PS Bandung Raya

klub sepak bola di Indonesia
Revisi sejak 8 April 2016 16.08 oleh Danu Widjajanto (bicara | kontrib) (←Suntingan 124.153.33.17 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Dj Bing)

Bandung Raya adalah salah satu klub sepak bola semi-profesional yang berbasis di Bandung, Indonesia. Klub ini berdiri pada tahun 1985 pada era kompetisi Galatama. Sejak tahun 1994, Bandung Raya berlaga di kompetisi Liga Indonesia yang merupakan penggabungan dari kompetisi Perserikatan dan Galatama. Bandung Raya berjuluk Maung Totol (Macan Tutul), Karena Wilayah Bandung Raya merupakan pusatnya Jawa Barat, sesuai dengan Fauna Identitas Jawa Barat yaitu Macan Tutul yang dalam bahasa sunda Maung Totol.

Bandung Raya
Logo Bandung Raya
Nama lengkapBandung Raya
JulukanMaung Totol
Berdiri17 Juni 1987
StadionStadion Siliwangi
Bandung Indonesia
(Kapasitas: 25.000)
DirekturIndonesia Ari D. Sutedi
LigaDivisi Utama Liga Indonesia
1996–972
Kostum kandang
Kostum tandang

Bandung Raya membubarkan diri setelah Liga Indonesia 1996/97 selesai dikarenakan krisis keuangan. Pada tahun 2007, nama Bandung Raya kembali muncul di Divisi Tiga Zona Jawa Barat, dimana Bandung Raya gagal lolos ke tingkat Antarzona se-Jawa.

Pada tahun 2012, Ari D. Sutedi, pemilik 65% saham klub Bandung Raya, mengakuisisi seluruh saham Pelita Jaya dan mengganti nama klub tersebut menjadi Pelita Bandung Raya. Pelita Bandung Raya bermain pada kompetisi Liga Super Indonesia musim 2012-2013, sementara Bandung Raya asendiri tetap bermain vokus di kompetisi Divisi Dua Liga Indonesia

Sejarah

Bandung Raya sudah beredar di pentas sepak bola Indonesia sejak 1987. Saat itu Bandung Raya berlaga pada kompetisi semi profesional Galatama. Bandung Raya menjadi klub Galatama ketiga yang bermarkas di Bandung setelah Sari Bumi Raya dan Tempo Utama.

Pada awal berdirinya Bandung Raya berintikan pemain klub PS UNI, termasuk pelatihnya Risnandar yang juga mantan pemain Persib dan nasional. Sesepuh UNI seperti H.R.A Marzuki, Nugraha Besoes dan Syamsudin Curita menjadi pelopor berdirinya klub ini. Pada perjalanannya pimpinan Bandung Raya diserahterimakan dari Syamsudi Curita ke Soeheod Warnaen.

Selama Berkiprah di Kompetisi Galatama, beberapa pelatih silih berganti menjadi arsitek tim, dimulai dari Risnandar, Sunarto, Ishak Udin, Parhim hingga Nandar Iskandar. Sayang prestasinya kurang bersinar. Hasil Terbaik diraih pada musim kompetisi 1988/1989. Bandung Raya yang ditangani Risnandar bertengger di peringkat 7 dari 18 peserta sekaligus menempatkan Dadang Kurnia sebagai top skor dengan 18 gol bersama pemain Arema, Mecky Tata.

Menjelang berakhirnya era kompetisi Galatama, Bandung Raya sempat akan dibubarkan karena kesulitan dana. Namun nasib baik masih memayungi klub ini, karena ketua Komda PSSI Jabar, Ukman Sutaryan mengucurkan dana segar sehingga Bandung Raya bisa berlaga pada musim perdana Liga Indonesia 1994/1995.

Di bawah pimpinan Tri Goestoro sebagai manajer tim, Bandung Raya yang diperkuan para pemain tenar seperti Heri Kiswanto, Ajat Sudrajat, Hermansyah, dan Peri Sandria plus eks pemain muda eks tim PON Jabar 1996 Nuralim dan M. Ramdan menjelma menjadi kekuatan baru yang diperhitungkan lawan-lawannya.

Pada LI musim perdana Bandung Raya yang ditangani Nandar Iskandar tertahan di babak 8 besar. Tetapi sukses mengantarkan Peri Sandria sebagai top skor dengan koleksi 34 gol. Perolehan gol Peri belum ada yang mampu melewati hingga saat ini.

