prabu Patranangga (1669-1700)
  • R.Ranajuda I bergelar Sultan Ranauda I (1700-1731)
  • R.Ranajuda II bergelar Sultan Ranajuda II (1731-1790)
  • R.Ngt.Tirtadrana bergelar Sultan Tirtadrana (1790-1842)
  • R.Ngt.Kartadiwirja bergelar Sultan Kartadiwirja (1842-1900)
  • R.Kartadimadja bergelar Sultan Kartadimadja (1900-1950)
  • R.Ngt.Suto Subroto bergelar Sultan Prabu Mangkir (1950-1990)
  • R.Haryono bergelar Sultan Malih Pasang (1990-2008)
  • R.Ngt.A.Wahyu Ningrat bergelar Sultan Prabu Hadiwijoyo II (2008-sekarang)

X. Kerajaan Mataram Islam

Daftar ini merupakan Daftar penguasa Mataram Baru atau juga disebut sebagai Mataram IslamCatatan: sebagian nama penguasa di bawah ini dieja menurut ejaan bahasa Jawa.

XI. Kasunanan Kartasura Hadiningrat

  1. Amangkurat II (1680 – 1702), pendiri Kartasura.
  2. Amangkurat III (1702 – 1705), dibuang VOC ke Srilangka.
  3. Pakubuwana I (1705 – 1719), pernah memerangi dua raja sebelumya; juga dikenal dengan nama Pangeran Puger.
  4. Amangkurat IV (1719 – 1726), leluhur raja-raja Surakarta dan Yogyakarta.
  5. Pakubuwana II (1726 – 1742), pada tahun 1742 menyingkir ke Ponorogo karena Kartasura diserbu Pangeran Trunojoyo raja dari tanah Madura , dan Pakubuwana II mendirikan Surakarta (Solo)
  6. Sunan Amangkurat V (Sunan Mas) diangkat melalui kudeta terhadap Pakubuwana II dalam geger pacinan, namun akhirnya dengan bantuan belanda dan pangeran Cakraningrat dari madura, Amangkurat V dibuang ke Srilanka oleh Pakubuwana II
  7. Pakubuwana III (diangkat oleh Belanda) dan hal ini ditentang oleh Mangkubumi dan Raden Mas Said. Atas ketidak puasannya Raden Mas Said mengangkat mertuanya Mangkubumi sebagai penguasa oposisi di Mataram, namun beberapa saat kemudian partai oposisi ini pecah menjadi dua kelompok; 1) kelompok Raden Mas Said dan 2) kelompok Mangkubumi. Kemudian muncullah Perundingan Giyanti (13 Februari 1755)

Dinasti Baru

Perjanjian Giyanti telah melahirkan dua dinasti baru yaitu Dinasti Pakubuwanan dan Dinasti Hamengkubuwanan sedangkan Perjanjian Salatiga telah melahirkan satu dinasti yaitu Dinasti Mangkunegaran. Dinasti Pakubuwanan memulai silsilah dari Paku Buwono I dan Dinasti Hamengkubuwanan memulai dengan silsilah Hamengku Buwono I, sedangkan Dinasti Mangkunegaran memulai dengan silsilah Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyawa.

Tiga dinasti itu pada upacara dan acara keprotocular-an memiliki partner para Residen yang bertugas di wilayah Kerajaan masing masing.

XII. Dinasti Pakubuwanan

  1. Pakubuwana I (1705 – 1719), pernah memerangi dua raja sebelumya; juga dikenal dengan nama Pangeran Puger.

XIII. Dinasti Hamengkubuwanan

  1. Hamengkubuwono I

XIV. Dinasti Mangkunegaran

  1. Mangkunegara I atau bernama asli Raden Mas Said

Pranala luar