Willem Iskander (lahir tahun 1838 – meninggal tahun 1877) adalah tokoh pendidikan dari daerah Mandailing Natal, Sumatera Utara, Indonesia. Willem merupakan pujangga bahasa yang menyair tentang pendidikan dan cinta kampung halaman.

Willem Iskander
LahirSati Nasution
1838
Belanda Pidoli Lombang, Hindia Belanda
Meninggal1877
Amsterdam, Belanda
MakamZorgvlied Begraafplaats, Amsterdam
Dikenal atas-Penulis
-Tokoh Pendidikan di Mandailing
Karya terkenalPendiri Sekolah Kweekschool Voor Inlandsche Onderwijers Tano Bato
Suami/istriMaria Christina
Orang tuaRaja Tinating Nasution dan Si Anggur
Kerabat-Sutan Soripada
-Sutan Kumala
-Sutan Kasah

Latar belakang

Dilahirkan dengan nama Sati Nasution, gelar Sutan Iskandar, nama yang tertulis dalam akte kelahiran (acte van bakenheld), Surat, belsit, piagam dan surat nikah, Willem Iskander lahir di Pidoli, Mandailing Natal. Ia genenerasi ke 11 dari Klan Nasution. Ia anak bungsu dari empat bersaudara.

Pendidikan

Ia mengawali pendidikannya di Sekolah Rendah di Panyabungan(1853-1855). Februari 1857 ia berangkat ke Belanda bersama Alexander Philippo Ghodon, Asisten Resident Mandailing-Angkola untuk melanjutkan Sekolahnya. Pertama ia belajar di Vreswijk, supaya bisa melanjutkan ke sekolah guru. Ia dibantu oleh A P.Ghodon dan H.C. Milles (Guru Filsafat) untuk mendapatkan beasiswa dari Kerajaan Belanda, meski mendapat tantangan dari parlemen Kerajaan karna dianggap menyebarkan Kristenisasi dalam dunia pendidikan, tapi H.C. Milles berhasil meyakinkan anggota Parlemen. Willem akhirnya dapat beasiswa di Sekolah Guru(Oefenschool). Ia lulus dan mendapat ijazah Guru bantu (di belajar ke Belanda dan mendapatkan ijazah guru(Hulfonderwijzer) 5 Januari 1859.

Tahun 1874 ia pergi Melanjutkan pendidikannya ke Belanda kedua kali untuk mendapatkan Ijasah Guru Kepala Sekolah(Hooffonderwijzer). Ia berangkat bersama Benas Lubis(Muridnya), Raden Mas Sunarso dari Kwekschool Surakarta, Mas Ardi Sasmita dari Majalengka.

Pengabdian

Setelah lulus Sekolah Rendah di usia 15 tahun, ia diangkat menjadi Guru di Sekolahnya tersebut , ia juga bekerja sebagai jurutulis bumiputra(Adjunct inlandsche sehrijfer) di kantor resident Mandailing-Angkola, menggantikan Haji Nawi yang dipecat.

Sekembalinya dari Belanda tahun 1861 di Batavia, Ia menemui Gubernur Jenderal M Ludolf Anne Jan Wilt Baron Sloet Van Den Balle untuk mengutarakan niatnya mendirikan Sekolah Guru di Mandailing, Keinginan Willem tersebut di setujui dengan memberikan surat rekomendasi kepada Van Den Bosch(Asisten Resident Mandailing-Angkola). Atas dukungan pemerintah Belanda dan Kepala-kepala Kampung, tahun 1862 Willem mendirikan Sekolah Guru(Kweekschool) di Tano Bato secara swadaya dengan gedung sekolah yang sangat sederhana. Willem melakukan terobosan gerakan pencerahan(Aufklarung) melalui pendidikan di Mandailing-Angkola, khususnya di Mandailing Orientasi, Cakrawala, Penalaran, Idealisme, dan Semangat pembaharuan di Mandailing.

Tahun 1874, Sekolah yang ia dirikan ditutup dan dipindahkan ke Padangsidempuan karena Ia pergi ke Belanda melanjutkan sekolah untuk mendapatkan Ijazah Guru Kepala.

Keluarga

Ia menikah dengan Maria Jacoba Christina Winter 27 Januari 1876. Usia pernikahannya hanya 103 hari karena sakit ia meninggal dunia tahun 1877.[1]

Pengabadian

Willem Iskander diabadikan sebagai nama jalan di Mandailing Natal dan di Medan. Selain itu merupakan nama sebuah SMK di Mandailing Natal, dan nama Sanggar Seni di Tebet, Jakarta Timur.

Referensi

  1. ^ "Willem Iskander". UNY.ac.id. Diakses tanggal 15 Januari 2015. 

Catatan kaki