Setahun kemudian Bandung Raya merger dengan Masyarakat Transportasi (Mastrans) Sehingga namanya berubah menjadi Mastrans Bandung Raya. Kursi pelatih beralih ke pelatih asal Belanda, Henk Wullems. Beberapa pemain baru pun bergabung termasuk bomber asal Yugoslavia, Dejan Glusevic.

Dengan Slogan "Kagok Edan Juara Sakalian" Bandung Raya sukses menyabet mahkota juara Liga Indonesia 1995/1996 dan menempatkan Dejan Glusevic sebagai top skor dengan 30 gol. Musim ini merupakan musim terbaik bagi Bandung Raya.

Pada Liga Indonesia 1996/1997 Bandung Raya ditinggalkan Henk Wullems yang dipercaya menjadi pelatih timnas Indonesia. Penggantinya adalah Albert fafie yang juga berasal dari Belanda. Di tangan Fafie, Melaju ke final sebelum akhirnya ditaklukan Persebaya. Meski begitu Nuralim dinobatkan sebagai pemain terbaik.

Setelah itu dengan berbagai alasan Bandung Raya resmi dibubarkan dan menghilang dari pentas sepak bola nasional. Setelah bertahun-tahun mati suri, pada 2007 Bandung Raya muncul lagi di kompetisi divisi III 2007.

Akuisisi Pelita Jaya

Pada tahun 2012, Ari D. Sutedi, pemilik 65% saham Bandung Raya, mengakuisisi seluruh saham Pelita Jaya FC dan mengganti namanya menjadi Pelita Bandung Raya. Pada Oktober 2012 Bandung Raya yang sudah berada di divisi II menjelma menjadi Pelita Bandung Raya, setelah PT Kreasi Performa Pasundan selaku pemilik baru Bandung Raya membeli PT Nirwana Pelita Jaya yang menaungi klub Liga Super Indonesia, Pelita Jaya. Dengan demikian, mulai musim kompetisi 2012/2013 Bandung Raya pun kembali beredar di pentas Liga Super Indonesia.[1]

Prestasi

Di Liga Indonesia, prestasi Bandung Raya cukup membanggakan. Pemain-pemain seperti Herry Kiswanto, Peri Sandria, Dejan Gluscevic dan Olinga Atangana bahu membahu membangun Bandung Raya. Pelatihnya saat itu adalah Henk Wullems dan manajernya, Tri Gustoro.

Pada Liga Indonesia 1994/95, Bandung Raya berhasil lolos ke babak 8 besar. Langkahnya terhenti setelah pada putaran berikutnya di Grup A, Bandung Raya hanya menempati urutan ke-3. Urutan pertama, Bontang PKT, dan ke-2, Barito Putra lolos ke semifinal Liga Indonesia 1994/95. Striker Bandung Raya, Peri Sandria menjadi pencetak gol terbanyak, 34 gol dari 37 pertandingan.[2]

Prestasi tertinggi Bandung Raya diraih di musim berikutnya, Liga Indonesia 1995/96. Bandung Raya tampil sebagai juara setelah mengalahkan PSM Ujungpandang 2-0. Di musim ini, Dejan Gluscevic menjadi pencetak gol terbanyak dengan 30 gol dari 33 pertandingan.[3]

Pada Liga Indonesia 1996/97, Bandung Raya kembali mencapai Grand Final. Namun sayang, Bandung Raya tidak mampu mempertahankan gelarnya setelah dikalahkan Persebaya, 3-1. Partai final ini menjadi partai terakhir yang dilakoni Bandung Raya yang akhirnya bubar dan tidak mengikuti kompetisi musim berikutnya Liga Indonesia 1997/98. Nuralim, pemain belakang Bandung Raya, dinobatkan sebagai pemain terbaik Liga Indonesia 1996/97.[4]

Di Tingkat Asia, Bandung Raya pernah mengikuti Piala Winners Asia (Asian Cup Winners Cup) mewakili Indonesia sebagai Juara Liga Indonesia 1995/96. Langkahnya dihentikan South China asal Hongkong pada putaran ke-2 dengan agregat 1-5 (1-1, 1-4).[5]

Rujukan